Rabu, 24 Januari 2024

Takeaways from Today's Workshop on Export

 

Bismillah

Mengikuti sebuah workshop tentang ekspor, aku menemukan beberapa fakta yang menarik. Workshop tersebut diperuntukkan bagi para pelaku UMKM. Sebagian adalah praktisi ekspor yang ingin menambah jejaring bisnis mereka. Sebagian adalah orang yang sedang belajar yang ingin menambah referensi keilmuan tentang ekspor. Sebagian lainnya adalah para pemula yang ingin belajar dan bisa meraih tujuan menjadi eksportir sukses.

Dari sekian banyak orang, yang berjumlah lebih dari 100 orang, aku temukan fakta-fakta menarik, terutama fakta yang ada pada mereka yang sudah berhasil ekspor. Pertama, orang yang menjadi mentor kami ternyata merupakan praktisi ekspor yang baru berjalan kurang dari 2 tahun. Dua tahun Pengalaman menjadi seorang eksportir yang memberikan coaching tentang ekspor merupakan waktu yang relative pendek, atau dalam istilah lain adalah newbie. Namun beliau sudah dipercaya memberikan coaching tentang ekspor. Beliau cukup cakap dalam menyampaikan materi. Hanya saja, karena waktu yang relative terbatas, penyampaian materi terkesan kurang begitu mendalam. Jujur, ini bukan pertama kali aku mengikuti workshop atau pelatihan tentang ekspor. Sehinga, materi-materi yang disampaikan oleh mentor bagiku cukup familiar.

Fakta yang kedua adalah bahwa sang pemateri ternyata tidak bisa berbahasa Inggris secara aktif. Bahkan berbahasa Inggris secara pasif pun bisa dikatakan kurang. Untuk keperluan korespondensi dengan buyer, beliau mengandalkan google translate. Sedangkan untuk keperluan komunikasi yang intensif secara langsung, beliau mempercayakan anaknya yang merupakan seorang mahasiswa jurusan Bahasa Inggris.

Fakta ketiga, masih tentang beliau si pemateri, beliau tidak memiliki website untuk menampilkan produk yang beliau ekspor. Beliau mengandalkan akun Instagram. Ini menarik. Ternyata akun Instagram bisa menghasilkan kontrak ekspor bernilai lebih dari satu juta dollar per tahun.

Dari fakta ini, aku tersadar bahwa website memang senjata yang sangat penting bagi eksportir. Namun ternyata ada juga orang yang bisa closing dengan nilai jutaan dollar tanpa website. Tadinya aku berpikir bahwa orang-orang yang mampu meraih closing bernilai jutaan dollar adalah orang-orang yang pasti sudah canggih segala peralatan marketingnya. Ternyata beliau membuktikan bahwa hal itu tidak selalu benar.

Fakta keempat, pengalaman pecah telor ekspor dengan komoditas kopi yang beliau miliki justru bukan melalui website, melainkan melalui bertemu langsung dengan pembeli saat menghadiri Trade Expo Indonesia (TEI), itu pun beliau tidak menyewa booth sama sekali. Beliau hanya menyiapkan katalog produk, sampel, dan kartu nama. Saat menghadiri TEI, beliau lebih banyak berkeliling dari satu booth ke booth lainnya, untuk membidik para calon buyer dari negara luar. Begitu Nampak buyer potensial, beliau dekati, ajak kenalan, sodorkan kartunama dan katalog, dan ajak ngopi. Justru momen traktir kopi tersebut menjadi momen krusial yang menjadikan beliau meraih closing pertama. Buyernya berasal dari belgia. Dan beliau mendapatkan beberapa container sekaligus. Ini gila. Ini definisi rejeki gak akan kemana sih, menurutku.

Fakta kelima, tentang cara seorang praktisi ekspor lainnya mendapatkan orderan 5 kontainer. Jadi, eksportir ini suatu ketika bertemu dengan calon buyer di sebuah event business-matchmaking. Nah, beliau dengan tulus menawarkan minuman kemasan kepada seorang buyer yang Nampak kehausan. Beliau sebenarnya tidak berharap dan tidak menyangka akan mendapatkan orderan dari sang buyer. Ternyata sang buyer bener-bener melakukan closing dengan order 5 kontainer sekaligus di hari itu juga.

Fakta ke enam, ternyata banyak peserta yang bener-bener awam dengan dunia digital. Bukan hanya karena mereka sudah tua. Yang muda pun Nampak begitu kewalahan untuk mengikuti penjelasan mengenai pemanfaatan digital marketing untuk ekspor yang disampaikan oleh pemateri. Mereka, sebagian besar adalah pelaku UMKM. Tua muda. Mereka ingin bisa menjadi eksportir sukses, namun mereka masihs sangat awam dengan pemanfaatan piranti digital untuk marketing.

Overall, acara dua hari ini cukup worth it. Aku mendapatkan banyak kenalan. Ada yang punya kenalan dekat dengan seorang manajer sebuah perusahaan produk teh berkualitas tinggi. Ada yang sudah menjalani dunia ekspor cukup lama yang mau diminta sharing ilmunya. Ada yang punya jaringan suatu komoditas yang volumenya cukup besar dan sustainable. Pokoknya aku meraih banyak manfaat dari mengikuti acara ini.

Alamdulillah alla kulli hal..

Minggu, 21 Januari 2024

Investasi Leher Ke Atas: Gimana caranya?

 

Sedari dulu, aku sering mendengar nasihat supaya kita investasi leher ke atas. Karena seringnya mendengarkan nasihat tersebut, aku sampai take it for granted. Entah kenapa, yang terbayang dalam pikiran ketika mendengarkan “investasi leher ke atas” adalah membaca buku dan mengikuti live seminar.

Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, membaca buku menjadi semakin terasa menjemukan. Bukan karena tidak suka membaca, melainkan karena ilmu-ilmu yang tertulis di buku-buku terbitan terbaru terkesan hanyalah rangkuman dari buku-buku sebelumnya yang aku sudah begitu familiar. Sementara, mengikuti seminar atau workshop juga terkesan mahal.

Siapa sangka, berkembangnya teknologi menjadi berkah tersendiri yang memudahkanku untuk benar-benar investasi leher ke atas secara terjangkau dan bermakna. Berkembanglah kursus online yang bisa diakses dengan mudah, dan dijalani sesuai dengan learning pase masing-masing individu. Selain itu, kursus online tersebut juga memungkinkanku untuk belajar dengan fleksibilitas waktu.

Aku menyesal kenapa baru kali ini mengenal Udemy. Sebenarnya aku sudah agak lama mengetahui Udemy. Namun aku benar-benar mengenalnya akhir-akhir ini. Betapa ia menjadi provider ilmu up-to-date yang memungkinkanku untuk berinvestasi leher ke atas. Banyak topik kursus yang disediakan. Kursus-kursusnya dibawakan oleh orang-orang yang benar-benar berpengalaman di bidangnya. Ilmu-ilmunya benar-benar terasa bermanfaat dan apliaktif.

Aku tidak sedang mempromosikan platform kursus online ini. Namun, seriously, I couldn’t be happier knowing that this online course platform is just superb. Aku merasa ke depan aku akan jauh lebih produktif. Ada beberapa topik kursus yang akan aku ambil. Topik-topik kursus tersebut akan mendukung bisnisku tumbuh berkembang secara signifikan. Insya Alloh.

Aku baru tersadar, begini lah Bahasa inggrisku semestinya dipakai. Bukan hanya diajarkan kepada murid-muridku, melainkan juga aku gunakan untuk mengakses berbagai kursus demi pengembangan diri dan kompetensi.

Mengakses kursus di Udemy menyadarkanku betapa aku memiliki privilege dengan kemmapuan Bahasa inggris yang aku miliki. Satu hal yang selama ini aku take for granted.

Sepertinya aku akan spending cukup banyak untuk mengakses kursus di Udemy. Tidak masalah. Aku merasa what I spend is worth it. One day it will pay off, I believe.

Jumat, 19 Januari 2024

Bagaimana Cara Mewarnai Hidup

 

Hidup terasa penuh warna ketika ia adalah tentang berbagai cerita sarat makna yang datang silih berganti, bukan tentang sebuah cerita monoton yang selalu ada di kemarin,sekarang,dan di hari-hari selanjutnya...

Hidup terasa indah penuh makna ketika ia adalah tentang serangkaian perjuangan demi kebaikan diri dan sesama,bukan pemenuhan hasrat ego diri semata...

Atas nama kenyamanan, banyak yang berhenti mendaki dan bertahan di satu cerita lama, meski dia sadari sendiri rasa jenuhnya...

Atas nama kenyamanan, banyak yang berhenti menguji seberapa kuat ototnya,atau seberapa jauh jangkauan daya pikirnya, membiarkan diri terpasung oleh dogma lingkungan yang kadang tak menyehatkan...

Tapi, hidup adalah tentang pilihan.

Tak ada benar atau salah dalam memilih.

Yang ada adalah maukah menerima konsekuensi dari setiap pilihan.

Pun tak ada jawaban iya atau tidak karena setiap pilihan selalu ada konsekuensi yang harus diterima...

Mari jalani hidup dengan nikmati dan syukuri hari ini, maafkan kesalahan dan syukuri anugerah hidup di hari kemarin, berusaha dan berdoa demi esok yang lebih baik...

Percaya bahwa tak ada apapun yang tak mungkin mewujud nyata jika Tuhan membersamai kita dalam setiap usaha...

 

Kamis, 18 Januari 2024

Tentang Bersyukur

 

Seringkali kita mendengarkan nasihat untuk senantiasa bersyukur. Namun banyak orang yang tidak paham apa hakikat dari syukur dan bagaimana mempraktikkan sikap bersyukur.

Sebagian orang menilai bahwa syukur adalah tentang mengucapkan “alhamdulillah” atau “aku bersyukur”. Namun apakah sesederhana itu?

Sejatinya, level syukur itu ada dua.

Level pertama adalah tentang menyatunya pikiran dan perasaan bahwa diri kita adalah orang yang beruntung. Siapakah yang menyatukan pikiran dan perasaan bahwa kita adalah orang yang beruntung? Jawabannya adalah ya kita sendiri. Lantas apa manfaatnya? Manfaatnya adalah munculnya keyakinan bawah sadar bahwa kita adalah orang yang beruntung. Keyakinan bawah sadar bahwa kita adalah orang yang beruntung akan menarik berbagai keberuntungan lainnya yang nyata.

Syukur adalah kreativitas kita dan kesungguhan kita untuk mencari sisi positif yang ada pada situasi apa pun yang kita alami.

Kita mungkin berpikir bagaimana kita bersyukur sementara kesehatan kita sedang kurang baik. Namun bersyukurlah karena setidaknya kita masih memiliki nyawa, masih hidup, yang dengannya kita masih ada kesempatan untuk sehat. Dengan nyawa yang masih melekat di badan, kita masih punya kesempatan untuk berbuat kebaikan, mengumpulkan amal soleh sebagai bekal hidup di akhirat. Di luar sana, banyak orang yang meninggal dalam keadaan belum bertaubat.

Kita mungkin berpikir bagaimana kita bersyukur, sementara kita memiliki kesulitan ekonomi. Namun bersyukurlah, karena setidaknya kita memiliki kesehatan dan orang-orang terkasih yang hidup mendampingi kita. Di luar sana banyak orang yang bukan hanya memiliki kesulitan ekonomi, melainkan juga kesulitan untuk hidup secara layak karena berada dalam penindasan seperti yang dialami oleh warga Palestina.

Kita mungkin berpikir bagaimana kita bersyukur, sementara pada kenyataannya hidup kita penuh keterbatasan. Namun bersyukurlah, setidaknya kita masih memiliki kesempurnaan jasmani dan rohani yang dengannya kita masih memiliki kesempatan untuk merubah segala keterbatasan. Sudah terbukti, banyak orang yang mampu bangkit bergerak merubah nasib mereka, berbekal kesehatan fisik dan jiwa yang Alloh karuniakan.

Setiap terbersit pikiran untuk tidak bersyukur atau mengeluhkan suatu keadaan, bergegaslah untuk berpikir bahwa pasti ada sisi keberuntungan yang kita miliki yang membuat kita lebih layak untuk bersyukur.

Jadi, syukur adalah tentang mengarahkan pikiran dan perasan untuk meyakini bahwa kita beruntung. Supaya muncul rasa beruntung tersebut, bisa kita upayakan dengan membandingkan diri kita dengan orang-orang yang tidak seberuntung kita. Itu adalah level syukur yang pertama.

Level syukur yang kedua adalah mendayagunakan segala hal yang dimiliki untuk sebesar-besarnya kebaikan dan kemaslahatan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Syukur pada level ini bukan lagi soal olah rasa dan pikiran, melainkan tindakan nyata mendayagunakan segala potensi yang kita miliki.

Kita mengungkapkan sikap syukur atas kesehatan yang kita miliki dengan cara melakukan hal-hal positif seperti bekerja, beribadah dan belajar.

Kita mengungkapkan sikap syukur atas harta yang kita miliki dengan cara membelanjakannya di jalan yang Alloh ridhoi.

Kita mengungkapkan syukur atas kecerdasan yang kita miliki dengan cara menggunakan kecerdasan tersebut untuk berbuat kebaikan.

Kita mengungkapkan syukur kita atas segala potensi yang kita miliki dengan cara mengoptimalkan potensi tersebut untuk bisa berdampak kebaikan.

Itu semua adalah contoh manifestasi syukur the next level. Syukur bukan hanya soal olah rasa dan pikiran, melainkan olah perbuatan nyata yang berdampak kebaikan.

Dalam ajaran Islam, melalui sikap bersyukur Alloh akan melipatgandakan kenikmatan bagi manusia. Bahkan Napoleon Hill dalam bukunya yang berjudul Think and Grow Rich juga menyebutkan bahwa salah satu rahasia orang-orang sukses di dunia adalah bersyukur. Bersyukur akan menguatkan keyakinan akan kecukupan. Keyakinan tersebut akan menarik keberlimpahan.

Kurang lebih, seperti itulah makna dari bersyukur.

Minggu, 14 Januari 2024

Kerja Tuntas

 

PR yang ku miliki Sekarang adalah soal finishing. Ide begitu banyak. Nafsu sering kali berkata untuk mencoba semuanya. Namun badan dan otak hanya satu. Butuh focus.

Aku sempat belajar Bahasa spanyol dan Bahasa arab, namun tidak ada finishing. Progresku mentok di level dasar. Aku pernah mencoba terjun dalam dunia digital marketing. Namun progresku mentok sebelum aku memanen hasilnya. Aku pernah belajar videografi. Namun progresku mentok sebelum aku benar-benar lihai mengolah video menjadi tontonan yang sinematik dan layak untuk dijadikan konten marketing. Aku pernah membuat draft beberapa buku. Sebagian sudah mencapai lebih dari 50 persen. Namun progresku mentok, bahkan sebelum draft mentah benar-benar selesai. Ada beberapa kasus dimana finishingku payah. Namun semua itu harus dirubah, dan pasti akan aku rubah.

Sekarang aku menyadari the power of finishing. Setiap pekerjaan harus tuntas. Pekerjaan yang terbaik adalah yang tuntas. Soal hasil itu nomor sekian. Walau belum berhasil, ketuntasan itu sendiri memiliki nilai yang positif. Belajar Bahasa asing ku harus dituntaskan, hingga mencapai level kemampuan berkomunikasi secara aktif. Belajar digital marketingku harus benar-benar tuntas, hingga mencapai level menghasilkan. Personal brandingku harus tuntas, hingga aku benar-benar memiliki personal branding yang kuat. Usaha bisnis eksporku harus tuntas, hingga bisnisku bertumbuh, berkembang, dan berhasil hingga mencapai level autopilot. Asmaraku harus tuntas, hingga aku benar-benar memperoleh pasangan yang bisa menjadi partner hidup sejati. Itu semua harus tuntas. Namun aku menyadari bahwa masing-masing harus diwujudkan dengan kekuatan focus. Aku memang tidak harus melakukan satu demi satu di secara berurutan. Aku bisa melakukan beberapa sekaligus, namun di jadwal yang berbeda.

Aku siap untuk menjadi pribadi yang selalu tuntas dalam melangkah. I can always finish what I have begun.

Sabtu, 13 Januari 2024

Merubah Rencana

 

Pagi-pagi ngobrol melalui whatsapp dengan temen yang masih tinggal di Australia. Topiknya adalah seputar kebijakan terbaru pemerintah Australia tentang visa. Australia memang sudah lama menjadi negara primadona yang menjadi tujuan orang-orang dari berbagai negara untuk studi dan bekerja. Selain kualitas Pendidikan yang tinggi, yang menjadi daya Tarik para pelajar dari berbagai negara, Australia juga merupakan negara dengan kesempatan bekerja yang sangat besar, serta rate gaji yang tinggi.

Dari obrolan dengan temanku pagi tadi, aku jadi memutuskan satu hal yang penting dalam fase hidupku. Kemarin-kemarin, aku berencana untuk mengejar studi S3 ke Australia dengan beasiswa kampus atau beasiswa LPDP. Jika aku mendapatkan beasiswa kampus, maka targetku adalah mengambil graduate visa setelahnya. Lumayan, graduate visa untuk lulusan S3 memungkinkan kita untuk tinggal di Australia antara 2-6 tahun. Waktu yang cukup untuk mengumpulkan pundi-pundi dollar. Setelah itu, sedianya aku akan berusaha untuk mendapatkan permanent residence. Itu rencana kemarin.

Sekarang, orientasiku lain. Hal ini sebagai imbas dari kebijakan pemerintah Australia yang terbaru terkait visa. Per 2024 ini, graduate visa hanya bisa diberikan kepada para pelamar yang berusia maksimal 35 tahun. Persyaratan pengajuan permanent residence juga mulai diperketat. Hal tersebut bisa dimaklumi, karena pelamar permanent residence dari tahun ke tahun semakin membesar. Status sebagai the promising land yang dimiliki Australia telah menjadi magnet bagi banyak manusia dari berbagai negara. Mereka menjadikan Australia sebagai tempat yang tepat untuk merubah nasib mereka.

Dengan kebijakan terbaru ini, rencanaku untuk memiliki permanent residence Australia pupus lah sudah. Andai aku tetap mengambil studi doctoral, aku rasa juga kurang worth it. Belajar selama 4 tahun, dan setelahnya hanya kembali ke tempat menajar semula, menjadi guru SMA, tanpa ada peningkatan karir secara signifikan. Rasanya, kurang worth it. Yang worth it adalah, selesai studi S3, aku melanjutkan karir di Australia, dan setelahnya meraih status sebagai permanent resident. Namun itu sudah tidak bisa diwujudkan karena adanya kebijakan terbaru terkait visa tersebut.

Entah kenapa, aku merasa nothing to lose saja dengan kenyataan ini. Mungkin ini memang jalan dari Tuhan bahwa aku tidak pas untuk menjalani alur yang sudah aku rencanakan sebelumnya. Yang menarik bagiku sekarang ini justru adalah menekuni dunia ekspor. Ini yang sangat sangat worth it. Memang, perjalanan yang harus kuarungi untuk menjadi seorang eksportir sukses ini sangat sangat menantang. Ada fase proses belajar belajar yang cukup Panjang yang harus aku lalui. Ada banyak hal yang harus aku pelajari. Yang jelas, menekuni bidang ekspor ini akan memacu aku untuk mendayagunakan seluruh kemampuan yang aku miliki semaksimal-maksimalnya.

Mungkin aku akan merasa Lelah dalam perjalanannya, dan itu pasti. Namun aku tidak memiliki pilihan lain, karena ini hal terbaik yang harus aku tekuni.

Di bidang yang relative baru bagiku ini, aku harus rela belajar banyak hal. Aku harus belajar tentang membuat website. Aku harus belajar copywriting. Aku harus belajar tentang marketing, baik marketing digital maupun marketing konvensional. Aku harus belajar lagi tentang Teknik negosiasi. Aku harus mengasah kecerdasan emosional. Aku harus memperluas networking. Aku harus belajar dan mempraktikkan manajemen tim. Banyak hal yang harus aku lakukan.

Rencanaku untuk ambil studi doctoral di Australia sepertinya harus aku kubur. Aku harus realistis untuk menjalani rencana yang lebih indah. Semua hal yang terjadi dalam hidup pasti ada hikmahnya.

Jumat, 12 Januari 2024

Meniti Karir: Pekerjaan, Kejayaan Hidup: Kematian

 

Aku melihat jenjang karir atas pekerjaan itu seperti kejayaan hidup di dunia atas kematian. Karir, mau sebesar apa pun effort yang kita upayakan untuk meraihnya, pada ujungnya pasti akan berakhir, yaitu pada saat kita masuk masa pensiun. Saat itu, gemilangnya karir yang pernah diraih akan sudah kehilangan makna dan fungsinya. Saat pensiun, kita akan kembali menjadi bukan siapa-siapa.

Kejayaan hidup di dunia, mau sebesar apa pun effort kita untuk meraihnya, akan menjadi sia-sia saat kita sudah memasuki alam kematian. Harta benda yang kita tumpuk, jabatan kekuasaan yang kita raih, serta popularitas yang kita miliki, seketika akan hilang maknanya ketika kita mati.

Lantas, apa yang semestinya kita kejar?

Dalam konteks karir, orang mengejar karir pada umumnya karena ada niatan meningkatnya level kesejahteraan. Dengan karir yang naik, diharapkan kesejahteraan naik. Memang sih ada niatan lain seperti aktualisasi diri, kepuasan, dan obsesi tertentu. Namun keinginan untuk meningkatkan level kesejahteraan sepertinya menjadi factor yang dominan yang mempengaruhi seseorang mengejar meningkatnya karir.

Kesejahteraan berhubungan dengan sumber daya (uang dan harta benda). Nah, jika yang dikejar sejatinya adalah harta benda, kenapa musti mengejar karir? Kenapa tidak focus saja sedari awal pada mencari uang dan mengembangbiakkannya? Kenapa yang dikejar malah karir? Mengejar karir memang pada akhirnya berujung pada penghasilan (uang). Namun ada cara yang lebih relevan dan efektif untuk meraih kesejahteraan, yaitu dengan berbisnis atau berdagang.

Yang kedua, tentang mengejar kejayaan di dunia. Boleh lah kita mengejar kejayaan di dunia. Namun kita musti sadar bahwa aka nada titik kulminasinya. Akan ada titik berakhirnya kita menikmati kejayaan dunia. Lantas bagaimana supaya kejayaan dunia tersebut berlanjut setelah kita mengalami kematian? Caranya adalah dengan kita menginvestasikan sumber daya yang kita miliki selama hidup di dunia untuk kehidupan setelah kematian. Tentu ini hanya relevan bagi orang-orang yang meyakini adanya kehidupan setelah kematian.

Jika kita hanya focus pada hidup di dunia saja, maka kita rugi besar. Kita musti perhatikan kehidupan setelahnya.

Ini adalah hasil perenunganku pagi ini. Dengan ini, aku jadi tau orientasi hidup yang musti aku jalani.

Selasa, 09 Januari 2024

Menikmati Proses Belajar Digital Marketing

 

Di awal bulan Januari ini, aku merasa menjadi orang yang cukup produktif. Kini, aku memiliki aktivitas baru yang aku sesali kenapa baru kali ini aku lakukan. Aku mencoba mengikuti beberapa kursus berbayar. Fokusku ada pada digital marketing. Segala hal yang berhubungan dengan pemasaran secara digital.

Aku baru menyadari betapa belajar digital marketing adalah hal yang sangat worth it untuk dilakukan. Bukan semata ia bermanfaat untuk menjual produk, melainkan juga ia bermanfaat untuk banyak hal lainnya.

Sejatinya, setiap dari kita adalah penjual. Sekalipun kita bukanlah seorang pebisnis, kita adalah penjual. Seorang pekerja menjual keterampilan dan waktunya. Terlebih seorang pebisnis, tentu ia harus memiliki kemampuan untuk meyakinkan orang supaya memiliki produk yang ditawarkannya.

Kenapa baru sekarang aku menekuni dan menikmati belajar serta praktik digital marketing? Alasannya adalah dulu aku begitu skeptis dengan hal-hal yang berhubungan dengan digital marketing. Alam bawah sadarku menyatakan bahwa digital marketing adalah dunia yang rumit. Butuh banyak effort untuk menguasainya. Namun itu dulu. Sekarang, aku paham betapa melalui proses berkesinambungan, belajar digital maekting adala hal yang mudah dan menyenangkan.

Aku berterimakasih pada Alloh SWT, betapa di jaman sekarang, semuanya dimudahkan. Aku tak perlu repot-repot mencari tempat kursus onsite. Cukup searching di google atau media social, bisa aku dapatkan tempat kursus yang menawarkan akses belajar secara daring. Secara fleksibilitas waktu, aku sangat menikmati model kursus daring semacam ini.

Kali ini aku sedang focus pada Google Ads. Setelah ini, aku akan mendalami lagi FB dan IG Ads. Untuk yang terakhir, meski aku pernah mempelajarinya sebelumnya, aku belum benar-benar memanen hasilnya. Sepertinya hal itu terjadi karena aku kurang focus. Maklum, resiko orang yang masih berstatus sebagai pekerja 9-to-5 adalah soal focus ketika ingin mendalami hal lainnya.

Aku jadi semakin menikmati proses belajar ini. Mungkin memang sudah waktunya aku menikmati mendalami proses belajar google ads ini. Ataukah memang karena cara penyampaian materi yang disajikan oleh platform belajar begitu memudahkan aku untuk memahaminya.

Ternyata tak begitu rumit untuk memahami framewok beriklan di google. Aku jadi semakin familiar dengan berbagai hal tentang beriklan di google. Istilah campaign, call to action, bids, leads, discovery ads, setting audience, keywords planning, dan sebagainya. Semakin asyik untuk diakrabi.

Aku berharap semua orang bisa merasakan belajar semenyenangkan ini. Agar semuanya sama-sama semakin bertumbuh. Dengan begitu hidup terasa makin berarti dan penuh optimisme.

 

Senin, 01 Januari 2024

Bagaimana Caranya Menyayangi Diri Sendiri?

 

Seberapa sayang sih kamu pada dirimu sendiri? Bagaimana caramu menyayangi dirimu sendiri?

Kenapa pertanyaan ini musti ditanyakan? Itu seperti pertanyaan retoris. Orang mungkin akan bilang bahwa semua manusia pasti sayang pada diri mereka sendiri. Tapi percayalah, coba ajukan pertanyaan tersebut pada orang-orang. Pasti ada banyak di antara mereka yang tak punya jawaban, atau bingung menjawabnya.

Sebagian orang mungkin akan mengaitkan rasa sayang terhadap diri sendiri dengan pemenuhan kebutuhan atau keinginan material. Sebagian mungkin akan mengaitkan antara sayang pada diri sendiri dengan memanjakan diri dengan segala yang diri butuhkan. Jawaban-jawaban tersebut boleh lah dikatakan mendekati benar. Namun menyayangi diri sendiri adalah lebih dari sekedar tentang pemenuhan hasrat atau memanjakan diri.  

Kamu tau ndak, bentuk sayang terhadap diri sendiri itu seperti apa?

Orang bole saja memiliki berbagai versi tentang menyayangi diri sendiri. Namun, secara umum, ada beberapa hal tentang bagaimana kita menyayangi diri sendiri. Bagi yang masih bingung tentang bagaimana menyayangi diri sendiri, ini boleh jadi referensi.

Berikut adalah cara yang bisa kita praktikkan untuk menyayangi diri sendiri.

Caranya adalah ….

Pertama, …….

.

.

Apa ya…?

.

.

.

Wait…

.

.

Aku ta mikir dulu…

.

.

.

.

.

.

Emm…..

.

.

.

.

.

Bingung juga

So sad