Sabtu, 13 April 2024

Sales, Marketing dan Menguasai Teknologi Informasi

 

Entah kenapa banyak orang yang nampak seperti anti dengan istilah sales dan marketing. Bukan hanya sekali dua kali, aku seirng mendengar pandangan negative orang (teman) tentang pekerjaan yang berkaitan dengan sales dan marketing. Seolah-olah, sales dan marketing adalah dua hal memiliki kasta rendah. Padahal, sales dan marketing adalah dua hal yang niscaya harus kita kuasai jika kita ingin bisa survive dalam hidup di zaman sekarang. Betapa tidak? Sales dan marketing bukan hanya berurusan dengan jualan produk, melainkan juga berkaitan dengan menjual skill yang kita miliki agar bisa mendapatkan pekerjaan.

Setiap tahun banyak lulusan perguruan tinggi yang menganggur. Padahal, mereka memiliki kualifikasi akademik dan keterampilan tertentu yang mereka dapatkan dari proses belajar di perguruan tinggi. Kenapa mereka bisa menganggur? Salah satu faktornya adalah ketidamampuan untuk me-market-kan diri mereka. Mereka tidak mampu meyakinkan para penyedia pekerjaan untuk meng-hire mereka. Dari kasus ini saja nampak jelas bahwa kemampuan mempromosikan (mem-branding) diri itu penting. Mereka tidak menyadari bahwa skill yang mereka miliki juga harus di-market-kan supaya ada orang yang mau mempekerjakan mereka dan menggunakan jasa mereka.

Dalam dunia jualan, sales dan marketing tentu lebih relevan lagi sebagai skill yang harus dikuasai. Jualan, baik produk maupun jasa, perlu sentuhan kemampuan sales dan marketing. Marketing adalah upaya membuat orang tertarik untuk menggunakan produk barang atau jasa yang kita miliki. Sementara sales adalah eksekusi menjual produk tersebut kepada consumen.

Perkembangan teknologi informasi berjalan begitu pesatnya. Cara-cara konvensional dalam menawarkan produk dna menjualnya Sudha tidak relevan lagi. Perkembangan teknologi seperti Kecerdasan buatan sudah menjadi game changer dalam dunia jualan. Kalo kita ingin sukses secara finansial, mau tidak mau kita harus mengakrabi dunia teknologi dan menguasainya. Memang terasa agak susah untuk beradaptasi dengan berbagai dinamika perkembangan teknologi yang begitu pesat. Namun, jika kita ingin survive dan sukses secara finansial, kita harus menjadi lifelong learner. Kita memang dituntut oleh keadaan untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, jika kita ingin bisa berselancar di atas derasnya arus ombak. Jika kita tidak memiliki kemampuan untuk berselancar, maka yang terjadi adalah kita diterjang gelombang dan akhirnya tenggelam. Tentu itu bukan hal yang kita inginkan, bukan?

Adalah nasihat yang sangat bagus untuk terus belajar menguasai berbagai teknologi yang berguna bagi hidup kita. Jika saya harus menguraikan beberapa hal yang penting untuk kita pelajari, saya ingin menyebutkan digital marketing, public speaking, artificial intelligence, videography, graphic design, psychology, dan personal branding sebagai hal-hal yang harus kita pelajari dan kuasai.

Menjadi konsisten dan persisten untuk mempelajari semua skill tersebut mungkin terasa berat. Namun rewardnya akan besar di kemudian hari.

Jumat, 29 Maret 2024

Speed Kills, Truly Wealth is Built Slowly

 



Kalimat di atas adalah sebuah kutipan dari Keith Cunningham. Kau tak begitu tau tentan apa kapasitas beliau, apa latarbelakang beliau, bisnis apa yang beliau jalankan, atau kesuksesan macam apa yang beliau raih dalam hidupnya hingga beliau bisa membuat kata-kata Mutiara tersebut.

Yan jelas, kata-kata beliau relevan banget dengan konteks pencapaian kesuksesan. Begitu banyak contoh kesuksesan yang diraih secara instan berakhir instan pula. Begitu banyak pula contoh orang-orang yang berhasil meraih kesusksesan besar melalui proses “berdarah-darah” dan kesuksesan tersebut sustainable. Dari contoh-contoh tersebut, aku bisa menyimpulkan bahwa cepat itu cenderung kurang bertahan lama. Sementara hasil yang terwujud melalui proses yang Panjang biasanya Panjang pula umurnya.

Sebagian orang mengatakan bahwa di jaman sekarang yang penuh dengan fasilitas, sukses bisa dengan cepat diraih. Orang lalu menambahkan bahwa sukses cepat bisa diraih bila kita bekerja cerdas. Kalimat atau pendapat seperti itu bisa misleading jika disalah-pahami oleh orang. Kecepatan proses itu memang relative. Namun, tidak ada orang yang benar-benar cepat dalam meraih kesuksesan. Anak-anak muda yang pada jadi OKB melalui perdagangan Crypto, misalnya, mereka tidak belajar dan menekuni dunia crypto dalam waktu semalam. Mereka pasti menghabiskan setidaknya beberapa tahun hingga benar-benar membuahkan hasil. Lalu mereka tampil ke public memberikan kuliah tentang membangun kesuksesan. Kemudian orang-orang yang baru melihat anak muda tersebut berpikir bahwa dia meraih kesuksesan secara relative instan karena kerja cerdas. Inilah misleading itu.

Kadang aku merasa inferior, menilai bahwa aku bukanlah tipe action-taker. Setidaknya itu yang beberapa orang nilai tentang aku. Mereka melihat ku sebagai orang yang tidak berani bertindak mewujudkan ide. Aku tak perlu se-inderior itu. aku adalah seorang action-taker. Aku, dalam beberapa hal, memang pelan dalam menjalani proses. Tapi yang jelas aku suka berproses. Sebagaimana proses menjadi seorang exportir sukses yang sedang aku jalani ini. Aku baru menjalani kurang dari setahun. Bahkan secara aktif aku baru menjalaninya kurang dari enam bulan. Aku memang belum mencapai titik kejayaan. Namun aku adalah seorang action-taker, and here I have been taking the action.

Kecepatan belajarku sepertinya tak sebegitu melesat orang lain. Tapi aku sedang mengarungi proses. Tak apa jika tak begitu cepat, yang penting aku terus melaju. Insya Alloh nyampai juga.

Sebagaimana hal yang disampaikan oleh Keith Cunninhgam, bahwa kecepatan itu membunuh, sementara kejayaan besar sejatinya dibangun melalui proses yang pelan.

Bismilah….aku sudah sedang berada di jalur yang benar.

Senin, 25 Maret 2024

Kesimpulan dan Refleksi Terhadap Pemikiran Filosofis Ki Hadjar Dewantara

 

sumber: www.pusakaindonesia.or.id


Saya sangat bersyukur telah diperkenankan oleh Alloh SWT untuk mengikuti program Guru Penggerak. Hampir dua minggu saya menjalani program ini, saya merasakan seperti diingatkan kembali tentang bagaimana seharusnya saya berperan sebagai seorang pendidik. Saya seperti diarahkan dan diingatkan kembali agar peran saya sebagai pendidik benar-benar sesuai dengan jalur yang semestinya.

Materi awal dalam program ini berkaitan dengan pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara. Beliau benar-benar seorang Begawan Pendidikan yang layak jadi rujukan atas pemikiran-pemikiran filosofisnya tentang Pendidikan. Meskipun pemikiran filosofis beliau muncul di zaman pemerintah colonial, namun relevansi pemikiran beliau tak lekang waktu. Sehingga, sudah tepat sekali ketika pemikiran beliau menjadi landasan dan rujukan utama dalam desain Kurikulum Merdeka.

Ki Hajar Dewantara mengajarkan beberapa pemikiran tentang Pendidikan. Setidaknya, pemikiran beliau bisa dirangkum dalam tujuh poin. Pertama, Pendidikan harus memperhatikan kodrat alam dan zaman. Kedua, Pendidikan harus mengedepankan pembentukan manusia secara utuh (sistem among). Ketiga, pendidikan harus berhamba pada anak. Keempat, ada tiga tempat penting yang menjadi pusat Pendidikan, yaitu keluarga, perguruan (sekolah), dan masyarakat. Kelima, Pendidikan harus mengarahkan anak untuk memiliki budi pekerti yang luhur. Keenam, pendidikan yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan (kontinyu), pendidikan melibatkan berbagai sumber yang disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks budaya milik kita sendiri (konvergen), dan pendidikan yang dilakukan tidak lepas dari kepribadian bangsa kita sendiri (konsentris). Ketujuh, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani, yang artinya adalah bahwa seorang pendidik harus menjadi contoh yang baik bagi anak didiknya, memberikan dorongan dan motivasi agar anak didiknya agar berkembang dengan baik, dan memberikan dukungan yang dibutuhkan agar anak didiknya dapat mencapai kesuksesan.

Relevansi pemikiran beliau tidak hanya bersifat local, melainkan universal. Trend paradigma Pendidikan di negara-negara maju yang memiliki system Pendidikan terbaik seperti Finlandia, Selandia Baru, Singapura, Lithuania dan negara-negara maju lainnya selaras dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Betapa tidak? Di negara-negara tersebut, Pendidikan diorientasikan untuk menciptakan individu-individu yang merdeka secara pikiran, dan memiliki segala aspek untuk menjadi manusia yang cerdas, berkarakter serta menjadi warga negara yang baik. Di negara-negara maju, Pendidikan sudah tidak lagi berorientasi pada angka-angka, melainkan menjadikan manusia seutuhnya. Hal-hal tersebut sangat selaras dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa relevansi pemikiran beliau bersifat universal.

Refleksi Pembelajaran dan Komitmen perubahan

Jujur, 15 tahun menjadi seorang pendidik, ini bukan pertama kali saya memahami pemikiran filosofis KH Dewantara tentang Pendidikan. Sudah sejak lama saya mengilhami pemikiran-pemikiran beliau dan menjadikannya sebagai landasan filosofis atas pembelajaran yang saya rancang dan laksanakan. Saya sudah cukup lama berupaya untuk mengintegrasikan Pendidikan karakter (character building) di dalam kelas. Di dalam pembelajaran yang saya rancang dan laksanakan, saya sudah lama menekankan pentingnya keterampilan abad 21 (kolaborasi, kreativitas, komunikasi, dan berpikir kritis) yang nyatanya sejalan dengan pemikiran KH Dewantara. Saya sudah cukup lama berupaya mengarahkan para murid untuk memiliki mindset bahwa Pendidikan yang mereka jalani adalah dalam rangka untuk menjadi pribadi yang cerdas, berkarakter, berketerampilan dan mampu menghadapi tantangan zaman, bukan semata untuk mendapatkan nilai berupa angka-angka yang tertulis di rapor atau ijasah. Saya sudah lama berusaha untuk menghadirkan diferensiasi pembelajaran dalam hal konten dan proses, walau dalam aspek penilaian masih sering saya seragamkan. Saya sudah berusaha mendesain dan mempraktikkan pembelajaran Bahasa Inggris yang memperhatikan konteks zaman dan prikologi perkembangan serta psikologi belajar peserta didik.

Banyak hal yang saya rasa sudah saya lakukan sebagai pendidik yang selaras dengan pemikiran KH Dewantara. Hanya saja, konsistensi lah yang menjadi tantangan saya. Selama ini, saya belum memiliki penguatan untuk tetap konsistem menjalankan peran sebagai pendidik yang sejalan dengan KH Dewantara. Namun sekarang, saya merasa memiliki landasan untuk terus konsisten melaksanakan pembelajaran dan Pendidikan yang sejalan dengan pemikiran KH Dewantara.

Satu hal yang menjadi komitmen saya setelah mempelajari kembali pemikiran filosofis KH Dewantara adalah senantiasa menjadikan diri saya pendidik yang selaras dengan pemikiran beliau. Ini adalah panggilan hati. Kurikulum sudah memberikan ruang seluas-luasnya untuk pendidik menjalankan perannya sebagai agen penuntun murid menjadi manusia seutuhnya. Dengan ini, saya sebagai pendidik merasa memiliki justifikasi untuk focus pada menuntun terbentuknya budi pekerti luhur anak serta terasahnya kecerdasan mereka dalam konteks mata pelajaran yang saya ampu.

Sebelum menjalankan kurikulum merdeka, saya merasa bahwa tugas pokok pendidik sangat kental dengan nuansa-nuansa formalitas. Seolah tugas pendidik yang utama adalah tentang  mendorong murid untuk meraih nilai pengetahuan dan kompetensi maksimal, serta mebuat mereka lulus ujian di akhir jenjang Pendidikan. Nuansa seperti itu kurang memberdayakan ruh sebagai pendidik sejati. Kurikulum Merdeka ini seperti mengembalikan saya pada status dan posisi semestinya. Yaitu, sebagai pendidik sejati yang menuntun murid menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur, meraih potensi maksimal sesuai dengan kodrat mereka, dan menjadi warga masyarakat dan negara yang baik.

Selasa, 19 Maret 2024

Speed kills, persistent slow wins

 


Jaman sekarang, banyak orang yang mampu merubah kehidupan mereka dalam waktu yang relative singkat. Sebut saja Khabane Lame yang terkenal dan jadi kaya raya melalui konten video khasnya yang menunjukkan cara-cara mudah menjalani hidup, dikontraskan dengan perilaku orang-orang yang ribet dalam menghadapi masalah. Ada Julio, anak muda yang sukses melalui ekspor (jualan e-course tentang ekspor). Ada pula Timothy Ronald yang sukses melalui Bitcoin.

Mereka semua adalah potret anak-anak muda yang sukses dengan cara, yang dalam kacamata banyak orang, dinilai cepat (kalua tidak dikatakan instan). Mereka sendiri mengklaim bahwa perjalanan mereka begitu Panjang, tidak seinstan yang dikira orang-orang. Profil mereka relative sama, muda, kaya, dan terkenal. Melalui berbagai konten video yang mereka bagikan di berbagai media social, mereka berhasil menghipnotis banyak kalangan, terutama kalangan anak muda. Sehingga, banyak yang terobsesi untuk meraih pencapaian se-cepat yang ketiga tokoh tersebut lakukan.

Speed dan instan, dua kata yang sering menjadi obsesi banyak orang. Banyak orang ingin meraih sesuatu dengan cepat. Mereka inginnya berusaha sesedikit mungkin dan menghasilkan sebanyak mungkin. Kira-kira, prinsip ekonomi mereka gunakan dalam konteks ini.

Memang, di jaman sekarang, dengan berbagai kemudahan yang ditunjang oleh perkembangan teknologi informasi, banyak hal bisa diraih dalam waktu yang relative singkat. Namun hukum lama tentan pencapaian yang disampaikan oleh Keith Cunningham tetap berlaku dan relevan, yaitu “Speed kills, and the truly wealth (success) is built slowly”. Memang benar bahwa banyak pencapaian besar yang diraih dalam waktu yang relative instant. Namun, ketika kita bicara sustainability dan longevity, hal-hal yang diraih secara instan biasanya instan (singkat) pula keberlangsungannya. Itu semacam sudah jadi hukum alam.

Faktanya, banyak yang sukses secara instan, namun tak selang berapa lama, mereka hilang dari exposure. Mereka tenggelam dalam waktu yang relative singkat pula.

Aku sendiri lebih memilih meyakini the power of being persistent with process, no matter how long it is. Tahap demi tahap yang dilalui dengan penuh hikmat, focus, dan kesungguhan, akan menjadi pilar bagi keberlangsungan masa kejayaan. Itu!

You may disagree with me in terms of this, and it is up to you. But don’t close your eyes from the facts in your surroundings, Cunningham’s quote is still (and may be always) relevant, that speed kills, and the truly success is built up slowly.

Minggu, 10 Maret 2024

The Terror: A valuable lesson

 

Nonton film yang berjudul The Terror, banyak lesson yang aku dapatkan. Film tersebut diambil dari kisah nyata. Sebuah ekspedisi dari inggris diutus oleh kerajaan untuk melakukan eksplorasi daerah kutub utara, guna menemukan jalur pelayaran baru. Misi tersebut berlangsung pada tahu 1800an.

Konflik yang dimunculkan di film tersebut adalah adanya makhluk misterius yang mengganggu jalannya ekspedisi. Namun bukan hal itu yang memicu ku untuk merenung dan mengambil pelajaran, melainkan betapa orang-orang eropa sejak jaman dahulu kala sudah memiliki jiwa petualang yang luar biasa.

Aku jadi tersadar tentang fakta bahwa sudah sedari jaman old, orang-orang eropa melakukan eksplorasi ke berbagai belahan dunia. Mereka mendirikan berbagai koloni, menemukan harta karun, dan menebarkan pengaruh ideologi. Sekarang mereka berada pada jajaran negara-negara sukses makmur dan berpengaruh secara ekonomi dan politik dalam percaturan dunia.

Di saat orang-orang eropa mengeksplorasi dunia pada jaman dahulu, penduduk nusantara masih mendiami wilayah yang relative sempit, bertahan di sana, dan menjalani hidup apa adanya tanpa memiliki visi eksplorasi sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang eropa. Mungkin kerajaan Sriwijaya masuk pengecualian. Malah, justru mereka menjadi objek eksplorasi negara-negara eropa tersebut. Mereka baru tersadar bahwa wilayah mereka kaya akan “harta karun” berupa rempah-rempah yang tinggi nilainya. Rempah-rempah tersebut lah yang mengundang negara-negara eropa untuk menjajah wilayah nusantara. Negara-negara eropa menjadi Makmur dan kaya dari mengeksploitasi kekayaan nusantara dan negara lainnya.

Dari fakta ini, ada hal yang bisa disimpulkan, bahwa jiwa petualang dan mengeksplorasi hal-hal baru identik dengan kemajuan. Setidaknya, sejarah telah membuktikannya, betapa orang-orang eropa yang sedari dahulu suka berpetualang dan melakukan eksplorasi sekarang menjadi negara sukses Makmur. Fakta juga membuktikan bahwa orang-orang yang sukses Makmur serta berpengaruh juga pada umumnya bukan orang yang hanya berdiam diri melakukan hal-hal yang statis. Mereka berpetualang, berjejaring, melakukan eksperimen, melakukan hal-hal baru, mengambil resiko, dan akhirnya mereka sukses.

Jiwa petualang dan suka bereksplorasi telah lama menjadi kunci kejayaan manusia. Manfaat terkecil dari jiwa petualang dan kemauan untuk eksplorasi adalah tumbuhnya karakter open-minded. Munculnya optimisme dan keyakinan bahwa begitu banyak peluang yang terhampar di bumi ini.

Teruslah berpetualang. Teruslah melakukan eksplorasi. Jangan berhentidi suatu titik terlalu lama, karena hidup terus berubah. Dengan begitu, kamu akan bisa surfing on the waves and eventually flourishing.

Sabtu, 17 Februari 2024

Tak ada ruginya berproses menjadi eksportir sukses

  

Tidak ada ruginya sama sekali dengan berproses untuk menjadi seorang eksportir sukses. Karena andai pun kamu tidak mencapai sukses besar, minimal kamu akan meraih beberapa hal positif.  

Pertama, kemampuan berkomunikasi kamu akan naik. Hal ini dikarenakan dalam proses menjadi eksportir kamu akan dituntut untuk banyak melakukan korespondensi dengan para calon buyer dan bernegosiasi dengan mereka.

Kedua, kamu akan memiliki kemampuan digital marketing. Berproses menjadi seorang eksportir, kamu akan diharuskan untuk menguasai dan mempraktikkan digital marketing. Kamu harus memiliki kemampuan untuk membuat website, beriklan di media sosial, familiar dengan membuat akun di beberapa platform marketplace B2B, familiar dengan email marketing dan lainnnya. Sekalipun, andai itu terjadi, kamu tidak sepenuhnya sukses (which is unlikely to happen if you focus on it), maka kamu bisa menggunakan kemampuan digital marketing tersebut untuk keperluan lain seperti bisnis dalam bidang lain.

Ketiga, kamu akan memiliki jaringan yang luas. Berproses menjadi seorang eksportir sukses, kamu diharuskan untuk memiliki banyak koneksi dengan supplier, forwarder, investor, atase-atase perdagangan, coach-coach atau mentor-mentor bisnis, dan lainnya.

Keempat, ilmu tentang ekspor. Ini jelas akan kamu raih. Untuk menjalani aktivitas ekspor, tentu kamu harus memiliki ilmu tentang ekspor. Ilmu tentang ekspor banyak berkaitan dengan ilmu dagang pada umumnya. Dengan menguasainya, kamu akan memiliki skill berdagang yang bagus.

Kelima, kemampuan berbahasa asing. Bagaimana bisa kita menggunakan bahasa lokal untuk berkomunikasi dengan para buyer dari luar negeri. Tentu kita harus berkomunikasi dalam bahasa asing, walau tidak begitu lancar. Walau kita hanya menggunakan piranti bantuan seperti google translate, kita akan semakin akrab berkomunikasi dalam bahasa asing. Setidaknya hal tersebtu dibuktikan oleh banyak eksportir yang tadinya benar-benar nol dalam berbahasa inggris, menjadi cukup mampu berkomunikasi dalam bahasa inggris.

Keenam, kualitas kepribadian kamu akan terasah. Bagaimana tidak, dalam berproses menjadi eksportir sukses,  kamu diharuskan untuk bersabar. Bersabar dalam upaya mencapai target. tak perlu muluk-muluk. Targetkan untuk bisa closing dua kontainer saja dalam setahun. Berdasarkan pengalaman banyak orang, target tersebut bisa dicapai. Bersabar dan berfokus untuk mencapai target 2 kontainer dalam setahun bisa memperbagus kualitas kepribadianmu. Kemampuan fokus dan bersabar itu sangat penting, bukan hanya dalam dunia ekspor, melainkan juga diaplikasikan dalam bidang lain. Yang menarik dari target ekspor adalah, ketika kita mencapai target pertama, biasanya kita akan lebih mudah untuk mencapai target-target selanjutnya. 2 kontainer pertama akan membuat kita semangat dan penuh keyakinan untuk mencapai target pengiriman kontainer-kontainer selanjutnya.

So, tak ada ruginya sama sekali berproses menjadi seorang eksportir. Jika tidak meraih target finansial (which is unlikely), maka kamu bisa meraih segala hal yang diuraikan di atas.

Hidup ini hanya sekali, lakukan upaya yang memberdayakan segala energi daya kemampuan yang kamu miliki. Dengan begitu kamu akan puas menjalani hidup. Nantinya, kamu akan memiliki cerita-cerita hebat untuk dikenang dan dijadikan pelajaran banyak orang.

Hanya hidup yang dipertaruhkan lah yang layak untuk dimenangkan.

Senin, 12 Februari 2024

Merubah perspektif ibadah dan doa

 

Perasaan adalah energy. Pikiran adalah energy. Energy-energi tersebut berpengaruh terhadap apa yang hadir mewujudan nyata dalam hidup kita. Pikiran dan perasaan positif seringkali menarik hal-hal positif hadir dalam keseharian hidup kita. Begitu pula pikiran dan perasaan negative menarik hal-hal negative untuk hadir dalam hidup kita. Konsep seperti ini seringkali disebut dengan Law of Attraction atau hukum ketertarikan.

Apa yang kita pikirkan dan rasakan kadang tidak mewujud nyata, terutama hal-hal yang berkaitan dengan yang kita harapkan untuk terwujud. Kita panjatkan doa, supaya hajat kita terwujud. Namun kadang tidak lekas mewujud. Kenapa bisa terjadi hal demikian? Bisa jadi, hal tersebut terjadi karena pikiran dan perasaan kita negative saat kita berdoa, saat kita beribadah. Kokbisa beribadah dan berdoa dengan perasan dan pikiran negative? Bagaimana bisa kita beribadah dengan perasaan dan pikiran negative? Apakah mungkin? Jawabannya adalah mungkin saja dan bias saja.

Begini ilustrasinya.

Saat berdoa, kita panjatkan berbagai harapan untuk Tuhan kabulkan. Namun di waktu yang sama, kita berdoa dengan pancaran perasaan seperti orang yang penuh kekurangan. Ada perasaan dan pikiran bahwa ada yang kurang belum terwujud dalam hidup kita. Perasaan dan pikiran kurang tersebut justru menjadi penarik bagi terwujudnya kekurangan yang nyata. Kita berdoa mengharapkan kelimpahan rizki, dengan pancaran perasaan seperti orang yang masih penuh kekurangan. Yang terwujud justru bisa saja berupa kekurangan pula.

Lantas bagaimana caranya supaya kita bisa mewujudkan hal-hal yang kita inginkan? Bagaimana pula caranya kita beribadah dengan perasaan dan pikiran yang positif? Caranya adalah dengan merubah perspektif ibadah kita. Merubah perspektif dari berdoa dan beribadah karena merasa ada yang masih kurang dan hal yang belum kita wujudkan, menjadi beribadah karena kita bersyukur atas berbagai hal karunia yang Alloh limpahkan kepada kita. Beribadah karena kita merasa cukup dan telah dicukupkan oleh Alloh SWT. Ini memang tidak mudah, dan ini butuh seni mengelola pikiran. Merubah perspektif beribadah seperti ini akan membuat kita merasa sebagai orang yang berkecukupan. Perasaan dan pikiran kecukupan tersebut yang akhirnya menarik kecukupan dan keberlimpahan lainnya, sesuai dengan prinsip hokum ketertarikan.

Jika kita memiliki keinginan dan keinginan tersebut kita panjatkan dalam doa, maka milikilah pikiran dan perasaan bahwa kita layak untuk meraih apa yang kita inginkan tersebut. Jangan miliki perasaan layaknya orang yang tidak memiliki hal tersebut. Libatkan perasaan dan pikiran bahwa perwjuduan atas apa yang kita inginkan adalah sebuah keniscayaan, and itu hanya masalah waktu. Miliki keyakinan seperti itu. Miliki perasaan dan pikiran bahwa kita pantas mendapatkan apa yang kita inginkan. Yakini bahwa Alloh lekas mewujudkannya, apa pun itu caranya. Insya Alloh itu adalah cara terwujudnya apa yang kita harapkan dalam hidup.

Intinya, berdoa dan beribadah jangan disertai dengan perasaan bahwa kita masih kekurangan. Melainkan, kita beribadah karena itu adalah wujud rasa syukur atas segala karunia yang Alloh berikan kepada kita berupa hidup dengan segala kelebihannya.

Begitulah cara merubah perspektif doa agar kita bias mewujudkan apa yang kita inginkan.