Kamis, 25 November 2021

Pola Pertolongan Alloh (2)


Berita yang ditunggu-tunggu itu pun tiba. Pemerintah Australia secara resmi mengumumkan bahwa mahasiswa internasional bisa masuk ke Australia dengan syarat sudah divaksin penuh. Rasa bahagiaku seketika membuncah. Namun aku tidak langsung percaya, karena merasa selama ini di-PHP oleh pemerintah Australia. Aku coba kroscek berbagai lini berita. Hasilnya sama, bahwa border Australia memang sudah dibuka. Langsung aku cek kelengkapan semua berkas, dan ternyata ada semua. Paspor, visa, SP Setneg, Exit Permit, Vaksin, dan lainnya ada semua. Lega rasanya.

Aku jadi teringat dan tersadarkan akan satu hal, yaitu pola-pola terkabulnya doa. Dua bulan terakhir ini adalah masa-masa aku maksimal dalam memanjatkan do’a. Soal do’a, aku tidak hanya mengandalkan diri, namun juga melibatkan orang-orang tercinta. Sejak memulai studi seku selalu pesimis bahwa aku bisa lekas berangkat ke Australia. Semua itu karena aku merasa bahwa situasi tidak memungkinkan sepertinya. Namu Alloh memberiku ilham melalui berbagai hal. Melalui status whatsapp seorang teman, melalui artikel yang muncul secara tidak sengaja, dan melalui berbagai cara lainnya, aku tersadarkan akan p0ola-pola terkabulnya do’a. aku selama ini keliru, karena selalu mengikuti dan menuruti logika manusia. Padahal Alloh SWT punya kuasa untuk merubah kondisi dan situasi apa pun yang ada di dunia.

Kali ini aku semakin meyakini tentang pola-pola terkabulnya do’a. Pertama, saat logika manusia tidak bisa meyakini bahwa sesuatu itu bisa terwujud nyata, justru di momen itu lah kita harus panjatkan do’a. Do’a adalah penghambaan diri kepada Alloh SWT ketika semuanya terasa tidak mungkin. Ketika sepertinya hanya keajaiban lah yang bakal bisa merubah semuanya. Dan Alloh SWT adalah yang maha ajaib. Maka, dalam situasi genting dan pelik seperti apa pun, memohon lah kepada Alloh SWT agar ia menurunkan keajaiban tersebut.

Kedua, libatkan banyak orang untuk berdo’a mewujudkan hajat kita. Mintalah pertolongan keapda orang tua, sanak saudara, sahabat, dan orang lainnya. Mintalah pertolongan kepada fakir miskin yang kita beri santunan untuk mendoakan terkabulnya hajat kita. Saat suatu hajat terwujud, barangkali itu bukan karena do’a kita, melainkan karena do’a orang lain yang lebih sholih/sholihah. Sambil melibatkan banyak orang untuk mendoakan hajat kita, terus-meneruslah berdoa secara rutin. Berdoalah di setiap selesai sholat, baik shola tsunnah maupun wajib. Berdoalah di waktu-waktu mustajab tanpa henti. Jadikan doa seperti dzikir, yang kita ulang-ulang secara terus menerus hingga ia terwujud.

Ketiga tebuslah segala hajat dengan sedekah. Tak masalah jika kita meniatkan memberi sedekah untuk terwujudnya suatu hajat. Toh rosululloh SAW memang mengajarkannya. “Beli lah hajatmu dengan sedekah”, demikian yang disampaikannya. Salurkan sedekah dengan jumlah yang selaras dengan bobot nilai hajat yang ingin diwujudkan. Jangan terlalu perhitungan dalam bersedekah. Semakin banyak semakin baik. Semakin berat untuk mengeluarkannya semakin baik. Semakin rutin dan konsisten, semakin baik. Alloh SWT mencintai hambaNya yang rutin dalam bersedekah.

Kesalahan terbesar yang telah aku alami adalah mengabaikan keajaiban doa yang dipanjatkan secara terus menerus tanpa putus hingga hajat terwujud. Selama ini logika ku telah menghambatku. Andai aku menyadari pola-pola pertolongan Alloh ini, mungkin sudah banyak hajat-hajatku yang terlah terwujud. Secara ringkas, pola pertolongan Alloh SWT meliputi berdoa secara terus-menerus, melibatkan banyak orang untuk mendoakan terwujudnya hajat kita, dan menebus terwujudnya hajat dengan sedekah. Selebihnya, kita berusaha sesuai dengan porsi kita sebagai manusia.

Kini, aku semakin mantap menatap terwujudnya hajat-hajat lainnya. Insya Alloh polanya sama, karena Alloh SWT menciptakan pola-pola terkabulnya pertolongan tersebut sebagai hukum semesta.

Jumat, 19 November 2021

Mendirikan Publishing House

Ini adalah tulisan yang dimaksudkan untuk menjadi pengingat bagi diri sendiri tentang prosedur mendirikan badan usaha penerbitan buku.

Aku semakin meyakini bahwa law of attraction itu memang benar-benar hukum alam yang nyata yang diciptakan oleh Allos SWT. Ia bekerja secara alami bagi siapa saja, terlepas apa pun keyakinan ketuhanannya. Pagi ini aku buka beranda youtube. Di situ muncul beberapa video yang menjelaskan tentang prosedur mendirikan usaha PT perseorangan, penerbitan buku, sekaligus mendaftarkan ISBN. Aku langsung membuka satu per satu video. Ternyata proses mengurus itu semua nampaknya mudah, tak serumit yang aku bayangkan sebelumnya. Kini aku merasa bahwa langkahku semakin dekat dengan terwujud nyata nya impianku, mendirikan sebuah badan usaha penerbitan buku yang produktif dan berdampak positif bagi literasi masyarakat.

Hal pertama yang harus dilakukan untuk sampai memiliki badan usaha penerbitan buku adalah mendirikan PT Perseorangan. Langkah-langkahnya relative mudah. Aku hanya perlu masuk ke portal www.AHU.go.id dan mengikuti prosedur yang ada. Link tutorialnya ada di bawah artikel ini. Setelah selesai mendirikan PT Perorangan, langkah selanjutnya adalah mendirikan badan usaha penerbitan buku. Link tutorialnya juga tersedia di bawah artikel. Proses mendirikan badan usaha penerbitan ini akan membutuhkan proses yang relative lebih panjang dari proses mendirikan PT Perorangan. Namun semua itu tidak masalah. Stok kesabaran dan determinasiku untuk melewati proses panjang tersebut sangat besar. I am determined to do whatever it takes to make my dream come true, menjalankan usaha penerbitan buku dengan sukses, demi terwujudnya cita-citaku memberikan kontribusi kepada negeri dalam kampanye literasi.

Setelah selesai mendirikan badan usaha penerbitan buku, langkah selanjutnya adalah membentuk tim. Ada beberapa divisi yang dibutuhkan dalam perjalanan pendirian publishing house ini. Divisi pertama adalah divisi produk. Divisi produk berfungsi mengadministrasi produk buku, berinteraksi dengan para contributor/penulis, editing konten, serta memastikan bahwa konten buku yang akan diterbitan benar-benar layak terbit dan memiliki nilai manfaat yang besar. Divisi kedua adalah, divisi media. Divisi ini bertugas mengurus layout design dan segala hal yang berhubungan dengan tampilan buku. Divisi ketiga adalah divisi kerjasama dan public relation. Ia bertugas untuk menjalin kerjasama dengan percetakan serta memasarkannya ke public.

Di awal-awal, mungkin akan susah untuk menjadikan semua anggota divisi tersebut pekerja tetap. Namun mereka masih bisa bekerja, dengan berperan sebagai pekerja paruh waktu (freelancer). Semakin berjalan dan berkembang, badan usaha tersebut akan semakin mantap memposisikan diri sebagai badan penerbitan yang berkontribusi dalam proyek literasi masyarakat.

Setelah semua proses itu dilalui, focus ku hanya pada pengembangan pengembangan dan pengembangan. Badan penerbitan tersebut akan semakin berkembang saat perpustakaan integrative yang aku rintis benar-benar berdiri megah.

Tidak ada yang tidak mungkin untuk diwujudkan ketika ikhtiar dan doa dijalankan secara maksimal. Ikhtiar dan do’a adalah ranahku. Sementara perwujudan impian tersebut adalah ranah Alloh SWT.

Amiin..

Insya Alloh

 

Link:

Tutorial pendirian PT Perorangan: https://www.youtube.com/watch?v=wdVwrfgsHhM

Tutorial pendirian penerbit buku : https://www.youtube.com/watch?v=RinVDbFPa7w

Mind-mapping YES, overthinking NO


Ide dari tulisan ini muncul saat aku membayangkan betapa akan melelahkannya proses yang harus aku lalui untuk meraih suatu tujuan tertentu. Padahal, aku tersebut belum mencoba memulai satu langkah pun dalam mengarungi proses tersebut. Ceritanya begini, ada sebuah workshop yang diselenggarakan secara online. Workshop tersebut menghadirkan pembicara yang merupakan seorang praktisi ekspor. Dia menyampaikan tahapan-tahapan ekspor yang begitu banyak. Ada sekitar 10 tahapan ekspor, dimana masing-masing tahapan terdiri dari beberapa langkah spesifik. Mendengar semua hal yang disampaikan oleh pembicara, dalam pikiran aku muncul berbagai bayang-bayang keribetan, kesibukan, tantangan dan seabreg masalah. Menyadari begitu banyaknya tahapan yang harus aku lalui jika melakukan kegiatan ekspor, aku jadi overthinking.

Thinking itu penting. Namun overthinking biasanya tidak bagus. Apa pun yang ada over nya, biasanya tidak bagus. Overthinking yang tidak dikontrol dengan baik akan cenderung membuat seseorang down, kurang bergairah, dan patah semangat. Menyadari hal terebut, aku tidak mau overthinking tersebut mengaburkan cita-citaku untuk menjadi seorang eskportir di masa depan, sooner or a bit later. Oleh karena itu, aku mencoba melakukan refleksi diri. Tujuannya adalah agar aku bisa meyakinkan diri bahwa I can get through all obstacles to reach my big destination.

Dalam upaya mewujudkan cita-cita, kemampuan metakognisi itu sangat penting, menurut ilmu neurosains. Salah satu bentuk dari metakognisi adalah kemampuan untuk membuat mind-map atas rencana kerja. Aku pernah membuat mind-map untuk proses pendaftaran beberapa beasiswa. Dalam mind-map tersebut muncul tahapan-tahapan yang harus aku lalui, serta berbagai syarat yang harus aku penuhi. Mind-map tersebut menjadi semacam guidance untuk langkah-langkahku dalam upaya mewujudkan hajatku.

Mind-map tersebut memberikan panduan kepadaku supaya langkah-langkah yang aku lakukan benar-benar mengarah pada perwujudan cita-citaku. Yang jadi masalah adalah ketika mind-map disikapi dengan overthinking. Artinya, saat melihat map, pikiran membayangkan potensi tantangan yang begitu banyak, tenaga yang bakal terforsir, atau birokrasi panjang yang harus dilalui. Itu semua memang akan dilalui dalam proses perwujudan tujuan. Namun membayangkan segala pernak pernik detil tentang semua tahapan sekaligus itu tidak perlu. Hal tersebut bisa menimbulkan overthinking. Overthinking akan menimbulkan persepsi bahwa tujuan yang ingin diraih akan sangat berat dalma mengupayakannya.

Yang harus dilakukan saat orang berusaha mewujudkan cita-cita adalah membuat perencanaan yang jelas seperti membuat mind-map. Kemudian, ia harus langsung terjun melakukan tahapan demi tahapan. Focus lah pada setiap tahapan. Jangan focus pada tahapan selanjutnya, ketika tahapan yang sedang dijalani belum selesai. Berlakulah seperti orang yang berkendara di malam hari di jalanan berkabut. Jika kita berusaha melihat jauh dengan sorot lampu kendaraan kita, maka akan susah, karena kabut biasanya membuat jarak pandang kita terbatas. Tidak terlihatnya kondisi jalan di depan dalam jarak yang jauh bukan berarti bahwa jalan tersebut tidak mungkin untuk dilewati. Yang perlu dilakukan adalah focus pada upaya untuk terus menjalankan kendaraan, dengan memanfaatkan jarak pandang yang terbatas tersebut. Niscaya akan sampai juga. Sekalipun ada penghalang di depan, ya hadapi.

Prinsip ini sepertinya layak untuk diberlakukan dalam upaya mewujudkan impian apa pun. Buatlah mind-map untuk mewujudkan impian. Jalani satu demi satu tahapan secara focus. Namun jangan overthinking terhadap perjalanan mewujudkan impian tersebut.

This piece of writing is simply written as a self-reflection and self-encouragement

Rabu, 17 November 2021

Model Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang Efektif Bagi Guru

 

Praktik penelitian tindakan kelas (PTK) sudah menjadi sebuah keniscayaan bagi serang guru. PTK berfungsi untuk merumuskan model pembelajaran yang efektif yang bisa diterapkan dalam praktik pembelajaran jangka panjang. Dengan praktik PTK, guru dapat memperoleh jawaban atas permasalahan dalam pembelajaran yang menjadi kendala guru dan peserta didik. Melalui praktik PTK, seorang guru bahasa Inggris yang memiliki masalah dengan pembelajaran Speaking Skill bisa mendapatkan solusi berdasarkan bukti empiris. Melalui praktik PTK, seorang guru matematika yang merasakan kendala untuk membuat peserta didik memahami materi Aljabar secara komprehensif bisa mendapatkan solusi, sehingga kedepannya pembelajaran Aljabar bisa efektif.

Begitu nyata manfaat dari praktik PTK. Namun, apakah para guru di Indonesia sudah memiliki mindset yang benar tentang hakikat dari dilakukannya praktik PTK? Apakah para guru di Indonesia sebagian besar memiliki kemampuan melakukan praktik PTK secara efektif? Jawabannya bisa iya, bisa tidak. Penulis belum menemukan satu referensi penelitian yang mengungkap prosentase guru di Indonesia yang memiliki kemampuan melakukan PTK. Namun, terlepas mampu tidaknya guru-guru di Indonesia melakukan penelitian, upaya memberikan pelatihan tentang penelitian bagi guru semestinya terus dilaksanakan secara berkesinambungan.

Selama ini, akses terhadap kegiatan workshop dan pelatihan tentang penelitian yang ditujukan untuk guru relative terbatas. Tidak ada kegiatan workshop penelitian yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan yang menjangkau seluruh guru. Satu kegiatan workshop penelitian yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan biasanya diikuti oleh beberapa guru perwakilan berbagai sekolah. Idealnya perwakilan guru tersebut melakukan diseminasi kepada rekan guru sejawat. Namun diseminasi seringkali tidak dilakukan. Sehingga wawasan tentang penelitian hanya berhenti pada guru yang mengahdiri workshop tersebut. Selain itu, tidak ada jaminan pula bahwa guru-guru yang mengikuti pelatihan benar-benar memiliki pemahaman secara komprehensif tentang penelitian, serta mampu melakukan praktik penelitian sesuai dengan kaidah penelitian yang berlaku. Efektivitas workshop tentang penelitian kadang masih belum sepenuhnya tercapai. Lantas bagaimana caranya memberikan pemahaman yang cukup kepada para guru untuk melakukan penelitian?

Pemberian teori tentang penelitian memang perlu. Namun hal tersebut tidak cukup. Pemaparan teori tentang penelitian yang tidak disertai dengan contoh implementasi dari teori tersebut seringkali menyisakan kesalahpahaman. Dalam tulisan ini, penulis mengajukan sebuah model pelatihan penelitian bagi guru yang disebut “Pelatihan Penelitian Berbasis Contoh”. Ide ini mungkin terkesan klise. Memang tidak ada hal yang spektakuler atau pun inovatif dalam ide tersebut. Meskipun hal tersebut terkesan klise, pemberian contoh yang cukup tentang praktik penelitian seringkali terabaikan dalam program pelatihan penelitian mana pun.

Ide tentang pelatihan peneltian berbasis contoh tersebut muncul dari pengalaman empiris penulis sendiri. Dulu, penulis kurang memiliki pemahaman yang komprehensif tentang penelitian. Penulis memang pernah mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan meneliti. Namun, porsi materi dalam pelatihan-pelatihan tersebut sebagian besar dialokasikan pada penyampaian teori tentang penelitian, penyusunan proposal penelitian, dan pelaporan penelitian. Ada  pun contoh implementasi penelitian yang diberikan kepada peserta pelatihan sangat terbatas. Dengan terbatasnya contoh penerapan penelitian tersebut, para peserta kurang memiliki referensi yang cukup tentang penelitian. Akibatnya, para peserta merasa kesulitan dalam menghadapi kendala penelitian yang konteksnya berbeda dari contoh penelitian yang pernah mereka lihat.

Eksposur terhadap berbagai contoh penelitian akan memberikan pemahaman komprehensif tentang konteks. Dengan mempelajari berbagai contoh penelitian, guru bisa memahami cara mendesain metodologi penelitian, cara mengumpulkan data, cara menganalisis data, cara mendeskripsikan hasil penelitian, dan cara melaporkan hasil penelitian. Keterampilan membuat proposal penelitian memang penting. Namun dalam konteks penelitian yang dilakukan oleh guru sebagai upaya perbaikan kualitas pembelajaran, maka penyusunan proposal tidak relevan. Proposal biasanya diperlukan oleh pihak eksternal. Contohnya adalah ketika guru ingin mendapatkan sponsor untuk kegiatan penelitian, mereka diminta untuk menyusun dan menyerahkan proposal penelitian.

Bagaimana cara guru mendapatkan contoh-contoh penelitian? Ini adalah pertanyaan yang menjadi inti dari ditulisnya artikel ini. Guru harus memiliki akses terhadap berbagai jurnal akademik. Salah satu portal yang digunakan untuk mencari literature karya ilmiah adalah Google Scholar. Dalam Google Scholar, guru hanya perlu memasukkan kata kunci tertentu. Misalnya guru ingin mengetahui contoh penelitian tindakan kelas dalam pelajaran bahasa inggris khususnya untuk kemampuan berbicara (speaking) peserta didik. Guru tinggal memasukkan kata kunci “penelitian tindakan kelas bahasa Inggris speaking”. Google Scholar akan secara otomatis menyajikan berbagai literature yang ebrhubungan dengan kata kunci yang dimasukkan tersebut. Guru tinggal memilih literature mana yang mereka ingin baca. Google Scholar memang efektif untuk pencarian literature. Namun kelemahan dari Google Scholar, sebagaimana kelemahan dari platform pencarian literature akademik lainnya, adalah tidak semua literature disajikan secara open-source. Ada literature-literatur yang aksesnya berbayar. Namun banyak pula literature yang open-source, bisa diakses secara gratis.

Berkaca pada berbagai universitas di dunia yang menyediakan akses perpustakaan online yang gratis bagi para mahasiswanya, dinas pendikan seharusnya mampu menghadirkan akses perpustakaan online yang bisa memungkinkan guru-guru mengakses berbagai jurnal secara gratis. Anggaran untuk pendidikan di Indonesia begitu besar. Seharusnya pemerintah mampu untuk mengupayakan akses gratis terhadap berbagai jurnal bagi para guru. Andai guru-guru di Indonesia memiliki akses gratis terhadap berbagai jurnal ilmiah, maka mereka akan dengan mudah mendapatkan contoh-contoh penelitian dan belajar dari contoh-contoh penelitian tersebut.

Gabungan antara pemberian teori dan penyediaan akses terhadap contoh-contoh penelitian sebenarnya cukup untuk memberi para guru pemahaman yang komprehensif tentang penelitian. Pendampingan bagi proses penelitian guru sebagai tindakan follow up memang penting. Namun terbatasnya sumber daya manusia untuk mendampingi sekian guru yang melakukan praktik penelitian tentu menjadi kendala tersendiri. Sedangkan dengan akses contoh-contoh penelitian yang begitu beragam, guru bisa belajar secara mandiri sesuai dengan level kecepatan belajar mereka (learning pace).

Selasa, 16 November 2021

Terapi Berpikir dan Berprasangka Positif


Kemarin pagi, aku mendapatkan pesan bijak yang sangat dalam. Ceritanya aku sedang menelpon salah satu temanku, yang juga merupakan seorang guru bahasa Inggris. Aku curhat kepada dia, mengeluhkan betapa aku merasa bahwa aku dipandang sebelah mata oleh para senior yang ada di sebuah organisasi yang aku terlibat di dalamnya. Memang, aku pernah mengusulkan suatu program untuk membuat organisasi tersebut produktif dan memberi bekal pengembangan profesionalitas kepada para guru anggota organisasi tersebut. Namun para anggota organisasi tersebut, yang isinya guru-guru senior, terkesan sangat kurang mendukung dilaksanakannnya gagasanku. Jadilah aku berpikir dan berprasangka bahwa mereka tidak mendukungku karena aku masih junior dan tidak layak tampil dominan dalam organisasi tersebut. di mata mereka.

Mendengar kata-kata negative yang aku ucapkan, kakak ku mengajakku berdiskusi tentang berpikir dan berprasangka positif. Dia berkata bahwa seringkali kita mengikuti logika negative yang kita bangun sendiri, yang sebenarnya itu tidak terbukti secara nyata. Celakanya, pikiran dan prasangka negative yang ada tersebut justru seringkali mewujud menjadi nyata. Mengapa bisa demikian? Hal tersebut ada hubungannya dengan law of attraction.

Terlepas adanya pengaruh law of attraction, ternyata pengaruh pikiran dan perasaan terhadap perwujudan kenyataan itu benar adanya. Alur pengaruhnya seperti ini. Prasangka dan pikiran negative akan mempengaruhi cara orang bersikap. Orang yang dalam pikirannya ada kecurigaan terhadap orang lain cenderung menunjukkan sikap jaga jarak, mimic wajah yang kurang bersahabat penuh kecurigaan. Sayangnya, hal tersebut terbaca oleh orang lain yang dicurigai tersebut. Tentu hal tersebut akan menimbulkan reaksi sikap penyesuaian. Akhirnya, orang lain tersebut juga menunjukkan sikap yang kurang bersahabat, kurang hangat, dan tidak nyaman.

Begitu pula dengan efek pikiran positif yang kita miliki terhadap bagaimana orang lain bersikap terhadap diri kita. Saat kita berpikir dan berprasangka negative, sikap kita akan menunjukkan hal yang positif. Kita akan cenderung menjadi pribadi yang bersahabat, hangat, sehingga orang lain merasa enak dan nyaman untuk berinteraksi dengan kita. Dengan pikiran dan prasangka positif, kita akan focus terhadap terlaksananya gagasan. Kita berpikir bahwa orang lain pasti setuju dan mendukungnya. Kita akan secara alam-bawah sadar menunjukkan sikap inklusif. Itu semua terpancar dari cara kita berbicara, bersikap, dan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan energy positif yang terpancar dari diri kita, orang lain pun akan menangkap energy tersebut. Mereka akan menunjukkan sikap yang sama, bahwa kita adalah orang yang layak didukung.

Aku kemudian menemukan benang merah pada kasus ku tadi, yang merasa bahwa aku diremehkan oleh para senior. Merasa bahwa aku diabaikan dan diremehkan, akhirnya program yang aku inisiasi tersebut tidak kujalankan. Akibatnya apa? Akibatnya adalah hal tersebut justru menjadi pembenar bahwa aku layak diremehkan. Sebagian senior mungkin akan berpikir “nih anak idenya bagus. Tapi kenapa tidak ada aksi nyatanya. Apa jangan-jangan dia hanya pandai mengeluarkan gagasan namun miskin dalam penerapan ya?” akhirnya mereka benar-benar meremehkan dan mengabaikanku.

Ada banyak kemungkinan-kemungkinan tentang sikap para senior yang terkesan meremehkanku yang seharusnya aku sadari. Kemungkinan pertama, mereka sebenarnya sangat mendukung, namun mereka sangat sibuk untuk secara intensif memberikan tanggapan terhadap gagasan yang aku kemukakan. Kemungkinan kedua, mereka sebenarnya sangat tertarik dengan gagasanku, namun mereka merasa enggan untuk tau secara lebih mendalam tentang bagaimana gagasan tersebut diterapkan, mengingat di antara kami belum terjalin keakraban. Kemungkinan ketiga, mereka bukan meremehkan, melainkan ingin melihat pembuktianku bisa merealisasikan gagasan tersebut. Secara, ada anak baru, junior, mengemukakan gagasan yang sebelumnya berada di luar jangkauan pikiran mereka. Ya memang sih kesannya mereka menantang, namun itu bukan lah sebuah sikap meremehkan.

Kadang, untuk mendukung pikiran dan prasangka negative, orang melibatkan logika-logika yang semakin menguatkan pikiran dan prasangka negative tersebut. Contohnya adlaah kata-kata seperti “aku tau kok mereka meremehkanku. Setidaknya aku tau psikologi orang yang meremehkan”. Mungkin memang orang tersebut pernah belajar psikologi, sehingga mengetahui karakter berbagai manusia. Namun kata-kata “aku paham psikologi orang yang meremehkan” kadang hanya dijadikan sebagai pembenar atas negatifnya pikiran dan prasangka.

Yang aku simpulkan dari diskusi dengan kakakku adalah bahwa seharusnya tidak ada ruang untuk pikiran dan prasangka negative dalam diri kita. Sekalipun pikiran dan prasangka negative tesebut benar adanya, ia akan bisa mewujud nyata, karena Law of Attraction bekerja. Mungkin orang memang meremehkan kita. Namun tidak ada ruginya jika kita malah berusaha berpikir dan berprasangka positif. Justru prasangka dan pikiran positif bisa merubah kenyataan menjadi positif sesuai dengan isi pikiran kita. Dalam Law of Attraction, apa pun yang kita afirmasi, yang ada dalam pikiran dan perasaan ktia secara terus menerus, entah itu hal yang kita sukai atau tidak, akan mewujud menjadi nyata. Oleh karena itu, kita musti berhati-hati dalam berprasangkan dan berpikir. Kita harus selektif dalam memasukkan suatu hal ke dalam pikiran dan perasaan. Karena hal tersebu bisa berubah menjadi nyata.

 

Senin, 15 November 2021

Apa pertaruhan terbesar dalam hidup yang pernah kau alami?


Pagi ini, aku cukup tersentak saat mendapatkan sebuah pertanyaan dari seorang sahabat. Dia bertanya, “ apa hal terbesar dalam hidupmu yang untuk meraihnya kamu harus mempertaruhkan segenap kemampuanmu?” Aku mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan mengingat-ingat hal-hal yang telah aku capai dan mendapati bahwa aku merasa belum pernah mengeluarkan segenap daya kemampuanku untuk suatu hal besar yang ingin kuraih.

Ini benar-benar menjadi sebah refleksi diri. Selama ini kadang aku mengeluh bahwa aku belum meraih hal-hal besar. Kadang aku bertanya, kenapa aku masih menjadi pribadi yang biasa saja. Ternyata jawabannya ada dalam pertanyaan yang diajukan sahabtku tersebut. Aku belum pernah mempertaruhkan apapun dalam hidupku.

 

Hidup yang tak pernah dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan

 

Itu adalah kata-kata bijak yang pernah aku dengar, namun aku lupa siapa yang mengatakannya. Benar sekali bahwa jika dalam hidup ini aku tidak pernah mempertaruhkan apa pun, maka aku tidak berhak untuk memenangkan apa pun. Kadang terbersit pikiran untuk menjadi orang besar, namun diri ini tak sadar bahwa diriku selama ini belum mempertaruhkan segenap daya kemampuanku. Apa yang bisa diharapkan dari diri ini, jika tidak ada hal besar yang kupertaruhkan?

Tentang pertaruhan ini, aku jadi menemukan titik terang akan beberapa hal dalam hidup. Belum diraihnya jodoh yang aku dambakan, sangat mungkin karena aku belum mempertaruhkan apa-apa untuk mendapatkannya. Mario Teguh berkata bahwa setiap individu harus berusaha memantaskan diri untuk bisa meraih hal-hal besar dalam hidupnya. Hal tersebut berlaku untuk upaya meraih apa pun. Sepertinya benar adanya, bahwa aku belum pernah berusaha memantaskan diri secara maksimal untuk meraih jodoh impianku. Sejauh ini, wanita-wanita yang hadir yang memiliki potensi untuk menjadi jodohku seringkali tidak menarik minatku. Aku merasa bahwa value mereka kurang. Sementara aku memiliki standard value tertentu yang ada pada seorang wanita untuk aku pilih.

Tentang pertaruhan ini juga menyadarkanku akan kondisi finansialku. Aku telah lama mendambakan mencapai kebebasan finansial. Ternyata selama ini aku belum mempertaruhkan apa-apa dalam hidupku, untuk meraih kebebasan finansial tersebut. Aku juga belum bisa memberikan kebahagiaan maksimal untuk keluargaku, mencukupi hajat kebutuhan mereka. Smeua karena aku belum pernah mempertaruhkan apa pun dalam hidupku. Aku merasa belum menjadi pribadi sholih yang dekat dengan Alloh SWT, karena aku belum pernah mempertaruhkan apa pun untuk menjadi hambaNya yang dekat dengannya.

Pencapaian besar identic dengan pertaruhan besar. Jika kau mendapati dirimu belum menjadi apa-apa, di situ pasti ada pertaruhan besar yang belum kamu tunaikan.

 

Lantas, langkah kongkrit apa yang harus aku lakukan?

Aku teringat momen-momen persiapan diri saat mendaftar beasiswa LPDP. Aku memetakan segala upaya yang harus aku lakukan, untuk meraih beasiswa tersebut. Aku belajar ke orang-orang yang berpengalaman yang berhasil dalam meraih beasiswa LPDP. Aku ikuti kursus online dan berlatih secara intensif untuk bisa meraih skor TPA yang melewati passing grade. Aku membeli dan membaca buku-buku besar untuk benar-benar memiliki wawasan kebangsaan yang mumpuni. Aku berlatih wawancara secara rutin. Aku pelajari detil factor-faktor yang mempengaruhi suksesnya wawancara. Aku bahkan memperhatikan detil outfit yang aku gunakan, untuk menunjang prima nya penampilanku saat wawancara. Aku berusaha melakukan pendekatan spiritual, karena aku yakin bahwa campur tangan Alloh SWT dalam terwujudknya hajat itu nyata. Aku libatkan Ibu ku dan orang-orang terkaish lainnya untuk mendoakanku agar hajatku terwujud nyata. Aku benar-benar melakukan pertaruhan besar untuk mewujudkan impianku meraih beasiswa studi lanjut di kampus impian di luar negeri. Alloh SWT memampukanku, akhirnya.

1.  Pertaruhan untuk menjadi seorang eksportir importir sukses mulia dermawan jaya.

Aku harus melakukan hal yang sama, sebagaimana aku berusaha mewujudkan cita-cita kuliah dengan biasiswa. Kini, aku bercita-cita untuk menjadi seorang eksportir importir yang sukses mulia dermawan penuh kejayaan. Apa pertaruhan yang harus aku upayakan?

§  Pertama, aku harus belajar melalui berbagai media.

§  Aku harus tergabung dalam komunitas-komunitas ekspor impor.

§  Aku harus berada di circle orang-orang yang sukses mejadi eksportir importir.

§  Aku harus menginvestasikan dana untuk belajar ekspor impor melalui berbagai platform kursus ekspor impor.

§  Aku harus memiliki target sukses ekspor minimal satu container pertama.

§  Aku harus belajar tentang suatu produk, mencari supplier, mengembangkan website yang menarik dan  informative.

§  Aku harus melatih diri secara terus menerus untuk cakap dalam berkorespondensi dengan calon buyer dari luar negeri.

§  Aku harus terus menerus melakukan pendekatan ke ribuan calon buyer hingga aku mendapatkannya. Tak peduli berapa ribu calon buyer yang aku hubungi. Yang jelas aku harus berhasil!

§  Aku harus belajar segala mekanisme ekspor impor hingga hal-hal yang sangat detil sekalipun.

§  Aku harus terus berkembang. Saat memperoleh buyer, aku harus berusaha bagaimana caranya agar buyer-buyerku loyal. Untuk impor, aku harus berusaha agar supplier2ku dan customer2ku loyal.

§  Aku harus tetapkan saham untuk Alloh SWT sekian persen. Sukur-sukur terus naik saham Alloh SWT.

 

2.  Pertaruhan untuk menjadi penulis buku-buku best-seller, berpengaruh dan penuh manfaat

Aku menulis berbagai artikel dalam blogku secara rutin. Kemudian aku bukukan artikel-artikel tersebut. Buku pertamaku bertemakan pendidikan dan pengajaran. Buku-buku tersebut ditujukan untuk memberi solusi bagi para guru dalam menciptakan pembelajaran yang efektif. Topic buku kedua adalah tentang psikologi dan motivasi. Sasaran utama adalah anak muda. Dari buku-buku tersebut, aku andil dalam terciptanya generasi muda yang penuh karya serta manfaat. Aku juga menjadi seorang novelis. Gokil kan? Apakah bisa, sementara aku belum suka membaca novel? Jawabku, aku pasti bisa. Semua bisa terwujud. Aku berpegang teguh pada prinsip growth mindset. Segala sesuatu bisa aku wujudkan asalkan aku mau menjalani proses 10.000 jam. Dengan terus belajar, berlatih dan berdoa, aku pasti bisa.

 

3.  Pertaruhan untuk menjalankan publishing house yang besar

Aku menjalankan sebuah publishing house yang besar. Banyak buku-buku karya ku sendiri dan karya dari para penulis lain yang laris dibaca oleh jutaan orang. Aku mengadakan pelatihan kepenulisan secara rutin di perpustakaan mewah yang aku dirikan. Melalui sekolah kepenulisan yang aku jalankan dengan sukses, aku menelorkan banyak penulis handal penuh prestasi. Karya-karya mereka dinikmati oleh berbagai kalangan dari berbagai Negara.

Publishing houseku semakin membesar, hingga dia bisa berjalan secara auto pilot.

 

4.  Pertaruhan untuk menjadi orang dermawan dan berpengaruh besar

Di setiap lini usahaku, aku tetapkan saham untuk Alloh SWT. Saham tersebut semakin ditingkatkan prosentasenya seiring berjalannya waktu dan berkembangnya usaha. Aku menjadi solusi bagi berbagai problematika sosial mayarakat. Aku menjadi figure yang penuh dengan manfaat bagi orang lain, terutama keluarga.

 

Aku benar benar bisa mewujudkan impian-impian besar melalui semua yang aku pertaruhkan. Alloh maha mewujudkan segala niatan baik.

Berdo’a Melewati Batas Logika Manusia

Titik penghambaan tertinggi seorang manusia adalah ketika ia bedo’a mengharapkan terwujudnya sesuatu melewati batas logika manusia

 Itu adalah inti dari hikmah yang aku petik dari pengalamanku akhir-akhir ini. Betapa aku menyesali, mengapa aku tidak menerapkan prinsip tersebut untuk hal yang akhir-akhir ini aku ingin wujudkan, padahal selama ini berkali-kali aku membuktikannya. Di mas apandemi ini, memang sulit untuk melakukan perjalanan antar Negara. Berbagai Negara membuat aturan ketat tentang keluar masuknya manusia ke Negara mereka. Hal tersebut berimbas pada terhambatnya aku untuk berangkat ke Negara Australia untuk studi di sana. Logikaku berkata dan meyakinkanku untuk menerima bahwa memang sangat susah untuk masuk ke Australia, karena situasi memang demikian adanya. Aku jadi patah arang dan pasrah untuk menerima keadaan dijalankannya kuliah non-tatap muka. Pikiranku dipenuhi logika, bahwa tidak mungkin aku bisa berangkat ke Australia, saat covid-19 merebak disana. Andai aku sedari awal studi menyadari bahwa batas penghambaan tertinggi adalah ketika aku berdoa atas suatu hal yang di luar logika manusia, tentu tak perlu sesal yang ada.

Alloh sepertinya pernah meyakinkanku bahwa bukan tidak mungkin aku  berangkat ke Australia saat pandemic mewabah disana. Berangkatnya beberapa temanku ke Australia setelah mendapatkan travel exemption seharusnya meyakinkanku untuk optimis dan berusaha supaya aku bisa berangkat juga. Namun lagi-lagi pikiranku dipenuhi oleh logika manusia, bahwa hal tersebut memungkinkan bagi mereka namun tidak bagi saya. Memang, ada beberapa aturan yang harus dipenuhi untuk bisa meraih travel exemption untuk berangkat ke Australia. Melihat poin-poin aturan yang ada, mustahil bagiku untuk mendapatkan travel exemption juga. Lagi-lagi, aku terjebak pada logika manusia. Padahal, untuk apapun yang ada di dunia, Alloh SWT punya kuasa untuk mewujudkannya.

Aku telah membuktikan sendiri bahwa dalam hidupku aku telah meraih beberapa hajat yang Alloh wujudkan setelah aku berdoa melewati batas logika manusia. Dulu, aku pernah berdoa kepada Alloh supaya aku bisa mendapatkan kesempatan untuk studi di Jepang dengan biaya dari sponsor sepenuhnya. Alhamdulillah cita-citaku terwujud saat itu juga. Padahal jika ditimbang dengan logika manusia, hal tersebut sangat sulit terwujud nyata. Secara, sainganku sangat banyak jumlahnya. Ada ribuan pelamar untuk slot yang hanya sekitar 20 saja. Selain itu, system birokrasi kepegawain untuk pengurusan perijinan studi lanjut di daerahku juga termasuk rumit prosesnya. Banyak orang yang skeptis bahwa ASN tak akan mudah untuk mendapatkan ijin studi lanjut atau mengurus cuti belajarnya. Bahkan cerita kepala sekolahku cukup mematahkan semangatku yang sempat membahana. Beliau pernah lolos dalam seleksi beasiswa S2 di perguruan tinggi bergengsi dalam negeri, namun tidak diijinkan untuk mengambil kesempatan tersebut walau beliau sudah tinggal selangkah saja. Hal tersebut membuat beliau kecewa tak terkira. Makanya beliau bertekad mendukung anak buahnya yang berusaha mewujudkan cita-cita melanjutkan studinya.

Aku pernah berhasil mewujudkan beberapa impian yang dalam logika ku sangat sulit untuk menjadikannya nyata. Aku pernah berhasil mengunjungi berbagai tempat indah dan bersejarah seperti kota Gold Coast, Illchulbong di Pulau Jeju, Tokyo Tower, Victoria Park di Hongkong dan tempat-tempat lainnya. Aku pernah berdoa supaya meraih kesempatan studi beasiswa S2 di perguruan tinggi di luar negeri, dan Alloh mengabulkannya. Untuk orang lain, hal tersebut mungkin mudah utuk mewujudkannya, karena dukungan sumber daya yang mereka punya. Namun bagiku, untuk mewujudkan keinginan-keinginan tersebut pada masa itu sangat lah di luar logika ku, mengingat terbatasnya sumber daya yang aku punya. Namun, waktu itu aku iseng, menyebut hajat-hajat itu dalam doa, berharap Alloh mengabulkannya, padahal di sisi lain ada bisikan bahwa sangat susah untuk mewujudkannya. Benar adanya bahwa kata-kata adalah do’a. benar adanya bahwa do’a adalah jembatan terwujudnya cita-cita. Tentu ada proses ikhtiar yang harus dilalui, karena itu adalah urusan manusia. Sedangkan soal terwujudnya cita-cita, itu urusan Alloh subhanahu wata’ala.

Kini, aku tersadar bahwa tugasku adalah terus berdoa untuk mewujudkan harapanku bisa berangkat ke Australia. Aku berharap minimal satu semester terakhir aku bisa berada di sana. Aku ingin merasakan lagi kesempatan berinteraksi dengan sesame mahasiswa di South Australia. Aku ingin menjalin persahabatan dengan teman dari berbagai Negara. Dengan begitu, aku bisa memperluas wawasan dan cakrawala tentang keragaman budaya. Akhir-akhir ini aku terus berdoa. Alhamdulillah, nampaknya do’aku didengar oleh Alloh SWT. Hari kemarin, aku mendapatkan email dari kampus, bahwa aku harus mengisi sebuah formulir kesanggupan untuk berangkat ke Australia melalui skema pilot project yang digagas oleh pemerintah di sana. Ini adalah secercah harapan yang melambungkan asa. Semoga Alloh SWT mengabulkan doaku untuk segera berangkat ke Australia, akhir tahun ini, atau Januari tahun depan tidak papa. Aku yakin, Alloh segera mengabulkannya.

Aku tersadar kembali untuk selalu berdoa mengharapkan terwujudnya hajatku se-tidakmungkin apapun hajat tersebut dalam kacamata logika manusia. Apa yang salah dengan logika manusia? Yang salah adalah, logika manusia seringkali membatasi kita. Jika kita mengharapkan sesuatu terwujud yang hanya mungkin dalam kacamata logika, maka kita tidak akan mendapatkan hal yang sangat besar nilainya. Karena apa? Karena logika manusia seringkali dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya. Contohnya, seorang remaja lulusan SMA yang lingkungannya terbatas, yang teman-temannya melanjutkan studi di perguruan tinggi yang ada di sekitar tempat tinggalnya, cenderung untuk memiliki cita-cita yang kurang lebih sama, yaitu melanjutkan studi di kampus yang kurang-lebih tak begitu jauh dari tempat tinggalnya. Padahal dengan impian doa dan usaha, dia bisa mewujudkan untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi di Negara luar sana.

Ini adalah sebuah pesan untuk diri sendiri khususnya, dan orang lain pada umumnya. Bahwa berdoalah mengharapkan sesuatu yang sangat besar melewati batas logika manusia. Kemampuan tuhan mewujudkan harapan jauh lebih besar ketimbang logika manusia. Karena Alloh SWT adalah maha segala-galanya.


Kamis, 11 November 2021

Kehidupan seperti apa sih yang kamu inginkan?

 

Ini adalah pertanyaan yang kadang muncul dalam benakku, namun aku tak pernah sepenuhnya meluangkan pikiran dan waktu untuk menjawabnya secara komprehensif. Namun kali ini aku akan mencoba menguraikan potret hidup ideal yang aku dambakan. Untuk menjawab pertanyaan ini, orang mungkin bingung bagaimana memulainya. Namun, semuanya bisa jadi mudah kalo orang memulainya dengan mendata hal-hal yang dianggap memiliki value bagi hidupnya.

Aku menempatkan value lebih pada keluarga, kebebasan, meaningful life, dan personal growth. Maka, gambaran ideal kehidupan yang aku inginkan ada pada ke-empat domain tersebut. Yang pertama adalah keluarga. Aku bahagia memiliki istri, anak, orangtua dan keluarga yang sehat dan ceria. Aku bisa memenuhi kebutuhan penunjang wellbeing mereka. Bukan hanya keluarga inti yang aku berkontribusi untuk menghidupinya, melainkan juga extended family. Aku bisa berperan maksimal dalam menciptakan nuansa saling mencintai dan menyayangi antar aggota keluarga. I am happy with my family.

Kedua adalah kebebasan. Aku memiliki kebebasan finansial dan kebebasan waktu. Kapanpun aku ingin nonton pertandingan European Champions League, aku tinggal berangkat. Kapan pun aku ingin pergi merasakan sensasi cuaca dingin bersalju di Nordic hemisphere, aku tinggal berangkat. Kapan pun aku ingin pergi umroh dan haji, aku tinggal berangkat. Kapan pun aku ingin pergi makan sushi di Sushi-Tei di kota manapun di Jepang, aku tinggal berangkat. Kapan pun aku ingin pergi mengunjungi teman sambil melakukan kegiatan social di Africa, aku tinggal berangkat. Kapapun aku ingin pergi berlayar dengan kapal pesiar menikmati keindahan ciptaan Alloh, aku tinggal berangkat. Setiap kali aku melakukan perjalanan ke belahan dunia manapun, aku selalu sempatkan untuk bersedekah di Negara yang aku kunjungi. Aku berkunjung ke Masjid-masjid dan pusat peradaban islam di Negara tersebut.

Aku memiliki kebebasan finansial, hingga apa pun yang aku inginkan yang bisa aku wujudkan dengan uang, bisa aku dapatkan. Aku memiliki kanal-kanal sumber penghasilan dari kegiatan ekspor impor yang sangat sukses. Aku memiliki tim yang handal yang membuat gerak bisnisku auto-pilot. Aku pergi ke luar negeri untuk menjalin relasi dan kerjasama. Pulang dari luar negeri aku membawa seperangkat rencana yang siap eksekusi. Aku mendapatkan penghasilan dari personal branding ku. Melalui berbagai endorse dan iklan yang aku jalani. Aku memiliki investasi menguntungkan di berbagai lini usaha. Aku memiliki midas touch. Setiap yang aku sentuh, setiap bisnis yang aku garap, berubah mejadi emas. Aku nothing to lose terhadap any flop, dan aku sangat bersyukur terhadap setiap keberhasilan dan pencapaianku. Aku menjadi pribadi yang selalu bersyukur pada Alloh. Hidup terasa begitu mudah.

Yang ketiga, meaningful life. Aku adalah seorang bernama Dahlan yang sangat dermawan. Aku terkenal atas kedermawananku. Ada keluarga yang membutuhkan uang untuk berobat, aku tinggal kasih. Ada yang membutuhkan modal untuk pengembangan usaha, aku tinggal kasih. Ada yang membutuhkan biaya untuk pendidikan dan program tahfidz anaknya, aku tinggal kasih. Ada keluarga yang membutuhkan biaya untuk perbaikan rumah, aku tinggal kasih. Ada program-program pemakmuran masjid, aku tinggal sokong. Mengundang pengajian dengan habaib sebagai pembicaranya, aku tinggal kasih. Namun aku tidak mau meminjami uang kepada orang. Kalo ada orang meminjam uang, aku tinggal kasihkan, tidak berharap kembali. Namun aku juga lihat karakter orangnya. Kalo dia adalah orang yang cenderung hanya memanfaatkanku, maka aku tidak akan memberinya. Aku kasih santunan kepada orang-orang tua yang sudah tidak produktif tiap bulannya, minimal 500 ribuan.

Aku memiliki ratusan anak asuh, yang aku sekolahkan di berbagai lembaga pendidikan, baik dalam maupun luar negeri. Aku selalu adakan kegiatan kumpul bersama dengan para anak asuh, satu semester sekali, untuk memberikan bimbingan penumbuhan Growth Mindset dan meaningful life. Yang dekat bisa hadir. Sementara yang jauh juga harus hadir, melalui media telekonferensi. Aku samakan visi semua anak asuhku. Semua agar menjadi pribadi yang bernilai dan berguna bagi banyak orang. Aku mendirikan yayasan Growth Mindset Indonesia. Yayasan tersebut menyajikan pendidikan bagi generasi muda untuk memiliki mindset yang bagus dan mengembangkan DNA berkarya.

Bulan puasa adalah bulan penuh sedekah. Aku memberi makan bagi ribuan orang untuk berbuka puasa. Aku menyantuni fakir miskin. Aku mendukung program-program masjid, panti asuhan, dan program sosial. Aku memiliki perpustakaan besar dengan fasilitas digital. Luas lahan perpustakaanku adalah 5000 meter persegi. Ada gedung tiga lantai, berisi koleksi berbagai buku, ruang akses teknologi informasi dan tempat baca yang nyaman, serta tempat tinggal penjaga perpustakaan yang aku gaji tiap bulannya. Di bawahnya, ada kantin dan kafe. Ada lahan parker yang cukup luas. Ada taman baca yang hijau. Di perpustakaan tersebut sering diselenggarakan berbagai program seperti workshop kepenulisan, lomba-lomba yang berhubungan dengan penulisan, bedah buku, diskusi remaja, bimbingan penelitian, seminar bisnis, seminar pendidik, workshop/pelatihan keterampilan, lomba MTQ nasional, regional, dan local. Perpustakaan tersebut juga menjadi tempat pengenalan budaya terhadap komunitas internasional. Ada banyak program pengenalan dan pertukaran budaya yang dihadiri oleh banyak orang dari berbagai Negara. Mereka disediakan fasilitas secara gratis untuk mengikuti rangkaian program pertukaran budaya tersebut. Library café dan kantin aku gunakan sepenuhnya untuk pengembangan perpustakaan.

Aku banyak terlibat dalam program pengabdian sosial. Dimana ada program pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan dengan skala besar, di situ ada aku. Program pemberdayaan peternak, petani kopi, petani sayuran, dan berbagai komoditas lainnya. Program pelestarian lingkungan, seperti pelestarian sungai, penghijauan, pembersihan kali di kota dan lainnya berjalan secara berkesinambungan. Aku memiliki tim peneliti yang bisa memetakan masalah sosial, ekonomi, dan sebagainya di kabupaten pekalongan, untuk kemudian aku tangani melalui berbagai akses solusi yang aku miliki.

Aku luangkan waktu 2 jam tiap hari untuk mempelajari hal baru yang besar makna dan dampaknya bagi kehidupan. Dengan begitu, otakku terus bekembang dan aku terus update terhadap hal-hal baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Aku memiliki akses terhadap orang-orang besar yang kepada siapa aku bisa belajar. Aku memiliki privilege berupa kemudahan akses terhadap tokoh-tokoh penting dunia. Aku berinteraksi dengan mereka secara intensif.

Anak-anak asuhku sudah pada besar dan mandiri. Mereka siap menjadi agen perubahan yang sejalan dengan visi misi Yayasan Growth Mindset Indonesia. Aku meninggal dalam keadaan khusnul khotimah dan meninggalkan begitu banyak karya yang terus bermanfaat bagi banyak orang.

Selasa, 09 November 2021

Peran Guru dalam Pengembangan Teori Pedagogis Kontemporer

 


Pengembangan teori pedagogis untuk berbagai jenjang pendidikan kerap dilakukan oleh para pengajar di perguruan tinggi (Dosen). Hal tersebut wajar, karena para dosen memang dituntut untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pengajaran, pengabdian masyarakat dan penelitian. Dari penelitian tesebutlah berkembang ilmu pengetahuan, termasuk berkembangnya berbagai teori pedagogis. Bagaimana dengan peran guru dalam pengembangan teori pedagogis? Sejauh yang saya amati, di Indonesia, guru kurang aktif berperan dalam pengembangan teori pedagogis.

Sebenarnya, system pendidikan yang ada di Indonesia memberikan ruang kepada para guru untuk aktif dalam pengembangan teori pedagogis. Diperkenalkannya guru pada penelitian ilmiah, terutama praktik penelitian tindakan kelas, merupakan salah satu wujud betapa guru juga memiliki ruang untuk aktif dalam mengembangkan teori pedagogis. Guru adalah pihak yang memiliki laboratorium praktik pendidikan di sekolah. Mereka berhadapan dan berinteraksi langsung dengan para peserta didik. Mereka memiliki kemudahan akses terhadap observasi perkembangan peserta didik. Namun kenapa justru para dosen lah yang seringkali secara dominan mengembangkan teori pedagogis untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah?

Secara jarak, dosen membutuhkan effort yang lebih untuk bisa melakukan observasi dalam proses penelitian yang menargetkan pendidikan dasar dan menengah. Menurut pedoman etika penelitian, mereka harus mencari sekolah tempat penelitian, serta membuat surat kesanggupan keterlibatan sebagai responden / partisipan dalam penelitian (letter of consent) saat mereka ingin melakukan kegiatan penelitian di sekolah. Sementara, guru memiliki aksesabilitas yang lebih mudah dari dosen. Mereka bisa menjadikan peserta didik mereka sebagai target penelitian, untuk kemudian dijadikan sebagai bagian dari upaya pengembangan teori pedagogis.

Sebagian guru mungkin akan berpendapat bahwa alasan kenapa guru tidak aktif dalam penelitian dan pengembangan keilmuan adalah karena tupoksi mereka hanyalah mengajar. Mereka tidak memiliki kewajiban sebagaimana dosen dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi mereka. Pandangan tersebut sebenarnya kurang tepat. Guru memang tidak memiliki Tri Dharma Perguruan Tinggi, namun mereka memiliki ruang untuk berperan aktif dalam pengembangan keilmuan, melalui praktik penelitian yang memang dimungkinkan oleh system pendidikan di negeri ini. Praktik penelitian dan pembuatan karya tulis bahkan dijadikan sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat bagi guru-guru Aparatur Sipil Negara (ASN). Guru semestinya tidak memiliki motivasi instrumentalis an sich dalam melakukan kegiatan penelitian atau pembuatan karya tulis, misalnya kegiatan tersebut semata dilakukan sebagai pemenuhan syarat kenaikan pangkat. Namun guru semestinya juga melakukan kegiatan tersebut sebagai upaya untuk berkontribusi dalam pengembangan keilmuan pendidikan dasar atau menengah.

Para dosen memiliki pemahaman tentang karakter peserta didik melalui kacama teori yang sudah berkembang. Sementara guru memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik melalui interaksi langsung, selain dari teori yang sudah ada. Logikanya, guru memiliki kemampuan lebih untuk mengamati kebutuhan, tantangan, dan permasalahan peserta didik, kemudian menjadikannya sebagai landasan dalam pengembangan teori pedagogis. Istilah teacher researcher (guru peneliti) sudah begitu akrab dalam dunia pendidikan di berbagai Negara maju. Di Negara-negara tersebut, guru berperan aktif dalam pengembangan teori-teori pendidikan kontemporer. Di negeri ini, guru harus meyakini bahwa mereka juga bisa menjadi bagian dari pengembangan teori pedagogis.

Sudah saatnya guru aktif dalam kegiatan pengembangan keilmuan. Namun banyak dari guru yang memiliki persepsi negative terhadap upaya pengembagan keilmuan, seperti penelitian. Penelitian dipandang sebagai hal yang sangat rumit oleh banyak guru. Berbagai literature tentang panduan penelitian untuk guru pada umumnya kurang bisa menyajikan gambaran proses penelitian yang praktis dan mudah diaplikasikan. Andai saja ada literature yang mudah dipahami dan diterapkan, maka hal tersebut akan menunjang peran guru dalam melakukan aktivitas penelitian ilmiah. Aktivitas penelitian ilmiah tersebut lah yang bisa bermuara pada terciptanya berbagai teori pedagogis orisinil yang berasal dari guru.

Menjadikan Pendidikan lebih Bermakna Bagi Peserta Didik

 


Satu hal penting yang seringkali luput dari perhatian pendidik adalah melakukan refleksi kolektif. Minimal satu kali dalam satu tahun, guru, kepala sekolah, komite, dan karyawan lingkungan sekolah semestinya melakukan refleksi kolektif. Refleksi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi sejauh mana layanan terbaik pendidikan telah diberikan kepada para “customers’ dari pendidikan, yaitu masyarakat. Refleksi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana layanan pendidikan di sekolah telah memberikan dampak positif bagi kehidupan para peserta didik. Layaknya sebuah investasi, proses pendidikan di sekolah di suatu jenjang pendidikan semestinya membuahkan hasil yang signifikan berupa perubahan perilaku dan pola pikir para peserta didik. Masyarakat adalah pihak yang seharusnya paling vocal dan kritis untuk mengevaluasi hal tersebut. Namun, meski masyarakat tidak kritis terhadap layanan pendidikan sekolah ini, sekolah semestinya secara sadar melakukan proses evaluasi diri yang berkesinambungan, agar layanan pendidikan benar-benar bedampak bagi peserta didik.

Tiga tahun sekolah, apa yang diraih oleh peserta didik? Jika yang diraih oleh mereka hanyalah angka-angka yang tercetak di sebuah buku laporan hasil akademik, maka hal tersebut sangat disayangkan. Karena apa? Karena model pendidikan yang hanya membuahkan angka-angka nilai sudah sangat tidak relevan dengan perkembangan zaman. Paradigma pendidikan di dunia sudah berubah. Angka-angka di buku raport memang berguna, namun tidak dalam taraf yang signifikan, bila diukur dari pengaruhnya terhadap hidup peserta didik setelah lulus. Angka-angka nilai mungkin bisa dipakai sebagai salah satu syarat untuk mengurus pendaftaran masuk perguruan tinggi. Namun apakah semua peserta didik membuat pilihan untuk studi lanjut setelahnya? Tentu tidak.

Pendidikan abad 21 menuntut dicapainya keterampilan dan karakter, yang sering disebut dengan 6C. 6C meliputi Creativity, Communication, collaboration, critical thinking, character, and citizenship. Mengenai pentingnya pengasahan 6C tersebut, sudah banyak literature yang membahasnya. Enam C tersebut merupakan buah renungan dari para pemimpin dunia yang mempresentasikannya dalam World Economic Forum. Dihasilkannya rumusan 6C tersebut merupakan hasil diskusi tentang tantangan perkembangan zaman, dan kecakapan-kecakapan yang relevan untuk menghadapi tantangan perkembangan zaman tersebut. Kurikulum pendidikan Indonesia mengadopsi pentingnya implementasi 6C tersebut bukan karena sikap latah para pembuat kebijakan dan penyusun kurikulum, melainkan karena menyadari pentingnya pencapaian 6C tersebut oleh generasi Indonesia.

Lantas, pertanyaan yang perlu dijawab adalah, bagaimana sekolah bisa menyelenggarakan pendidikan yang bermakna bagi para peserta didik? Bagaimana caranya agar investasi waktu, tenaga, dana, dan pikiran selama tiga tahun benar-benar berdampak bagi kehidupan peserta didik? Ide-ide berikut ini layak untuk dicoba, untuk mengupayakan penyelenggaraan pendidikan yang lebih bermakna bagi para peserta didik.

Pertama, sekolah perlu memastikan bahwa setiap peserta didik memiliki visi yang jelas atas proses pendidikan yang mereka jalani di sekolah. Pentingnya memiliki visi yang jelas sering dianggap hal yang klise. Padahal kejelasan visi adalah hal yang sangat penting yang telah terbukti menjadi pembeda antara orang yang meraih pencapaian besar dalam hidup dengan orang yang hidupnya datar-datar saja. Jika peserta didik masih tidak memiliki visi yang jelas, bisa dipastikan bahwa tiga tahun peserta didik di sekolah akan sia-sia. Nyatanya, masih banyak peserta didik yang menjelang lulus sekolah masih bingung memilih dan menentukan jalan yang harus mereka ambil. Dalam situasi yang butuh kepastian, tidak sedikit dari mereka  yang akhirnya mengambil keputusan yang kurang tepat. Sekolah perlu memastikan peserta didik memiliki visi yang jelas tentang apa yang akan mereka lakukan dan raih paska selesai studi.

Lantas, bagaimana caranya sekolah membantu peserta didik merumuskan visinya? Yang namanya visi tentunya dirumuskan di awal. Maka yang perlu dilakukan oleh pihak sekolah adalah menyelenggarakan sebuah forum untuk merumuskan visi peserta didik yang dihadiri oleh para pemangku kebijakan sekolah (kepala sekolah, komite, guru, karyawan, pengawas), peserta didik, dan orang tua peserta didik. Selama ini, forum-forum diskusi yang diselenggaraka di awal masuk sekolah peserta didik biasanya dilakukan untuk membahas hal-hal terkait pembiayaan dan program sekolah yang bersifat umum. Diskusi tentang upaya merumuskan visi peserta didik semestinya menjadi agenda khusus, karena hal tersebut sangat penting. Kenapa semua pihak yang terkait harus hadir? Jawabannya adalah karena upaya mewujudkan visi itu harus dilakukan secara kolektif. Visi peserta didik harus sejalan dengan visi orang tua mereka. Peran sekolah adalah mengupayakan terwujudnya visi tersebut melalui upaya pendampingan terhadap peserta didik.

Ada banyak ‘customer’ pendidikan di sekolah yang kurang memiliki wawasan. Mereka tidak memahami bahwa ada banyak peluang, seperti peluang untuk pendidikan tinggi yang disokong oleh program beasiswa, peluang kerja dengan gaji yang lumayan yang bisa diambil oleh anak lulusan SMA/SMK, maupun peluang tentang kegiatan wirausaha yang bisa jadi pilihan peserta didik. Mengetahui hal ini, yang harus dilakukan oleh pihak sekolah adalah memberikan wawasan tentang peluang-peluang tersebut. Sebagai orang yang relative memiliki tingkat literasi dan akses terhadap informasi yang tinggi, pihak sekolah bisa mencari berbagai informasi relevan yang bisa dibagikan kepada peserta didik dan orang tua.

Kedua, sekolah perlu memberikan pendampingan maksimal terhadap peserta didik dalam upaya mewujudkan visi mereka. Satu contoh yang bisa ditiru adalah bagaimana kepala sekolah dan guru-guru di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) Gading Serpong memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan visi tiga tahun sekolah. Peserta didik diberi wawasan tentang banyaknya peluang untuk studi lanjut di berbagai perguruan tinggi dunia dengan beasiswa. Pemberian wawasan tersebut dilakukan saat awal peserta didik masuk sekolah di tahun pertama.

Banyak peserta didik yang tertarik untuk meraih peluang tersebut. Peserta didik yang tertarik untuk menghambil peluang tersebut menjadikan studi lanjut di luar negeri dengan beasiswa sebagai sebuah visi. Setelah merumuskan visi studi lanjut di luar negeri, peserta didik diberi pemahaman tentang berbagai persyaratan yang harus mereka penuhi untuk bisa meraih kesempatan studi lanjut berbeasiswa tersebut. Persyaratan tersebut meliputi, kecakapan bahasa asing yang dibuktikan dengan sertifikat penguasaan bahasa asing, nilai akademik yang memenuhi standar dalam beberapa mata pelajaran, kemampuan komunikasi yang bagus, aktif dalam organisasi, dan berpengalaman dalam melakukan kegiatan penelitian.

Dengan mengetahui berbagai persyaratan tersebut, maka yang harus mereka lakukan selama tiga tahun sekolah adalah mematangkan persiapan untuk bisa memenuhi semua syarat tersebut. Dengan dibantu oleh guru, dan didukung oleh orang tua, maka peserta didik bisa mewujudkan visi tersebut. Sudah terbukti bahwa setiap tahun banyak lulusan sekolah MAN IC yang melanjutkan studi di berbagai kampus di luar negeri, baik yang melalui beasiswa maupun pembiayaan mandiri. Kejelasan Visi adalah hal yang mendorong orang mau melakukan proses yang tidak nyaman. Tanpa kejelasan visi, tanpa memiliki bayangan indah tentang suatu pencapaian di masa depan, orang cenderung enggan untuk mau melakukan proses yang tidak nyaman.

Satu contoh lain yang bisa dijadikan panutan adalah bagaimana sekolah Sanggar Anak Alam (SALAM) yang didirikan oleh Toto Raharjo di Yogyakarta mendampingi visi peserta didik. Sekolah ini membebaskan peserta didik untuk mendalami apa pun yang menarik minat mereka. Ada peseta didik yang ingin menjadi pengusaha tempe. Ada yang ingin menjadi seorang esainer. Ada yang ingin jadi musisi. Ada yang ingin menjadi penulis buku-buku best seller.Semua visi peserta didik diakomodasi dan didampingi dalam proses pwerujudan visinya. Hasilnya, setelah lulus sekolah, mereka menjadi individu yang sudah memiliki kematangan roadmap masa depan. Mereka tidak bingung tentang mau menekuni bidang apa, karena mereka selama tiga tahun telah melalui proses penyiapan diri.

Ketiga, memberi pemahaman tentang rationale dari diberlakukannya setiap aturan di sekolah. Berapa banyak peserta didik yang belum paham mengapa mereka harus memasukkan baju? Berapa banyak peserta didik yang belum paham mengapa mereka harus hardir di sekolah tepat waktu? Berapa banyak peserta didik yang belum paham mengapa mereka harus bersikap sopan terhadap sesama, terlebih kepada yang lebih tua? Berapa banyak peserta didik yang tidak memahami mengapa mereka tidak boleh merokok? Jawabannya adalah sangat banyak. Para pembuat peraturan dan kebijakan di sekolah seringkali abai untuk memberikan pemahaman tentang hal-hal tersebut. Padahal hal tersebut sangat penting. Memberikan pemahaman tentang hakikat adanya suatu kebijakan/peraturan di sekolah adalah cara memanusiakan manusia dalam pendidikan.

Mungkin para pembuat kebijakan sekolah perlu diingatkan kembali bahwa jika seorang individu diharuskan melaksanakan suatu aturan tanpa dia mengetahui kenapa aturan tersebut diberlakukna, maka yang dirasakan oleh individu tersebut adalah perbudakan. Namun, jika mereka diberi pemahaman tentang hakikat pentingnya melaksanakan aturan tersebut, maka mereka akan bisa menjalaninya dengan sukarela dan penuh kesadaran. Kita tentu memahami bahwa peserta didik bukanlah budak dari aturan. Mereka adalah subjek sentral dari pendidikan. Maka, memberikan mereka pemahaman tentang hakikat diberlakukannya suatu kebijakan/aturan sangatlah penting.

Masih banyak pemikiran tentang cara menjadikan pendidikan lebih bermakna bagi peserta didik. Sebenarnya para guru dan semua stakeholder pendidikan bisa mendapatkan pemahaman tentang cara menjadikan pendidikan lebih bermakna, jika mereka mau melakukan proses refleksi dan evaluasi yang berkesinambungan.  

Kamis, 04 November 2021

Developing students’ learning habit

 


Peradaban manusia berubah begitu cepat. Cara-cara hidup manusia berubah begitu dinamis. Banyak  hal yang berubah relevansinya karena tergerus oleh perkembangan zaman. Dulu, seorang sales harus bergerilya door-to-door untuk mengenalkan dan menjual suatu barang kepada public. Sekarang, sales cukup duduk manis di depan layar computer mengatur iklan di social media untuk mendapatkan closing penjualan, dan tak harus berpanas-panasan terjun langsung ke medan jualan. Cara-cara belajar pun sudah berubah. Dulu orang harus beranjak dari rumahnya untuk pergi menuju suatu tempat yang menyediakan kursus atau les belajar tambahan. Sekarang, kursus atau les privat bahkan bisa dilakukan sambil rebahan melalui gadget yang terkoneksi dengan internet.

Perubahan hidup menuntut penyesuaian diri manusia. Jika kita ingin survive dalam derasnya arus perkembangan zaman, maka kita harus mau menyesuaikan diri dengan keadaan. Proses penyesuaian diri tersebut membutuhkan satu proses yang disebut dengan belajar. Bukankah prinsip dari penyesuaian diri dan belajar itu sama, yaitu proses bertumbuh dari tidak bisa menjadi bisa, dari level nol menuju level tertentu?

Mengapa banyak orang yang tidak bisa survive dalam meghadapi perubahan zaman? Kenapa banyak orang yang bahkan terlihat kalah sebelum mencoba. Jawabannya bisa jadi karena mereka tidak mau menyesuaikan diri, tidak bisa bertahan dengan proses menyesuaikan diri, atau tidak tau cara menyesuaikan diri yang tepat. Seperti biasa, proses penyesuaian diri membutuhkan perubahan kebiasaan. Dari dulu sudah menjadi hukum alam bahwa perubahan kebiasaan merupakan hal yang relative dirasa tidak nyaman oleh manusia.

Lantas, apa kaitan antara hal ini dengan pendidikan sekolah? Pada prinsipnya, pendidikan di sekolah merupakan upaya sadar pemerintah untuk menyiapkan generasi baru agar bisa menghadapi tantangan kehidupan dan bisa menciptakan kebermanfaatan bagi kehidupan diri mereka dan sesame. Kenapa kebermanfaatan bagi diri sendiri itu penting? Lha untuk apa mereka dididik kalo tidak bisa menyelesaikan masalah-masalah sendiri. Kenapa kebermanfaatan bagi sesame itu penting? Lha untuk apa mereka dididik kalo mereka tidak bisa memenuhi hak dan kewajiban mereka terhadap orang lain dan lingkungan pada umumnya. Itulah kenapa keterampilan berpikir (thinking skills) dalam paradigm pendidikan di abad 21 ini dianggap penting. Itulah kenapa enam kecakapan (6Cs) abad 21 yang meliputi collaboration, creativity, communication, critical thinking and problem solving, citizenship, dan character menjadi trend dalam pengembangan kurikulum pendidikan di dunia.

Satu hal penting yang harus diupayakan oleh stakeholder pendidikan adalah jangan sampai praktik pendidikan di negeri ini salah orientasi. Standarisasi pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah mungkin memang perlu, karena pemerintah ingin berupaya bahwa kualitas pendidikan merata di seantero nusantara. Namun standard penilaian semestinya tidak membuat praktik pendidikan hanya berorientasi pada dicapainya nilai tinggi, dan mengabaikan proses pengembangan kecakapan abad 21 yang harus dicapai peserta didik. Standar proses semestinya tidak membuat kaku pelaksanaan pendidikan, tidak pula memasung kreativitas pendidik.

Sekarang mari beralih focus ke topic dari tulisan ini. Pendidikan di sekolah sudah selayaknya berorientasi pada mendorong peserta didik untuk memiliki learning habit. Mengapa learning habit peserta didik perlu dikembangkan? Karena pendidikan di sekolah relative sangat singkat, dibanding dengan lifespan peserta didik. Pendidikan di Sekolah Menengah Atas, misalnya, hanya berlangsung 3 tahun. Waktu sesingkat itu, jika dimanfaatkan dengan maksimal untuk proses pengembangan learning habit peserta didik, akan bisa berdampak besar bagi peserta didik dalam mengarungi tantangan hidup pasca sekolah. Individu yang memiliki learning habit akan menjadi autonomous learner sepanjang hayat. Dengan menjadi autonomous learner sepanjang hayat, seorang individu akan mampu menyesuaikan diri dengan tantangan perubahan zaman. Sehingga dia bisa survive, bahkan bisa succeed.

Ada sebuah pertanyaan kritis yang perlu dijawab. Apakah anak-anak yang berprestasi di sekolah secara otomatis mampu menjadi lifelong autonomous learner? Dan apakah anak-anak yang tidak berprestasi secara akademik di sekolah tidak menjadi lifelong autonomous learner? Jawabannya adalah ‘TIDAK jaminan’. Banyak anak berprestasi di sekolah yang berhasil berkembang menjadi autonomous learners, namun banyak juga yang tidak. Banyak anak yang tidak berprestasi di sekolah yang tidak menjadi autonomous learners, namun banyak juga yang berhasil menjadi autonomus learners.

Mengapa bisa demikian? Karena terkadang pola-pola proses menghadapi tantangan di dunia sekolah berbeda dengan pola-pola proses untuk menghadapi tantangan di dunia nyata. Dalam menghadapi tantangan di sekolah, misalnya tantangan berupa menghadapi ujian, kadang seorang peserta didik hanya perlu tekun untuk membaca materi, menghafalnya, lalu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya mengulang apa yang sudah dibaca sebelumnya. Bisa juga berupa berlatih mengerjakan soal menggunakan rumus, untuk kemudian menghadapi ujian dengan mengerjakan soal yang memerlukan penggunaan rumus yang sudah dipelajari tersebut. Sementara dalam menghadapi tantangan di kehidupan di luar sekolah, seringkali diperlukan pendekatan-pendekatan yang anti mainstream, yang memerlukan proses belajar yang jauh lebih dari sekedar menghafalkan informasi. Seringkali tantangan dalam kehidupan nyata butuh kemampuan berfikir kritis dan problem solving tingkat tinggi seperti menganalisa, mengevaluasi dan mensintesa, yang mana kemampuan tersebut perlu untuk dilatih. Tentu kondisinya berbeda jika proses pendidikan yang diselenggarakan peserta didik di sekolah benar-benar mengasah daya berpikir serta learning habit peserta didik.

 

Bagaimana caranya mengembangkan learning habit peserta didik?

Hal pertama yang perlu dilakukan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah adalah membantu peserta didik memiliki pemahaman mendalam tentang manfaat hakiki dari belajar bagi hidup mereka. Kesadaran akan manfaat belajar berupa diraihnya nilai tinggi mungkin akan mendorong mereka untuk belajar. Namun hal tersebut adalah manfaat jangka pendek yang tidak akan efektif untuk menjadikan mereka memiliki learning habit.

Pendidik perlu membantu peserta didik untuk mengalami apa yang disebut oleh Csekszentmihayli sebagai ‘state of flow’ dalam belajar. Mereka perlu membantu peserta didik mencapai keseimbangan antara tantangan yang dihadapi dengan level kompetensi yang mereka miliki selama proses belajar. Bantu peserta didik untuk menaikkan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran, dan berikan tugas untuk diselesaikan (problem solving) yang level kesulitannya seimbang dengan level kompetensi/kemampuan mereka. Jika peserta didik mengalami state of flow dalam belajar, mereka akan mendapatkan kesan positif tentang belajar. Akan tumbuh persepsi positif bahwa belajar itu menyenangkan. Akan tumbuh a sense of ability, atau perasaan mampu pada diri peserta didik. Dalam ilmu psikologi, Sense of ability ini dapat membangkitkan motivasi individu untuk belajar. Sebaliknya, rendahnya sense of ability peserta didik dapat mendemotivasi mereka untuk belajar. Sementara jika tidak ada keseimbangan antara level kesulitan tugas yang mereka hadapi dengan kemampuan yang mereka miliki, maka akan muncul persepsi negative, bahwa belajar bukan merupakan aktivitas yang menarik.

Selanjutnya, praktik rote learning sudah harus ditiadakan dalam prose pembelajaran, karena sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Praktik rote learning harus digantikan dengan proses belajar yang mengasah Higher Order Thinking skills (HOTS) peserta didik. Proses belajar harus menekankan proses yang mengasah kemampuan peserta didik untuk menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Skill tersebut sangat berguna bagi setiap individu untuk menghadapi berbagai persoalan. Dengan HOTS tersebut, seorang individu akan mampu untuk mendekonstruksi setiap masalah, dan mencari alternative-alternatif solusi untuk masalah tersebut. Hal tersebut yang tentu sangat berguna bagi kehidupan mereka.

Yang terakhir, peserta didik perlu diberi pemahaman tentang tentang konsep growth mindset. Prinsip dari growth mindset adalah bahwa setiap orang bisa mencapai prestasi tertentu, bisa mendapatkan pencapaian tertentu asalkan mau berproses. Dalam kacamata growth mindset, tidak ada istilah orang kurang berbakat untuk menguasai suatu kompetensi tertentu. Dalam kacamat agrowth mindset, setiap orang bisa menjadi apa pun yang mereka bisa, asalkan mereka mau melalui suatu proses belajar yang tepat. Proses belajar yang tepat bermakna bahwa seseorang belajar dengan pola yang efektif, bukan melalui trial and error. Pemahaman akan growth mindset akan membuat peserta didik meyakini bahwa mereka bisa menghadapai tantangan apa pun, meraih tujuan apa pun, karena rule nya masih sama, yaitu kemauan untuk berproses.