Selasa, 06 September 2016

Kembalinya Rasa Itu (edisi novel 2)



Hidup sungguh penuh kejutan. Sebagaimana terkejutnya aku ketika di pagi2 buta aku mendapat inbox dari orang yang pernah membuatku merasa seperti menjadi aktor dalam film drama Korea. 
“Assalamualaikum..hai old friend..do you remember me?  

Begitu dia mulai menyapa. 
Aku sempat mengusap mata, persis seperti orang yang baru saja bangun tidur. Padahal pagi itu aku insomnia, sama sekali belum memejamkan mata sehari semalaman. 
“Apakah benar itu dari dia”, batinku.
Tak lekas aku balas. 
Sejenak aku berpikir, apakah benar itu dari dia.
Ternyata benar. Itu adalah dia, gadis yang pernah aku deskripsikan persis seperti yang ada pada lagu dangdut berjudul “Nur Azizah”. 
Entah kenapa, aku begitu tahan untuk tidak langsung membalas, meski sudah yakin bahwa itu adalah dia. Aku terpaku dalam lamunan. Memikirkan bagaimana sebaiknya aku berkata dan merespon sapaannya. Cukup lama, 20 menit aku melamun. Sejurus kemudian, aku membalasnya. 
Hi, Azii..
Waalaikumussalam”

Datar, singkat, dan seperlunya. Begitu kesan jawabanku.
Dari situ percakapan kami berlanjut, hingga aku yang insomnia semakin tak bisa tidur. Entah hormon apa yang bekerja pada saat itu hingga aku bisa terjaga hingga matahari muncul. 
Dia masih asyik seperti dulu pertama kali kami bertemu. Pagi itu, begitu interaktif kami menekan tombol huruf di gadget untuk melangsungkan percakapan. Meski berkomunikasi lewat media, namun aku merasa seperti sedang berbicara langsung secara tatap muka dengannya.


Aku merasa seperti bermimpi indah, padahal aku tak sejenak pun berbaring dan memejamkan mata untuk tidur. 
Ah,,, dia hebat, mampu membuatku bermimpi indah di kala terjaga. Padahal, biasanya aku harus tidur dulu baru bisa bermimpi.
“Am i dreaming now?”, begitu canda ku lontarkan kepadanya.
“Yes ! U dreaming..just go to sleep!  
Hahaha”, begitu balasnya dengan canda pula.
Perasaan bahagia muncul begitu hebatnya. Serasa bahagianya bagaikan seorang musyafir yang mendapatkan kembali barang berharga yang telah hilang sebelumnya. 
Ah..indahnya.

Aku keluar dari kamar untuk menghirup udara pagi. Ku buka jendela dan ku tengok suasana luar gedung dimana aku tinggal. Semuanya nampak indah. Udara begitu sejuk dan melambai halus di wajahku, seolah memberi ucapan selamat atas pagi yang indah kepadaku.


Aku teringat dengan sebuah Musik intrumentalia yang pernah menjadi soundtrack drama awal perkenalanku dengannya. Judulnya Romantic Relaxing Saxophone Music. Lagu tersebut sudah lama aku “peti es”-kan. Beberapa bulan lalu, sempat kelu rasanya ketika ku mendengarnya, setelah dia memutus akses komunikasiku kepadanya di berbagai media. Sudah beberapa bulan aku tak mau mendengarnya meski sebentar saja. Bukan apa-apa, melainkan karena ia mengingatkanku kepada sebuah kisah indah yang tiba-tiba jadi kelam dan membuat hati merana. 
Namun kini, lagu tersebut kuputar kembali. 
Ah…Lagu itu terasa menghadirkannya dekat.”


Hidup memang semakin bergairah dengan harapan. Namun kadang harapan juga bisa membawa luka. Aku tak berani menerawang masa depan. Hendak seperti apa kisah ku bermuara. Yang pasti, Tuhan pasti punya suatu rencana baik untuk hambaNya.

Aku tak ingin terlalu dalam ketika bersuka cita, sebagaimana juga tak ingin terlalu dalam ketika berduka.
Aku hanya berharap, bahwa Tuhan menganugerahkanku kisah yang indah pada akhirnya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar