Rabu, 30 Desember 2020

Pentingnya Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa

 

Satu pekerjaan penting yang harus dilakukan oleh pendidik adalah membantu peserta didik memiliki motivasi belajar. Mereka datang ke kelas dengan bekal level motivasi belajar yang beragam. Ada peserta didik yang memiliki motivasi tinggi, dan sudah mengetahui pentingnya mempelajari suatu mata pelajaran. Ada pula peserta didik yang tak tahu apa pentingnya mempelajari pelajaran tertentu. Perbedaan level motivasi ini lah yang pada umumnya menciptakan dinamika dalam lingkungan belajar di kelas.

Di awal masa pembelajaran, seperti di awal semester, diskusi yang ada di kelas semestinya berkaitan dengan pentingnya mempelajari mata pelajaran yang harus mereka pelajari. Seorang peserta didik yang tinggal di desa dan belum pernah merasakan pengalaman berinteraksi dengan orang dari luar negeri mungkin tidak memahami mengapa mereka harus belajar bahasa Inggris. Seorang peserta didik yang belum pernah memiliki pengalaman menghitung laba-rugi suatu usaha mungkin tidak memahami apa pentingnya ilmu akuntansi. Seorang peserta didik yang hanya berkutat dengan praktik hitung sederhana mungkin tidak memahami mengapa mereka harus belajar Algoritma, Aljabar, dan ilmu matematika lainnya. Menyadari hal ini, guru perlu membantu mereka memiliki kejelasan alasan, kenapa itu semua harus mereka pelajari, dan apa manfaatnya buat mereka.

Setiap individu pada dasarnya adalah makhluk egois dan subjektif. Mereka tertarik terhadap apa yang penting buat mereka sendiri. Bobby De Porter, dalam bukunya “Quantum Learning” menyatakan bahwa jika seorang pelajar tidak memiliki pemahaman tentang manfaat nyata yang mereka bisa dapatkan dari hal yang mereka pelajari, maka mereka sesungguhnya tidak akan belajar sama sekali. Sekalipun mereka belajar, mungkin itu hanya sebagai mengugurkan kewajiban semata, dan tentu apa yang mereka lalukan tersebut tidak akan membekas dalam pada diri mereka. “What’s in it for me?”, atau apa manfaatnya bagiku, adalah pertanyaan pada peserta didik yang guru harus membantu menjawabnya.

Seorang lulusan SMA yang bekerja di suatu perusahaan bercerita pada saya. Pekerjaan yang dia lakukan adalah menjadi admin perusahaan yang mengharuskannya untuk akrab dengan program computer. Dia berkata betapa menyesalnya dia, karena dia tidak sungguh-sungguh saat belajar ilmu Teknologi Informasi dan Komunikasi sewaktu menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Waktu itu, dia tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang alas an mengapa pelajaran TIK itu penting. Hal tersebut terjadi karena sang guru mata pelajaran tersebut kurang memberikan pengarahan tentang manfaat dari mempelajari TIK. Saat belajar TIK, yang terjadi di kelas di awal semester adalah langsung pengenalan materi, sementara peserta didik belum memiliki pemahaman cukup tentang alasan mengapa mereka harus mempelajari hal tersebut.

Di awal pembelajaran, peserta didik perlu dibantu untuk menemukan dan memahami motivasi belajar mereka. Guru sebaiknya jangan langsung mengenalkan materi sebelum mereka berupaya menumbuhkan motivasi peserta didik. Tanpa adanya pemahaman tentang pentingnya mempelajari suatu ilmu pengetahuan tertentu, peserta didik hanya akan menjalani proses pembelajaran dengan rasa perbudakan. Mereka mungkin akan tetap mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Mereka mungkin akan terlihat memperhatikan penjelasan guru. Namun sejatinya yang mereka rasakan adalah nuansa perbudakan, dimana mereka merasa harus melakukan sesuatu tanpa tau apa arti melakukan hal tersebut.

Kemampuan menumbuhkan motivasi belajar peserta didik adalah aspek kompetensi pedagogis yang wajib guru miliki. Sayangnya kemampuan ini sepertinya masih dianggap sebagai hal biasa. Memang perlu penelitian untuk menyimpulkan hal ini, namun hipotesis saya menyatakan demikian. Kemampuan menumbuhkan motivasi itu perlu diasah. Guru perlu akrab dengan buku-buku dan seminar-seminar tentang psikologi. Selain itu, guru juga perlu memiliki kecakapan dalam meneliti. Banyak hal yang bisa mereka teliti berkaitan dengan motivasi belajar, efektivitas pembelajaran dan segala dinamika yang ada pada siswa dan lingkungan kelas, sebagai landasan (grounded theory) untuk perbaikan mutu pembelajaran.