Senin, 20 Desember 2021

Pass it on!


Dalam perjalanan hidupku, aku berhutang budi pada banyak orang. Jika aku harus menyebutkan beberapa pengalaman hutang budi yang begitu banyak, ada beberapa yang cukup kuat mengendap di memori. Yang pertama jelas hutang budi pada orang tuaku. Mereka bukan hanya menggugurkan kewajiban menghidupi aku, namun membuat proyek besar yang mengubah hidupku, yaitu mengupayakan agar aku tedidik dengan baik, meski latar belakang pendidikan mereka tidak tinggi. Soal hutang budi sama orang tua tentu tak kan pernah terbayar lunas. Terlalu besar budi mereka padaku untuk aku bayar.

Yang kedua, aku masih teringat momen ketika aku mengalami musibah saat memulai hidup di kota baru untuk studi S1. Aku mengalami musibah dirampok orang. Semua bawaanku raib digasak orang, padahal itu merupakan bekal untuk mejalani kehidupan perkuliahan di Semarang. Beruntung aku dibantu oleh kakak-kakak kelas yang sangat budiman. Kebutuhan makanku saat itu dicukupi oleh mereka. Hatiku dihibur dan dikuatkan oleh mereka. Nama-nama seperti as Atang asal Cirebon, Mas Slamet asal Banjarnegara, Mas Asep asal Kuningan, Mas Idris asal Bogor, dan teman-teman lainnya tak akan pernah aku lupakan. Jasa mereka begitu besar. Budi mereka begitu besar kepadaku. Semoga Alloh SWT melimpahi mereka keberkahan hidup selamanya. Amiin!

Ketiga, aku merasa berhutang budi pada kepala sekolah tempat ku mengajar. Namanya Pak Ircham. Beliau sangat mendukungku untuk melakukan studi lanjut. Beliau memberi dukungan pada saat aku meraih beasiswa Teacher Training Monbukagakusho pada tahun 2015 silam. Beliau juga mendukungku untuk menjalani studi S2 di Australia. Aku menyadari, di balik keberhasilanku meraih kesempatan studi lanjut, ada orang-orang yang aku harus berterimakasih kepada mereka. Tak ada keberhasilan yang aku raih, melainkan di balik semua itu ada peran dan kontribusi orang lain.

Kali ini, aku merasa berhutang budi pada beberapa orang saat menjalani  studi S2 di The University of Adelaide ini. Ada namanya Ahmad Syukri, kakak kelas di kampus. Ada namanya Ira, yang selalu jadi tempat konsultasiku dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu. Ada namanya Fathan, seorang anak muda yang sudah lama menetap di Australia dan sedang menjalani studi S1 di Adelaide. Dari mereka, aku belajara tentang ketulusan dalam membantu sesama. Fathan adalah anak yang begitu baik, yang mau peduli mengurusku selama masa karantina. Dia yang menalangi semua kebutuhan harianku seperti keperluan makan, minum, dan lainnya, karena aku tidak bisa keluar rumah selama menjalani masa karantina ini. Dia yang mau membantu apa pun yang aku minta.

Banyak orang yang terlibat dalam prosesku menjalani studi S2 di Adelaide ini. Ada Stiven Daniel, Pak Anang Kemendagri, brother Mansye dari Ambon, pegawai BKD Provinsi Jateng, dan banyak lainnya. Begitu banyak orang yang terlibat dalam menciptakan kebaikan dalam hidupku, hingga aku tidak bisa menyebutkan semuanya.

Mereka telah membuatku berkomitmen untuk melakukan kebaikan bagi orang lain. Tentu mereka tidak mengharap balas budi atas apa yang mereka berikan padaku. So, I should pass it on to others. Insya Alloh!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar