Senin, 12 Februari 2024

Merubah perspektif ibadah dan doa

 

Perasaan adalah energy. Pikiran adalah energy. Energy-energi tersebut berpengaruh terhadap apa yang hadir mewujudan nyata dalam hidup kita. Pikiran dan perasaan positif seringkali menarik hal-hal positif hadir dalam keseharian hidup kita. Begitu pula pikiran dan perasaan negative menarik hal-hal negative untuk hadir dalam hidup kita. Konsep seperti ini seringkali disebut dengan Law of Attraction atau hukum ketertarikan.

Apa yang kita pikirkan dan rasakan kadang tidak mewujud nyata, terutama hal-hal yang berkaitan dengan yang kita harapkan untuk terwujud. Kita panjatkan doa, supaya hajat kita terwujud. Namun kadang tidak lekas mewujud. Kenapa bisa terjadi hal demikian? Bisa jadi, hal tersebut terjadi karena pikiran dan perasaan kita negative saat kita berdoa, saat kita beribadah. Kokbisa beribadah dan berdoa dengan perasan dan pikiran negative? Bagaimana bisa kita beribadah dengan perasaan dan pikiran negative? Apakah mungkin? Jawabannya adalah mungkin saja dan bias saja.

Begini ilustrasinya.

Saat berdoa, kita panjatkan berbagai harapan untuk Tuhan kabulkan. Namun di waktu yang sama, kita berdoa dengan pancaran perasaan seperti orang yang penuh kekurangan. Ada perasaan dan pikiran bahwa ada yang kurang belum terwujud dalam hidup kita. Perasaan dan pikiran kurang tersebut justru menjadi penarik bagi terwujudnya kekurangan yang nyata. Kita berdoa mengharapkan kelimpahan rizki, dengan pancaran perasaan seperti orang yang masih penuh kekurangan. Yang terwujud justru bisa saja berupa kekurangan pula.

Lantas bagaimana caranya supaya kita bisa mewujudkan hal-hal yang kita inginkan? Bagaimana pula caranya kita beribadah dengan perasaan dan pikiran yang positif? Caranya adalah dengan merubah perspektif ibadah kita. Merubah perspektif dari berdoa dan beribadah karena merasa ada yang masih kurang dan hal yang belum kita wujudkan, menjadi beribadah karena kita bersyukur atas berbagai hal karunia yang Alloh limpahkan kepada kita. Beribadah karena kita merasa cukup dan telah dicukupkan oleh Alloh SWT. Ini memang tidak mudah, dan ini butuh seni mengelola pikiran. Merubah perspektif beribadah seperti ini akan membuat kita merasa sebagai orang yang berkecukupan. Perasaan dan pikiran kecukupan tersebut yang akhirnya menarik kecukupan dan keberlimpahan lainnya, sesuai dengan prinsip hokum ketertarikan.

Jika kita memiliki keinginan dan keinginan tersebut kita panjatkan dalam doa, maka milikilah pikiran dan perasaan bahwa kita layak untuk meraih apa yang kita inginkan tersebut. Jangan miliki perasaan layaknya orang yang tidak memiliki hal tersebut. Libatkan perasaan dan pikiran bahwa perwjuduan atas apa yang kita inginkan adalah sebuah keniscayaan, and itu hanya masalah waktu. Miliki keyakinan seperti itu. Miliki perasaan dan pikiran bahwa kita pantas mendapatkan apa yang kita inginkan. Yakini bahwa Alloh lekas mewujudkannya, apa pun itu caranya. Insya Alloh itu adalah cara terwujudnya apa yang kita harapkan dalam hidup.

Intinya, berdoa dan beribadah jangan disertai dengan perasaan bahwa kita masih kekurangan. Melainkan, kita beribadah karena itu adalah wujud rasa syukur atas segala karunia yang Alloh berikan kepada kita berupa hidup dengan segala kelebihannya.

Begitulah cara merubah perspektif doa agar kita bias mewujudkan apa yang kita inginkan.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar