Selasa, 22 Maret 2016

.............Transportasi, Kemacetan dan Gaya hidup.............


Salah satu pemandangan yang sangat ku suka...

Bejubunnya orang-orang di dalam stasiun kereta...

Tak perlu banyak kampanye verbal untuk menggerakkan hati masyarakat agar lebih memilih transportasi umum ketimbang kendaraan pribadi yang mereka piara...

Cukup dengan sediakan fasilitas transportasi umum yang aman, nyaman, dan terjangkau biayanya, mereka bakal rela memarkir kendaraan pribadinya di rumah selama mereka pergi bekerja...

Makin hari, makin macet saja kota-kota besar di Indonesia...

Inilah ekses negatifnya ketika keinginan untuk show off harta dengan membawa kendaraan pribadi di jalan raya, bertemu dengan ketidaktersediaan fasilitas transportasi umum yang mampu menarik minat warga...

Sayang sekali, di negeriku tercinta, KEMACETAN masih sebatas topic yang menjadi komoditas untuk meraih simpati warga dengan menebar janji manis dikala pilkada atau pemilihan kepala negara...

Bukan dijadikan sebagai topik masalah yang harus diselesaikan dengan segera...

Layaknya, kita perlu belajar pada negara-negara tetangga...

Menjadi hebat tak perlu harus selalu dengan gagah-gagahan dan terlihat bergaya...

Sepertinya masih asing di negeriku, orang berbaju rapi, berdasi, wangi, tapi mau pergi bekerja dengan naik sepeda atau transportasi umum yang tersedia...

Tapi di negeri sakura, bukan satu, dua, atau tiga, melainkan sudah begitu jamak orang-orang berbaju rapi dan berdasi mau mengayuh sepeda untuk pergi bekerja...

Seolah dari penampilan mereka tersirat makna, bahwa hebat dan bergaya tak selalu harus jauh dari sifat sederhana...

Ini bukan tentang membandingkan antara satu dengan lainnya...

Namun memang sudah selayaknya kita belajar segala hal positif dan meniru segala kebaikan yang ditunjukkan oleh sesama...

Kembali ke topik semula...

Andai yang punya kekuasaan mau bekerja menyediakan fasilitas transportasi umum yang nyaman dan menarik minat warga...

Andai masyarakat mau belajar bahwa menjadi hebat tak harus jauh dari sederhana...

Maka di negeriku, mungkin KEMACETAN bakal menjadi sejarah semata...

Bukan menjadi problematika yang hanya menjadi pembicaraan media berita dan tak pernah berhenti menjadi pemicu ketidaknyamanan kita...


#@SendaiStation







Senin, 14 Maret 2016

How Dreams Come True

 Impian adalah hal yang tak berbiaya, namun tak semua orang berani untuk sekedar memilikinya. Banyak orang terjebak oleh stereotype yang keliru mengenai mimpi. `jangan terlalu tinggi bermimpi, karena jika tak terwujud bakal menjadi pukulan hebat di jiwa`. Ada pula `jangan terlalu muluk-muluk berkhayal (mimpi), realistis saja`. Sehingga, jangan kan mampu mewujudkan impian, memilikinya saja tak berani. Kalimat-kalimat tersebut terkesan benar adanya. Namun ketika kita take it for granted (mengikuti pemikiran secara mentah-mentah), maka bisa memunculkan sifat takut untuk bermimpi.


Dalam tulisan ini, akan saya ceritakan pengalaman bagaimana saya mendapati impian saya mewujud nyata. Saya makin percaya, sebagaimana dikatakan oleh Andrie Wongso, bahwa sukses adalah hak saya, kamu, dan setiap orang.

Alloh maha adil. Dia menjadikan setiap orang, apapun kondisi dan latar belakangnya, memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil, dalam hal apapun.

Mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program pengembangan diri ke luar negeri yang cukup prestisius bagi saya merupakan hal yang sangat membanggakan. 2015 adalah tahun hoki buat saya. Saya katakan hoki karena saya merasa bahwa tahun tersebut adalah tahun pencapaian terbesar saya dalam hidup. Mengikuti program pertukaran guru ke australia dan selang beberapa waktu kemudian disusul berangkat ke Jepang untuk program Teacher Training yang disponsori oleh Pemerintah Jepang.

Dulu, rasanya tak mungkin saya mendapatkan kedua kesempatan tersebut. Sebelumnya tak terbersit dalam pkiran saya bahwa saya akan mampu meraihnya, mengingat seleksi untuk mengikuti program tersebut terbilang cukup ketat, dengan hanya segelintir kuota untuk lolos seleksi. Namun, saya meyakini kebenaran Alloh bahwa sesungguhnya Alloh beserta prasangka hambanya. Selain itu, islam mengajarkan bahwa doa adalah senjata yang ampuh bagi seorang muslim yang akan mengantarkannya mengubah kondisi apapun, dengan seizinNya. Setelah mendapati itu semua, kini saya semakin yakin akan kebenaran bahwa segala impian dapat terwujud jika kita benar-benar menunjukkan kesungguhan bahwa kita menginginkannya, meyakini akan keterwujudannya, dan berusaha dengan doa dan usaha untuk menjadikannya nyata.

Secara ringkas, alur terwujudnya impian saya bisa digambarkan sebagai berikut.
 
Bagian pertama adalah keresahan. Iya, tidak salah, keresahan. Saya menyadari bahwa saya termasuk pribadi yang memiliki need of achievement yang tinggi. Dengannya, saya selalu merasa tidak puas dengan keadaan yang serba monoton, konstan, dan tak ada perkembangan, dalam hal apapun. Saya menjalani rutinitas setiap hari berangkat pagi ke sekolah untuk mengajar dan pulang sore begitu monotonnya. Saya juga merasakan stagnansi dalam hal perkembangan kompetensi dan wawasan. Selain itu, melihat dinamika dalam mengajar, saya semakin memahami bahwa ada banyak hal yang harus diperbaiki dalam tatanan pendidikan di sekolah. Perihal bagaimana menumbuhkan motivasi belajar siswa, menjadikan pembelajaran lebih efektif, cara membangun hubungan psikologis yang membuat siswa nyaman mengikuti proses pembelajaran, menangani berbagai perilaku menyimpang siswa, mengajarkan etika dan karakter, menumbuhkan minat membaca pada siswa, bagaimana menjadi katalisator terbentuknya pribadi siswa yang memiliki berbagai skills (hard and soft), dan pada umumnya menjadikan tujuan pendidikan benar-benar terwujud, adalah hal-hal yang menjadi perhatian (concern) saya.

Selain itu, ada keresahan pribadi yang cukup mengusik pikiran saya. Saya merasa bahwa profesi guru PNS adalah profesi yang tak memiliki sistem reward and punishment yang proporsional, tak seperti pekerjaan di sektor swasta. Saya akui, menjadi guru, apakah kita menampilkan kinerja yang luarbiasa atau sebaliknya,  tak akan berpengaruh banyak terhadap reward. Itu yang saya sesalkan. Bahasa kasarnya, mau mengajar dengan performa yang luar biasa pun gajinya akan tetap sama dengan mereka yang performanya biasa-biasa saja. Serasa hati tak terima bahwa strata saya disamakan dengan mereka yang tak menunjukkan passion yang luarbiasa dalam menjalani aktivitas sebagai pendidik.

Memang, bagi saya kepuasan moral atas prestasi kinerja sebagai guru adalah reward yang cukup memuaskan, namun semua orang tentu memahami bahwa dalam konteks kerja, bukan bakti sosial, tentu aspek materi menjadi pertimbangan tersendiri. Namun, saya meyakini bahwa di dunia ini tak ada keberuntungan yang tertukar. Mereka yang menanam padi lah yang besar kemungkinan akan memanen padi. Untuk itulah saya berusaha untuk terus mengembangkan diri. Tentu tak layak untuk berharap bagi mereka yang tak berusaha mengembangkan diri.

Saya ingin dengan menjadi seorang pendidik yang mampu mencapai level tertinggi dalam kompetensi. Dengan demikian, saya ingin sekali mendapatkan program pengembangan diri di luar negeri sebanyak mungkin, karena itu salah satu cara efektif mengembangkan kompetensi sebagai pendidik, dan tentunya harus diupayakan satu-persatu untuk mewujudkannya. Saya teringat sebuah ajaran dalam Islam bahwa sesungguhnya Alloh beserta prasangka hambaNya, diperkuat pula oleh Hukum ketertarikan (law of attraction) sebagaimana yang telah populer dalam ilmu psikologi modern seperti buku The Secret oleh Rhonda Byrne, serta tulisan-tulisan napoleon hills, dale carnegie, Ibrahim Elfiky, dan lainnya yang mengulas materi sejenis. Dengan pemahaman bahwa dalam dunia ini ada hukum ketertarikan yang bekerja nyata, apapun yang menjadi fokus pikiran kita, baik itu hal positif maupun negatif maka hal tersebut akan mewujud nyata, suka atau tidak suka. Saya berusaha untuk menerapkannya. Saya menginginkan untuk bisa mengikuti program pertukaran guru ke Australia, Program Teacher Training ke Jepang, dan program-program lainnya, yang tentunya harus diupayakan satu per satu.

Banyak orang yang mungkin memiliki impian yang sama dengan impian saya, dalam waktu yang sama, dan memperebutkan kesemptan yang sama. Namun, man jadda wa jadda. Barangsiapa bersungguh-sungguh, maka dia akan diberhasilkan olehNya. Itu prinsip yang saya praktikkan dalam upaya mewujudkan impian saya. Banyak orang yang mendambakan hal yang sama dengan saya. Tentunya, agar impian saya mewujud nyata, harus ada faktor pembeda yang ada pada diri saya. Faktor pembeda tersebut berupa ikhtiar yang di atas rata-rata. Berguru kepada mereka yang telah mencapai hal yang kita dambakan adalah salah satu kiat sukses para peraih nobel dan orang-orang yang berhasil di bidang mereka masing-masing, yang saya terapkan. Tak ada guru yang datang dengan sendirinya selain guru kelas atau guru les privat. Maka, saya harus mencari sendiri mereka. Beruntung, adanya akses teknoligi informasi dengan sosial media memudahkan saya mendapatkan mereka dan berguru dari mereka. Ilmu-ilmu dari mereka tentang bagaimana mereka berproses menuju terwujudnya impian mereka saya terapkan, dan itu semakin memperkuat keyakinan saya akan semakin dekatnya jarak antara saya dengan tercapainya impian.

Ikhtiar lain yang saya lakukan adalah pendekatan yang cukup intensif dengan Dia sang maha Pengatur segala urusan dunia dan alam semesta. Barangkali terkesan pragmatis, beribadah dengan disisipi harapan terwujudnya hajat tertentu. Namun bukankah agama ini mengajarkan demikian, bahwa jika kita menginginkan sesuatu maka tunjukkan kedekatan kita kepadaNya. Alloh maha tau bahwa manusia adalah makhluk yang pragmatis. Dan justru, dengan sering meminta padanya, mendekatkan diri padanya, Ia catat itu sebagai ibadah yang luarbiasa pahalanya. Asik bukan? Yang penting, jangan sampai ketika hajat sudah terwujud kemudian kita jadi bertolak meninggalkan perintahnya dan semakin jauh dariNya.

Doa seorang ibu memiliki kekuatan yang sangat luarbiasa. Meski hal ini mungkin susah untuk diterima secara rasional, namun iman menjadikan saya sangat meyakini kebenarannya. Saya libatkan Ibu saya untuk mendoakan bagi terwujudnya impian saya. Namun, doa Ibu yang tulus lah yang akan sampai ke Pencipta. Tak semua hubungan Ibu dan anak harmonis. Kadang perilaku seorang anak menjadikan seorang Ibu merasa kurang Ridho, meski dalam taraf yang kecil. Maka, penting sekali untuk memperlakukan Ibu selayaknya seorang ratu. Kita musti baik-baikin Ibu. Berusaha bahagiakan dia. Dan berusaha untuk sebisa mungkin tak pernah membuatnya tersakiti. Birrul walidain. Berbakti kepada orangtua.

Dalam hidup ini, semakin besar nilai suatu barang maka semakin besar pula harganya. Untuk target yang besar, kita perlu ikhtiar besar pula. Tak perlu khawatir, tugas kita bukan untuk memberhasilkan diri kok. Domain kita adalah berupaya semaksimal mungkin. Selebihnya, Dialah yang menjadikan kita berhasil segera, ditunda keberhasilannya, atau diberhasilkan dalam wujud karunia lain yang tak kita sangka. Ketika impian, keyakinan, doa, dan ikhtiar telah bersinergi secara sempurna, maka insya Alloh berhasil kan kita raih. Dan musti yakin bahwa hasil biasanya tak pernah menghianati proses/upaya.

Nothing is impossible…



Sendai, Japan, 15/3/2016