Jumat, 22 November 2019

Menjaga Relevansi Pendidikan terhadap Dinamika Perubahan Zaman



Dulu, saat guru bertanya kepada para peserta didik mereka perihal cita-cita pekerjaan, jawaban yang jamak muncul adalah nama-nama profesi seperti dokter, guru, polisi, tentara, direktur, dan pekerjaan terikat waktu lainnya. Ada juga yang menyebutkan kata “pengusaha”, namun prosentase yang menyebutkannya biasanya relatif sedikit dibandingkan dengan nama-nama yang disebutkan sebelumnya. Cita-cita yang dimiliki siswa umumnya mendorong semangat siswa belajar, serta mempengaruhi orientasi mereka dalam menjadi pelajar. Yang bercita-cita menjadi dokter cenderung akan memberikan porsi waktu yang banyak terhadap pendalaman ilmu-ilmu eksakta. Begitu pula dengan cita-cita lainnya, akan mendorong individu mendalami suatu ilmu yang relevan dengannya. Hal tersebut dapat dipahami, karena memang salah satu karakter dasar manusia adalah pragmatis.
Sampai pada masa tertentu, pola pendidikan masih terlihat relevan dalam membimbing individu meraih cita-citanya. Ilmu-ilmu yang ada seperti ilmu alam, ilmu social, ilmu budaya dan bahasa, mampu menjawab harapan para individu yang belajar. Seiring dengan perkembangan zaman, muncul lah profesi-profesi baru yang tidak ada pada sepuluh tahun sebelumnya. Dulu, masyarakat umumnya berpikiran bahwa orang harus bekerja berangkat pagi pulang sore dulu baru bisa mendapatkan uang. Di zaman sekarang, hal tersebut tidak sepenuhnya berlaku. Jika guru bertanya perihal cita-cita kepada murid-murid, jawaban yang mungkin akan muncul adalah Youtuber, content creator, social media marketing agent, advertiser, dropshipper, food ranger,  food reviewer, dan nama-nama baru lainnya, di samping nama pekerjaan yang jamak disebutkan. Profesi-profesi tersebut mungkin terdengar aneh, jika disebutkan pada beberapa decade sebelumnya. Namun sekarang profesi-profesi tersebut sudah lazim ada dalam kehidupan kita.
Pertanyaan yang cukup penting untuk dijawab adalah apakah ilmu-ilmu yang diajarkan di sekolah sudah disesuaikan dengan perkembangan jaman yang ada? Ataukah masih sama hingga sekarang? Pendidikan pada hakikatnya ditujukan untuk membantu pembelajar membentuk karakter (character building), mengasah keterampilan sesuai dengan bakat dan minat (competence), serta pengetahuan, untuk menjawab tantangan zaman. Saya memang tidak  mencantumkan referensi manapun untuk menyebutkan tujuan pendidikan tersebut, tapi pada dasarnya tujuan pendidikan adalah secara garis besar adalah seperti itu.
Pertanyaan lain yang perlu dijawab adalah apakah cara guru mengajar juga sudah sesuai dengan tuntutan perubahan zaman. Kurikulum secara periodic dirubah oleh pemerintah, dengan niat dasar untuk menyesuaikan penyelenggaraan pendidikan dengan perubahan zaman. Namun, hal yang tak kalah penting adalah kemampuan pendidik dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut. Perubahan kurikulum yang tidak diimbangi dengan kemampuan adaptasi pendidik tentu tidak akan bermuara pada terwujudnya tujuan pendidikan, karena pendidik adalah eksekutor kurikulum yang perannya bisa dikatakan paling strategis.

Dua kata kunci yang sangat penting bagi relevansinya pendidikan terhadap perkembangan zaman adalah pembaharuan kurikulum secara berkesinambungan dan kemampuan adaptasi pendidik. Sangat bisa dipahami ketika pemerintah melakukan perubahan kurikulum secara berkala. Hal tersebut tentu dimaksudkan untuk menyesuaikan penyelenggaraan pendidikan dengan perkembangan zaman. Untuk menyesuaikan pendidikan dengan perubahan zaman, kurikulum sedianya memang perlu memasukkan hal-hal baru dan menghilangkan hal-hal lama yang sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman. Di era disrupsi seperti sekarang ini dimana kemampuan-kemampuan seperti berkomunikasi, berkolaborasi, berinovasi, berpikir kritis dan berkreasi memiliki fungsi yang sangat penting, pendidikan perlu menyertakan aspek-aspek tersebut untuk dimunculkan dan diasah pada individu pembelajar. Menghadapi tantangan perubahan zaman, individu dituntut untuk proaktif dan inisiatif melakukan tindakan. Konsekuensinya adalah bahwa pola belajar di sekolah pun harus berubah. Individu belajar harus diperlakukan sebagai subjek belajar yang mendominasi proses aktivitas-aktivitas pembelajaran. Menyadari hal ini, pembelajaran yang sifatnya berpusat pada guru (teacher-centred) harus sepenuhnya diganti dengan pembelajaran yang menggerakkan individu belajar (student-centred).
Agar tujuan pendidikan nasional berhasil diraih, maka pemerintah, guru dan masyarakat pada umumnya perlu melakukan peran sesuai domainnya masing-masing secara maksimal. Pemerintah berperan menyelenggarakan sistem pendidikan yang menjawab tantangan perubahan zaman. Guru, sebagai bagian dari system pendidikan yang memiliki peran yang sangat strategis, harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi serta mengamalkan prinsip long-life learning. Sementara masyarakat pada umumnya juga berperan aktif mendukung penyelenggaraan pendidikan melalui kontrol social dengan memberikan kritikan konstruktif terhadap kebijakan dan menyumbangkan ide-ide yang relevan.