Minggu, 26 Februari 2023

Menjadi Pemimpin Efektif di Sekolah

 

 

Kepemimpinan bukan lah soal otoritas semata. Kepemimpinan adalah tentang pengaruh. Mengapa demikian? Karena ada orang yang memiliki otoritas sebagai pemimpin, namun ia tidak bisa mengarahkan organisasi atau komunitas yang dipimpinnya secara efektif. Sementara, ada orang yang tidak memiliki otoritas sebagai pemimpin, namun ia mampu memberi warna dominan pada komunitas dimana dia berada. Tulisan ini tidak akan membahas kepemimpinan dalam konteks kemampuan seseorang untuk memberi pengaruh. Namun tulisan ini fokus pada bagaimana kepemimpinan formal di sekolah bisa berjalan efektif. Kenapa efektifitas kepemimpinan di sekolah perlu dibahas? Karena apa gunanya kepemimpinan jika ia tidak memberikan dampak kemajuan bagi sekolah. Ketiadaan efektivitas kepemimpinan di sekolah akan menjadikan sekolah laksana kapal yang melaju tanpa arah yang jelas. Atau sekalipun kapal tersebut ada kejelasan arah, namun ia tidak melaju dengan efektif dan efisien. Misalnya, mungkin kecepatan kapal kurang sesuai, atau bahan bakar yang digunakan kurang efisien, dan kekurangan-kekurangan lainnya.

Ada pertanyaan yang seringkali muncul dalam diskusi kepemimpinan sekolah. Seperti apa sih wujud kepemimpinan yang efektif di sekolah itu?

Kadang, seseorang yang memimpin sekolah cenderung mengedepankan ego. Karena berposisi sebagai pemimpin, mereka merasa bahwa segala sesuatu harus diputuskan berdasarkan kehendak atau idenya. Orang lain harus tunduk dan patuh. Model kepemimpinan seperti itu sudah using, dan tidak relevan dengan perkembangan zaman. Mungkin model kepemimpinan seperti itu relevan jika diterapkan pada organisasi perusahaan yang dimiliki secara pribadi. Namun dalam konteks organisasi public seperti sekolah, model kepemimpinan seperti itu tidak layak diterapkan.

Karakter kepemimpinan efektif yang pertama adalah penempatan the right man in the right place. Ini adalah hal yang idealnya diterapkan dalam praktik kepemimpinan. Seorang pemimpin efektif akan mendelegasikan suatu urusan kepada anak buahnya berdasarkan kompetensi dan kapasitas yang dimilikinya, bukan berdasarkan kecenderungan like and dislike. Penugasan berdasarkan Like and dislike biasanya dilakukan oleh seorang pemimpin yang kurang percaya diri atas kemampuannya.

Karakter yang kedua adalah penerapan model kepemimpinan terdistribusi (distributed leadership). Ini adalah model kepemimpinan yang menekankan pada pelibatan semua elemen dalam organisasi dalam hal pengambilan keputusan/kebijakan organisasi. Seorang pemimpin yang efektif akan percaya diri bahwa ia adalah orang yang bisa mengendalikan situasi, meskipun ia melibatkan banyak orang dalam pengambilan keputusan/kebijakan. Sikap memilih untuk tidak melibatkan banyak pihak dalam pengambilan kebijakan biasanya dilakukan oleh orang yang insecure terhadap kapasitas kepemimpinannya.

Karakter ketiga adalah mampu membantu setiap individu di sekolah untuk memiliki visi. Visi misi manajemen sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru dan staf karyawan sudah jelas, yaitu melayani peserta didik. Mereka digaji untuk itu. Namun, bukan hanya mereka saja yang semestinya memiliki visi, melainkan juga peserta didik sendiri. Jika visi misi manajemen sekolah adalah melayani peserta didik, maka visi misi peserta didik bersivat individual, dan mereka perlu dibantu untuk memiliki visi dan mewujudkannya. Dalam menjalani aktivitas pendidikan di sekolah, setiap peserta didik semestinya memiliki tujuan yang jelas tentang apa yang ingin mereka capai. Hal yang dicapai semestinya bukan semata hal yang berkaitan dengan tujuan jangka pendek seperti nilai raport atau ijasah, karena sekolah hanyalah sebagian dari proses mereka menuju masa depan yang gemilang. Tiga tahun lamanya menjalani studi semestinya menjadi momentum untuk mewujudkan cita-cita besar peserta didik.

Karakter ketiga adalah kepekaan terhadap isu-isu sekolah dan mencari solusi dengan melibatkan semua pihak. Meskipun sekolah adalah sebuah entitas yang relative kecil, namun ia tidak jauh dari permasalahan. Ada masalah yang berkaitan dengan lingkungan seperti banyaknya sampah dan kurangnya estetika lingkungan. Ada masalah terkait hubungan antar individu. Ada masalah terkait kurangnya pemahaman peserta didik tentang cara belajar yang efektif. Ada kendala dalam kampanye literasi. Ada masalah tentang memudarnya budaya belajar (learning culture). Ada masalah tentang kedisiplinan. Ada masalah tentang keharmonisan keluarga peserta didik yang berpengaruh terhadap performa akademik mereka. Ada masalah yang berkaitan dengan kurang terakomodirnya bakat dan minat peserta didik. Dan masalah-masalah lainnya. Pemimpin yang efektif mampu mengidentifikasi semua masalah yang ada, dengan perangkat yang mereka miliki. Pemimpin efektif juga mampu melibatkan banyak pihak dalam merumuskan solusi. Pelibatan banyak pihak dalam merumuskan solusi itu sangat penting, karena hal tersebut bisa meningkatkan sense of belonging semua pihak terhadap entitas sekolah.

                                                                                    Bersambung…………

Sabtu, 04 Februari 2023

Menjalani Kehidupan Sebagai Digital Nomad: Sebuah impian yang lekas jadi nyata

 


 

Menjalani pengalaman hidup sebagai digital nomad adalah impianku. Berpindah dari satu Negara ke Negara lainnya untuk merasakan pengalaman hidup disana. Di sana kami akan menyelami budaya, menikmati keindahan alam, merasakan kehangatan interaksi dengan berbagai manusia dari beragam etnis, serta melakukan berbagai kegiatan filantrofis. Aku tidak sendiri, melainkan bersama istri dan anak-anakku.

Keseharian kami diisi dengan aktivitas membuat konten video inspirasi, menjalani bisnis berbasis digital, mengendalikan perusahaan from a long distance, menjalankan kegiatan filantropis, dan menulis.

Menjalani hidup sebagai digital nomad selama beberapa tahun sepertinya akan menjadi pengalaman hidup yang sangat berharga dan penuh makna. Tentu ada waktunya untuk kembali dan menetap. No matter how far we go, we have a place to be back home.

Berbagai pengalaman ups and downs hidup pasti akan muncul. We have to be ready for that.

Dari pengalaman hidup sebagai digital nomad tersebut, aku memiliki banyak teman dari berbagai Negara. Aku memiliki jaringan bisnis dari berbagai Negara. Aku memiliki keluarga angkat dari berbagai Negara. Aku bisa berperan aktif sebagai ambassador bagi negeriku. Aku promosikan wisata dan budaya kepada dunia luar.

Lantas, apa saja yang harus kami persiapkan untuk mewujudkan impian tersebut?

Pertama, sedari sekarang harus merintis dan menjalankan bisnis berbasis digital hingga tumbuh berkembang secara pesat dan berkesinambungan. We have opportunity for that. Dipoles dengan digital marketing yang dahsyat, maka bisnisku insya Alloh akan berjalan secara maksimal penuh dengan profit. Selanjutnya, bisnis harus diupayakan untuk bisa berjalan secara minimal semi-autopilot. Sukur-sukur bisa autopilot penuh.

Kedua, kemampuan video-taking dan video-editing harus benar-benar kami kuasai. Selain itu, copywriting juga menjadi kecakapan yang bakal melengkapi sempurnanya olah video.

Ketiga, kemampuan digital marketingku harus dahsyat ndak tanggung-tanggung. Setiap hari aku harus berlatih minimal 1 jam untuk mengasah kemampuan digital marketingku.

Keempat, aku harus belajar bahasa asing lagi (minimal Arabic, Spanish, Japanese, dan French). Penguasaan bahasa asing tersebut akan menjadi modal tambahan untuk bisa berinteraksi secara lebih intimate dengan masyarakat local di Negara-negara yang aku kunjungi.

Keliling dunia untuk bertamasya, menjalani bisnis berbasis digital dan running semi-autopilot bisnis, beribadah, serta menjalani berbagai kegiatan filantropis. Intinya itu. Sudah bisa ku bayangkan, betapa hidupku akan lebih penuh makna, warna dan manfaat.