2015 adalah
tahun yang terasa amat istimewa bagi saya.
betapa tidak,
saya lolos dalam seleksi dua program pengembangan diri ke luar negeri.
Program pertama
adalah program Central Java-Queensland
Teacher Exchange2015 yang berlangsung
selama satu bulan. Program yang kedua adalah Program Teacher Training yang disponsori oleh Pemerintah Jepang.
Pada tulisan
ini, saya ingin berbagi cerita tentang pengalaman mengikuti program pertukaran
guru ke Australia tersebut. Butuh waktu dua tahun untuk menanti dan
mempersiapkan segala hal yang diperlukan hingga saya, dengan kuasa Alloh,
berkesempatan mengikuti program pertukaran guru ke Queensland tesebut.
Di balik
setiap pencapaian besar, biasanya selalu ada fase pahit yang harus dilalui. Namun
seringkali fase tersebut kurang nampak di
permukaan atau jarang diketahui publik. Pada tahun 2013 saya mendapatkan informasi dari kepala sekolah dimana saya mengajar,
bahwa ada seleksi program pertukaran guru ke Australia bagi guru-guru sekolah menengah atas (SMA ) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Program
tersebut mensyaratkan peserta seleksi untuk memiliki berbagai
dokumen, seperti surat keterangan
keaktifan mengajar yang ditandatangani oleh kepala sekolah, transkrip hasil
test TOEFL dengan standar minimal ITP, surat keterangan (SK) kepegawaian,
Biodata, formulir terisi, piagam penghargaan atau sertifikat keikutsertaan
dalam berbagai program pengembangan diri dan berbagai dokumen lainnya.
Pada hari
pengumpulan berkas saya bergegas menuju kantor dinas pendidikan daerah untuk
menyerahkan berkas guna disampaikan kepada panitia seleksi di kantor dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Provinsi. Betapa terkejutnya saya ketika mendapati informasi
bahwa berkas saya tidak bisa diserahkan ke Provinsi, karena quota satu peserta
per kabupaten/kota yang ditetapkan oleh panitia seleksi telah diambil oleh guru
lain. Ternyata ada miskoordinasi dari pihak dinas pendidikan kabupaten.Akhirnya,
berkas saya tidak bisa dikiimkan ke provinsi dan tentunya saya tidak bisa
mengikuti proses seleksi program tersebut.
Cukup terpukul
rasanya, mengingat upaya yang telah saya lakukan untuk mempersiapkan seleksi
sudah begitu luar biasa `painstaking`, istihal bahasa inggrisnya. Namun saya
yakin bahwa itu adalah tanda bahwa saya sudah berada pada track yang tepat.
artinya, hanya maslah waktu bahwa saya akan mendapatkan kesempatan untuk lolos
mengikuti program tersebut. firasat saya berkata sedemikian positifnya terhadap
keadaan dan Tuhan.
Satu tahun
berselang, saya mencoba menguhubungi pihak provinsi secara langsung terkait
seleksi program pertugkaran guru tersebut. Namun, saat itu, nasib baik masih
maih belum menghampiri saya, karena seleksi program tersebut di tahun 2014
mensyaratkan bahswa peserta adalah guru yang mengampu mata pelajaran
eksak/sains.
Hati masih
mantap berharap pada kesempatan yang mungki muncul di tahun berikutnya. 2015
adalah jawabannya. saya menghubungi sendiri pihak provinsi untuk menanyakan ada
tidaknya proses seleksi program pertukaran guru tesebut. Begitu terkejutnya
saya ketika mendpatkan jawabn dari pihak provinsi bahwa tepat hari berikutnya
adalah batas akhir pengumpulan berkas persyartatan peserta seleksi untuk harus
sudah sampai di provinsi.
Segera
setelah selesai menghubungi pihak provinsi, saya langsung mengambil semua
berkas persyaratan di laci meja kantor yang memang sudah saya persiapkan sejak
lama, dan bergegas menuju kantor dinas pendidikan.
Begitu sampai
di kantor dindikbud, saya mengkonfirmasi kepada salah satu pegawai apakah surat
edaran terkait seleksi program pertukarn guru ke Australia sudah sampai di
kantor dindikbud. Ternyata jawabannya adalah ``belum``. saya sempat curiga
jangan-jangan ada kealpaan dari pihak dinas. Barangkali surat sudah lama
dikirimkan oleh panitia namun pihak dinas belum mengecek keberadaan surat
tersebut。Ternyata
benar bahwa surat sudah dikirimkan oleh pihak panitia namun tiba di kantor
bagian program. Kurang adanya koordinasi antar pegawai menjadikan surat
tersebut tidak diketahui pihak dinas pendidikan.
Sesaat
setelah mendapatkan surat tersebut, saya langsung meminta ke pihak dinas untuk
menunjuk saya sebagai delegasi dari kabupaten dan meminta mereka untuk langsung
membuatkan surat tugas mengikuti proses seleksi. Setelah selesai surat tersebut
dibuat, saya langsung bergegas menuju kantor dinas pendidikan provinsi untuk
menyerahkan berkas persyaratan.
Saya
menanggung sendiri semua biaya akomodasi menuju kantor dinas pendidikan
provinsi yang jaraknya cukup jauh, 160km dari tempat tinggal saya. Namun semua
hal tersebut terasa ringan karena perasaan lega telah mampu mendaftakan diri
mengikuti proses seleksi.
Persiapan
menjelang wawancara
Bagai
menyambut perang besar, saya memanfaatkan waktu satu minggu sebelum hari
wawancara untuk mematangkan persiapan wawancara. Ada beberapa hal yang saya
persiapkan yaitu kemampuan menjawab pertanyaan dalam wawancara beserta trik dan
tips nya, how to be well-groomed
dalam wawancara, dan menata mental saya supaya optimis untuk lolos dalam
seleksi wawancara.
Mengenai tips
dan trik menjawab pertanyaan dalam wawancara, saya sudahmempraktikkannya
jauh-jauh hari sebelumnya, karena saya memang sudah lama meyaini bahwa
mempelajari trik wawancara akan selamanya berguna bagi saya di kemudian hari. Banyak
sumber yang bisa dijadikan rujukan,dan sebagian
besar bisa didapatkan melalui media internet. Practice makes perfect. Tentunya semua teori tentang wawancara
harus dipraktikkan sesering mungkin agar semakin sempurna.
Hal-hal detil seperti pemilihan jenis, model dan warna pakaian juga
saya perhatikan. Pada kenyataannya, ada pakaian khusus yang dirasa elegan untuk
dipakai delam menghadapi wawancara tetentu.
Saya meyakini kebenaran adanya hukum ketertarikan (low of attraction),
bahwa apapun yang kita pikirkan/fokuskan dalam pikiran baik itu hal baik maupun
buruk, pada satnya akan tiba dan menjelma nyata dalam kehidupan kita. Saya
melakukan visualisasi bahwa saya benar-benar berangkat ke Audstralia untuk
mengikuti program pertukaran guru tersebut. Sebenarnya prinsip tentang hukum ketertarikan ini ada dalam kitab suci, khususnya Al-Qur‘an. Selain itu, psikologi modern juga cukup banyak yang secara komprehensif mengulas tentang prinsip ini, seperti buku yang berjudu; The Secret yang ditulis oleh Rhonda Byrne.
Due date Tes Wawancara
Seleksi
program tersebut dilaksanakan satu minggu setelah deadline pengumpulan berkas,
dan dilaksanakan di aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi. Seleksi program
tersebut berupa tes tertulis dan tes wawancara, dimana masing-masing memiliki
prosentase nilai tersendiri. Tes wawancara memiliki prosentasi nilai
sebesar 80%, sementara sisanya 20% adalah prosentase tes tertulis.
Saya belum pernah merasakan optimisme yang luar biasa sebelumnya,
sebagaimana yang saya rasakan pada saat itu. Optimisme saya untuk lolos begitu
besar karena adanya beberapa faktor. Yang petama adalah persiapan yang dirasa
sangat cukup unutk menghadapi seleksi. Doa yang sudah berkali-kali saya
panjatkan kepada Alloh untuk diloloskan dalam seleksi program tersebut. Ketiga,
saya mengajukan permintaan secara khusus kepada Ibu saya untuk didoakan agar
saya lolos seleksi program pertukaran guru tersebut, di waktu yang saya
tentukan, dengan cara yang saya jelaskan kepada Beliau.
Pada seleksi wawncara, ada 4 pos wawancara dengan materi yang berbeda-beda.
Pos-pos tersebut yaitu pos kebudayaan, psikologi dan kepemimpinan, pedagogik,
dan kompetensi berbahasa inggris. Meski ada pos kompetensi berbahasa inggris,
namun proses wawancara di semua pos dilakukan dalam bahasa inggris.
Dua minggu berselang setelah wawancara, pihak panitia seleksi mengirim
email berisi keputusan hasil seleksi, dan saya dinyatakan lolos untuk mengikuti
program pertukaran Guru ke Queensland, Australia.
Jika Alloh menghendaki sesuatu terjadi, maka terjadilah. Tak ada hal yang
sulit bagiNya untuk menghinakan atau memuliakan, memberhasilkan atau
menggagalkan hambaNya. Yang jelas, tugas manusia bukanlah memberhasilkan diri,
melainkan berusaha/berikhtiar dan berdoa semaksimal mungkin. Sedangkan keberhasilan
adalah domain Tuhan, Alloh.