Aku
duduk termenung di ruang belakang tempat tinggalku di Marion Road, Adelaide. Masih
kuat dalam ingatan pembicaraan dengan beberapa orang akhir-akhir ini. Obrolanku
dengan Khalif, Fathan, dan Faqih membuka menambah insight sekaligus memicu
penyesalan yang cukup dalam. Aku mendapatkan insight yang begitu berharga dari
obrolan dengan mereka tentang orientasi hidup, tentang memaksimalkan asset waktu
selagi muda, tentang keberanian mengambil tantangan dan menghadapi rewarding risks, dsb. Aku juga menyesali
betapa selama ini aku menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Waktu adalah asset yang
paling berharga yang telah banyak aku siakan.
Ada
beberapa hal yang menjadi poin refleksiku. Pertama, I should have never tried to impress anybody. Cukup menjalani
langkah-langkah besar dalam hidup berpacu dengan target yang diriku sendiri
tetapkan. Impressing other people itu hal yang sangat melelahkan dan tidak
worth it sama sekali. People might give
applause or salute to particular achievements that I have made, but that is
just meaningless. What is the point of having others’ acknowledgement when it
means nothing? Aku baru menyadari bahwa yang terpenting untuk menjadi track
fokusku adalah meningkatkan value diri sekaligus memberi dampak kebaikan bagi
orang lain sebanyak-banyaknya dan sebesar-besarnya secara tulus. Acknowledgement is just an effect. But when
it becomes your focus, it will just get you exhausted yet meaningless.
Kedua,
I should have dared enough to take one big challenge and get ready to face it
in all aspects. Aku masih menyesal kenapa dulu tidak berani berusaha secara
maksimal untuk mendapatkan beasiswa studi S2 se dini mungkin. Tidak seharusnya
ketakutan dan keraguan menghalangiku. Kadang rasanya nyesek juga ketika mendengar
cerita teman-teman yang pada melakukan WHV ke Australia. Sepulang dari program
mereka, rata-rata mereka memiliki growth mindset yang baru. Mereka berani
membuat rencana-rencana baru dan mewujudkannya. Pada usia tertentu yang relative
masih muda mereka sudah memiliki banyak asset besar.
Betapa
waktu adalah asset yang sangat tak ternilai. Banyak orang yang produktif karena
memaksimalkan pemanfaatan waktu untuk hal-hal besar dan positif. Aku sadar, beberapa
ruas jalan yang ku lalui selama ini cukup terjal. Itu yang menjadi penghambat pencapaian-pencapaianku. Namun semestinya
aku juga sadar bahwa under any circumstance, life must go on and I gotta be
strong enough for that.
Kenapa
ya, setiap kali ku baca buku-buku baru, semakin ku merasa aku selama ini
seperti tidak tau apa-apa.
Kenapa
ya, semakin aku bergaul dengan orang-orang yang penuh insight dan energy positif,
semakin aku merasa menyesal telah melewatkan momen-momen berharga dan semakin
merasa aku belum menjadi pribadi yang berguna. Tp bukan berarti aku harus
berhenti membaca buku atau bergaul dengan orang-orang positif, tentunya. Lessonnya
adalah, semakin orang “berisi” maka semakin dia menunduk seperti padi, down to
earth.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar