Senin, 15 November 2021

Berdo’a Melewati Batas Logika Manusia

Titik penghambaan tertinggi seorang manusia adalah ketika ia bedo’a mengharapkan terwujudnya sesuatu melewati batas logika manusia

 Itu adalah inti dari hikmah yang aku petik dari pengalamanku akhir-akhir ini. Betapa aku menyesali, mengapa aku tidak menerapkan prinsip tersebut untuk hal yang akhir-akhir ini aku ingin wujudkan, padahal selama ini berkali-kali aku membuktikannya. Di mas apandemi ini, memang sulit untuk melakukan perjalanan antar Negara. Berbagai Negara membuat aturan ketat tentang keluar masuknya manusia ke Negara mereka. Hal tersebut berimbas pada terhambatnya aku untuk berangkat ke Negara Australia untuk studi di sana. Logikaku berkata dan meyakinkanku untuk menerima bahwa memang sangat susah untuk masuk ke Australia, karena situasi memang demikian adanya. Aku jadi patah arang dan pasrah untuk menerima keadaan dijalankannya kuliah non-tatap muka. Pikiranku dipenuhi logika, bahwa tidak mungkin aku bisa berangkat ke Australia, saat covid-19 merebak disana. Andai aku sedari awal studi menyadari bahwa batas penghambaan tertinggi adalah ketika aku berdoa atas suatu hal yang di luar logika manusia, tentu tak perlu sesal yang ada.

Alloh sepertinya pernah meyakinkanku bahwa bukan tidak mungkin aku  berangkat ke Australia saat pandemic mewabah disana. Berangkatnya beberapa temanku ke Australia setelah mendapatkan travel exemption seharusnya meyakinkanku untuk optimis dan berusaha supaya aku bisa berangkat juga. Namun lagi-lagi pikiranku dipenuhi oleh logika manusia, bahwa hal tersebut memungkinkan bagi mereka namun tidak bagi saya. Memang, ada beberapa aturan yang harus dipenuhi untuk bisa meraih travel exemption untuk berangkat ke Australia. Melihat poin-poin aturan yang ada, mustahil bagiku untuk mendapatkan travel exemption juga. Lagi-lagi, aku terjebak pada logika manusia. Padahal, untuk apapun yang ada di dunia, Alloh SWT punya kuasa untuk mewujudkannya.

Aku telah membuktikan sendiri bahwa dalam hidupku aku telah meraih beberapa hajat yang Alloh wujudkan setelah aku berdoa melewati batas logika manusia. Dulu, aku pernah berdoa kepada Alloh supaya aku bisa mendapatkan kesempatan untuk studi di Jepang dengan biaya dari sponsor sepenuhnya. Alhamdulillah cita-citaku terwujud saat itu juga. Padahal jika ditimbang dengan logika manusia, hal tersebut sangat sulit terwujud nyata. Secara, sainganku sangat banyak jumlahnya. Ada ribuan pelamar untuk slot yang hanya sekitar 20 saja. Selain itu, system birokrasi kepegawain untuk pengurusan perijinan studi lanjut di daerahku juga termasuk rumit prosesnya. Banyak orang yang skeptis bahwa ASN tak akan mudah untuk mendapatkan ijin studi lanjut atau mengurus cuti belajarnya. Bahkan cerita kepala sekolahku cukup mematahkan semangatku yang sempat membahana. Beliau pernah lolos dalam seleksi beasiswa S2 di perguruan tinggi bergengsi dalam negeri, namun tidak diijinkan untuk mengambil kesempatan tersebut walau beliau sudah tinggal selangkah saja. Hal tersebut membuat beliau kecewa tak terkira. Makanya beliau bertekad mendukung anak buahnya yang berusaha mewujudkan cita-cita melanjutkan studinya.

Aku pernah berhasil mewujudkan beberapa impian yang dalam logika ku sangat sulit untuk menjadikannya nyata. Aku pernah berhasil mengunjungi berbagai tempat indah dan bersejarah seperti kota Gold Coast, Illchulbong di Pulau Jeju, Tokyo Tower, Victoria Park di Hongkong dan tempat-tempat lainnya. Aku pernah berdoa supaya meraih kesempatan studi beasiswa S2 di perguruan tinggi di luar negeri, dan Alloh mengabulkannya. Untuk orang lain, hal tersebut mungkin mudah utuk mewujudkannya, karena dukungan sumber daya yang mereka punya. Namun bagiku, untuk mewujudkan keinginan-keinginan tersebut pada masa itu sangat lah di luar logika ku, mengingat terbatasnya sumber daya yang aku punya. Namun, waktu itu aku iseng, menyebut hajat-hajat itu dalam doa, berharap Alloh mengabulkannya, padahal di sisi lain ada bisikan bahwa sangat susah untuk mewujudkannya. Benar adanya bahwa kata-kata adalah do’a. benar adanya bahwa do’a adalah jembatan terwujudnya cita-cita. Tentu ada proses ikhtiar yang harus dilalui, karena itu adalah urusan manusia. Sedangkan soal terwujudnya cita-cita, itu urusan Alloh subhanahu wata’ala.

Kini, aku tersadar bahwa tugasku adalah terus berdoa untuk mewujudkan harapanku bisa berangkat ke Australia. Aku berharap minimal satu semester terakhir aku bisa berada di sana. Aku ingin merasakan lagi kesempatan berinteraksi dengan sesame mahasiswa di South Australia. Aku ingin menjalin persahabatan dengan teman dari berbagai Negara. Dengan begitu, aku bisa memperluas wawasan dan cakrawala tentang keragaman budaya. Akhir-akhir ini aku terus berdoa. Alhamdulillah, nampaknya do’aku didengar oleh Alloh SWT. Hari kemarin, aku mendapatkan email dari kampus, bahwa aku harus mengisi sebuah formulir kesanggupan untuk berangkat ke Australia melalui skema pilot project yang digagas oleh pemerintah di sana. Ini adalah secercah harapan yang melambungkan asa. Semoga Alloh SWT mengabulkan doaku untuk segera berangkat ke Australia, akhir tahun ini, atau Januari tahun depan tidak papa. Aku yakin, Alloh segera mengabulkannya.

Aku tersadar kembali untuk selalu berdoa mengharapkan terwujudnya hajatku se-tidakmungkin apapun hajat tersebut dalam kacamata logika manusia. Apa yang salah dengan logika manusia? Yang salah adalah, logika manusia seringkali membatasi kita. Jika kita mengharapkan sesuatu terwujud yang hanya mungkin dalam kacamata logika, maka kita tidak akan mendapatkan hal yang sangat besar nilainya. Karena apa? Karena logika manusia seringkali dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya. Contohnya, seorang remaja lulusan SMA yang lingkungannya terbatas, yang teman-temannya melanjutkan studi di perguruan tinggi yang ada di sekitar tempat tinggalnya, cenderung untuk memiliki cita-cita yang kurang lebih sama, yaitu melanjutkan studi di kampus yang kurang-lebih tak begitu jauh dari tempat tinggalnya. Padahal dengan impian doa dan usaha, dia bisa mewujudkan untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi di Negara luar sana.

Ini adalah sebuah pesan untuk diri sendiri khususnya, dan orang lain pada umumnya. Bahwa berdoalah mengharapkan sesuatu yang sangat besar melewati batas logika manusia. Kemampuan tuhan mewujudkan harapan jauh lebih besar ketimbang logika manusia. Karena Alloh SWT adalah maha segala-galanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar