Dalam perjalanan hidupku, aku berhutang budi pada
banyak orang. Jika aku harus menyebutkan beberapa pengalaman hutang budi yang
begitu banyak, ada beberapa yang cukup kuat mengendap di memori. Yang pertama
jelas hutang budi pada orang tuaku. Mereka bukan hanya menggugurkan kewajiban
menghidupi aku, namun membuat proyek besar yang mengubah hidupku, yaitu
mengupayakan agar aku tedidik dengan baik, meski latar belakang pendidikan
mereka tidak tinggi. Soal hutang budi sama orang tua tentu tak kan pernah
terbayar lunas. Terlalu besar budi mereka padaku untuk aku bayar.
Yang kedua, aku masih teringat momen ketika aku
mengalami musibah saat memulai hidup di kota baru untuk studi S1. Aku mengalami
musibah dirampok orang. Semua bawaanku raib digasak orang, padahal itu
merupakan bekal untuk mejalani kehidupan perkuliahan di Semarang. Beruntung aku
dibantu oleh kakak-kakak kelas yang sangat budiman. Kebutuhan makanku saat itu
dicukupi oleh mereka. Hatiku dihibur dan dikuatkan oleh mereka. Nama-nama
seperti as Atang asal Cirebon, Mas Slamet asal Banjarnegara, Mas Asep asal
Kuningan, Mas Idris asal Bogor, dan teman-teman lainnya tak akan pernah aku
lupakan. Jasa mereka begitu besar. Budi mereka begitu besar kepadaku. Semoga
Alloh SWT melimpahi mereka keberkahan hidup selamanya. Amiin!
Ketiga, aku merasa berhutang budi pada kepala sekolah
tempat ku mengajar. Namanya Pak Ircham. Beliau sangat mendukungku untuk melakukan
studi lanjut. Beliau memberi dukungan pada saat aku meraih beasiswa Teacher
Training Monbukagakusho pada tahun 2015 silam. Beliau juga mendukungku untuk
menjalani studi S2 di Australia. Aku menyadari, di balik keberhasilanku meraih
kesempatan studi lanjut, ada orang-orang yang aku harus berterimakasih kepada
mereka. Tak ada keberhasilan yang aku raih, melainkan di balik semua itu ada
peran dan kontribusi orang lain.
Kali ini, aku merasa berhutang budi pada beberapa
orang saat menjalani studi S2 di The
University of Adelaide ini. Ada namanya Ahmad Syukri, kakak kelas di kampus. Ada
namanya Ira, yang selalu jadi tempat konsultasiku dalam mengerjakan tugas-tugas
tertentu. Ada namanya Fathan, seorang anak muda yang sudah lama menetap di
Australia dan sedang menjalani studi S1 di Adelaide. Dari mereka, aku belajara
tentang ketulusan dalam membantu sesama. Fathan adalah anak yang begitu baik,
yang mau peduli mengurusku selama masa karantina. Dia yang menalangi semua
kebutuhan harianku seperti keperluan makan, minum, dan lainnya, karena aku
tidak bisa keluar rumah selama menjalani masa karantina ini. Dia yang mau membantu
apa pun yang aku minta.
Banyak orang yang terlibat dalam prosesku menjalani studi
S2 di Adelaide ini. Ada Stiven Daniel, Pak Anang Kemendagri, brother Mansye
dari Ambon, pegawai BKD Provinsi Jateng, dan banyak lainnya. Begitu banyak
orang yang terlibat dalam menciptakan kebaikan dalam hidupku, hingga aku tidak
bisa menyebutkan semuanya.
Mereka telah membuatku berkomitmen untuk melakukan
kebaikan bagi orang lain. Tentu mereka tidak mengharap balas budi atas apa yang
mereka berikan padaku. So, I should pass it on to others. Insya Alloh!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar