Sabtu, 13 Januari 2024

Merubah Rencana

 

Pagi-pagi ngobrol melalui whatsapp dengan temen yang masih tinggal di Australia. Topiknya adalah seputar kebijakan terbaru pemerintah Australia tentang visa. Australia memang sudah lama menjadi negara primadona yang menjadi tujuan orang-orang dari berbagai negara untuk studi dan bekerja. Selain kualitas Pendidikan yang tinggi, yang menjadi daya Tarik para pelajar dari berbagai negara, Australia juga merupakan negara dengan kesempatan bekerja yang sangat besar, serta rate gaji yang tinggi.

Dari obrolan dengan temanku pagi tadi, aku jadi memutuskan satu hal yang penting dalam fase hidupku. Kemarin-kemarin, aku berencana untuk mengejar studi S3 ke Australia dengan beasiswa kampus atau beasiswa LPDP. Jika aku mendapatkan beasiswa kampus, maka targetku adalah mengambil graduate visa setelahnya. Lumayan, graduate visa untuk lulusan S3 memungkinkan kita untuk tinggal di Australia antara 2-6 tahun. Waktu yang cukup untuk mengumpulkan pundi-pundi dollar. Setelah itu, sedianya aku akan berusaha untuk mendapatkan permanent residence. Itu rencana kemarin.

Sekarang, orientasiku lain. Hal ini sebagai imbas dari kebijakan pemerintah Australia yang terbaru terkait visa. Per 2024 ini, graduate visa hanya bisa diberikan kepada para pelamar yang berusia maksimal 35 tahun. Persyaratan pengajuan permanent residence juga mulai diperketat. Hal tersebut bisa dimaklumi, karena pelamar permanent residence dari tahun ke tahun semakin membesar. Status sebagai the promising land yang dimiliki Australia telah menjadi magnet bagi banyak manusia dari berbagai negara. Mereka menjadikan Australia sebagai tempat yang tepat untuk merubah nasib mereka.

Dengan kebijakan terbaru ini, rencanaku untuk memiliki permanent residence Australia pupus lah sudah. Andai aku tetap mengambil studi doctoral, aku rasa juga kurang worth it. Belajar selama 4 tahun, dan setelahnya hanya kembali ke tempat menajar semula, menjadi guru SMA, tanpa ada peningkatan karir secara signifikan. Rasanya, kurang worth it. Yang worth it adalah, selesai studi S3, aku melanjutkan karir di Australia, dan setelahnya meraih status sebagai permanent resident. Namun itu sudah tidak bisa diwujudkan karena adanya kebijakan terbaru terkait visa tersebut.

Entah kenapa, aku merasa nothing to lose saja dengan kenyataan ini. Mungkin ini memang jalan dari Tuhan bahwa aku tidak pas untuk menjalani alur yang sudah aku rencanakan sebelumnya. Yang menarik bagiku sekarang ini justru adalah menekuni dunia ekspor. Ini yang sangat sangat worth it. Memang, perjalanan yang harus kuarungi untuk menjadi seorang eksportir sukses ini sangat sangat menantang. Ada fase proses belajar belajar yang cukup Panjang yang harus aku lalui. Ada banyak hal yang harus aku pelajari. Yang jelas, menekuni bidang ekspor ini akan memacu aku untuk mendayagunakan seluruh kemampuan yang aku miliki semaksimal-maksimalnya.

Mungkin aku akan merasa Lelah dalam perjalanannya, dan itu pasti. Namun aku tidak memiliki pilihan lain, karena ini hal terbaik yang harus aku tekuni.

Di bidang yang relative baru bagiku ini, aku harus rela belajar banyak hal. Aku harus belajar tentang membuat website. Aku harus belajar copywriting. Aku harus belajar tentang marketing, baik marketing digital maupun marketing konvensional. Aku harus belajar lagi tentang Teknik negosiasi. Aku harus mengasah kecerdasan emosional. Aku harus memperluas networking. Aku harus belajar dan mempraktikkan manajemen tim. Banyak hal yang harus aku lakukan.

Rencanaku untuk ambil studi doctoral di Australia sepertinya harus aku kubur. Aku harus realistis untuk menjalani rencana yang lebih indah. Semua hal yang terjadi dalam hidup pasti ada hikmahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar