Berita yang ditunggu-tunggu itu pun tiba. Pemerintah Australia
secara resmi mengumumkan bahwa mahasiswa internasional bisa masuk ke Australia dengan
syarat sudah divaksin penuh. Rasa bahagiaku seketika membuncah. Namun aku tidak
langsung percaya, karena merasa selama ini di-PHP oleh pemerintah Australia. Aku
coba kroscek berbagai lini berita. Hasilnya sama, bahwa border Australia memang
sudah dibuka. Langsung aku cek kelengkapan semua berkas, dan ternyata ada
semua. Paspor, visa, SP Setneg, Exit Permit, Vaksin, dan lainnya ada semua. Lega
rasanya.
Aku jadi teringat dan tersadarkan akan satu hal, yaitu
pola-pola terkabulnya doa. Dua bulan terakhir ini adalah masa-masa aku maksimal
dalam memanjatkan do’a. Soal do’a, aku tidak hanya mengandalkan diri, namun juga
melibatkan orang-orang tercinta. Sejak memulai studi seku selalu pesimis bahwa
aku bisa lekas berangkat ke Australia. Semua itu karena aku merasa bahwa situasi
tidak memungkinkan sepertinya. Namu Alloh memberiku ilham melalui berbagai hal.
Melalui status whatsapp seorang teman, melalui artikel yang muncul secara tidak
sengaja, dan melalui berbagai cara lainnya, aku tersadarkan akan p0ola-pola
terkabulnya do’a. aku selama ini keliru, karena selalu mengikuti dan menuruti
logika manusia. Padahal Alloh SWT punya kuasa untuk merubah kondisi dan situasi
apa pun yang ada di dunia.
Kali ini aku semakin meyakini tentang pola-pola
terkabulnya do’a. Pertama, saat logika manusia tidak bisa meyakini bahwa
sesuatu itu bisa terwujud nyata, justru di momen itu lah kita harus panjatkan
do’a. Do’a adalah penghambaan diri kepada Alloh SWT ketika semuanya terasa tidak
mungkin. Ketika sepertinya hanya keajaiban lah yang bakal bisa merubah
semuanya. Dan Alloh SWT adalah yang maha ajaib. Maka, dalam situasi genting dan
pelik seperti apa pun, memohon lah kepada Alloh SWT agar ia menurunkan keajaiban
tersebut.
Kedua, libatkan banyak orang untuk berdo’a mewujudkan
hajat kita. Mintalah pertolongan keapda orang tua, sanak saudara, sahabat, dan
orang lainnya. Mintalah pertolongan kepada fakir miskin yang kita beri santunan
untuk mendoakan terkabulnya hajat kita. Saat suatu hajat terwujud, barangkali
itu bukan karena do’a kita, melainkan karena do’a orang lain yang lebih
sholih/sholihah. Sambil melibatkan banyak orang untuk mendoakan hajat kita,
terus-meneruslah berdoa secara rutin. Berdoalah di setiap selesai sholat, baik
shola tsunnah maupun wajib. Berdoalah di waktu-waktu mustajab tanpa henti. Jadikan
doa seperti dzikir, yang kita ulang-ulang secara terus menerus hingga ia
terwujud.
Ketiga tebuslah segala hajat dengan sedekah. Tak masalah
jika kita meniatkan memberi sedekah untuk terwujudnya suatu hajat. Toh rosululloh
SAW memang mengajarkannya. “Beli lah hajatmu dengan sedekah”, demikian yang
disampaikannya. Salurkan sedekah dengan jumlah yang selaras dengan bobot nilai
hajat yang ingin diwujudkan. Jangan terlalu perhitungan dalam bersedekah. Semakin
banyak semakin baik. Semakin berat untuk mengeluarkannya semakin baik. Semakin rutin
dan konsisten, semakin baik. Alloh SWT mencintai hambaNya yang rutin dalam
bersedekah.
Kesalahan terbesar yang telah aku alami adalah
mengabaikan keajaiban doa yang dipanjatkan secara terus menerus tanpa putus
hingga hajat terwujud. Selama ini logika ku telah menghambatku. Andai aku
menyadari pola-pola pertolongan Alloh ini, mungkin sudah banyak hajat-hajatku
yang terlah terwujud. Secara ringkas, pola pertolongan Alloh SWT meliputi
berdoa secara terus-menerus, melibatkan banyak orang untuk mendoakan
terwujudnya hajat kita, dan menebus terwujudnya hajat dengan sedekah. Selebihnya,
kita berusaha sesuai dengan porsi kita sebagai manusia.
Kini, aku semakin mantap menatap terwujudnya
hajat-hajat lainnya. Insya Alloh polanya sama, karena Alloh SWT menciptakan
pola-pola terkabulnya pertolongan tersebut sebagai hukum semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar