Jumat, 19 November 2021

Mind-mapping YES, overthinking NO


Ide dari tulisan ini muncul saat aku membayangkan betapa akan melelahkannya proses yang harus aku lalui untuk meraih suatu tujuan tertentu. Padahal, aku tersebut belum mencoba memulai satu langkah pun dalam mengarungi proses tersebut. Ceritanya begini, ada sebuah workshop yang diselenggarakan secara online. Workshop tersebut menghadirkan pembicara yang merupakan seorang praktisi ekspor. Dia menyampaikan tahapan-tahapan ekspor yang begitu banyak. Ada sekitar 10 tahapan ekspor, dimana masing-masing tahapan terdiri dari beberapa langkah spesifik. Mendengar semua hal yang disampaikan oleh pembicara, dalam pikiran aku muncul berbagai bayang-bayang keribetan, kesibukan, tantangan dan seabreg masalah. Menyadari begitu banyaknya tahapan yang harus aku lalui jika melakukan kegiatan ekspor, aku jadi overthinking.

Thinking itu penting. Namun overthinking biasanya tidak bagus. Apa pun yang ada over nya, biasanya tidak bagus. Overthinking yang tidak dikontrol dengan baik akan cenderung membuat seseorang down, kurang bergairah, dan patah semangat. Menyadari hal terebut, aku tidak mau overthinking tersebut mengaburkan cita-citaku untuk menjadi seorang eskportir di masa depan, sooner or a bit later. Oleh karena itu, aku mencoba melakukan refleksi diri. Tujuannya adalah agar aku bisa meyakinkan diri bahwa I can get through all obstacles to reach my big destination.

Dalam upaya mewujudkan cita-cita, kemampuan metakognisi itu sangat penting, menurut ilmu neurosains. Salah satu bentuk dari metakognisi adalah kemampuan untuk membuat mind-map atas rencana kerja. Aku pernah membuat mind-map untuk proses pendaftaran beberapa beasiswa. Dalam mind-map tersebut muncul tahapan-tahapan yang harus aku lalui, serta berbagai syarat yang harus aku penuhi. Mind-map tersebut menjadi semacam guidance untuk langkah-langkahku dalam upaya mewujudkan hajatku.

Mind-map tersebut memberikan panduan kepadaku supaya langkah-langkah yang aku lakukan benar-benar mengarah pada perwujudan cita-citaku. Yang jadi masalah adalah ketika mind-map disikapi dengan overthinking. Artinya, saat melihat map, pikiran membayangkan potensi tantangan yang begitu banyak, tenaga yang bakal terforsir, atau birokrasi panjang yang harus dilalui. Itu semua memang akan dilalui dalam proses perwujudan tujuan. Namun membayangkan segala pernak pernik detil tentang semua tahapan sekaligus itu tidak perlu. Hal tersebut bisa menimbulkan overthinking. Overthinking akan menimbulkan persepsi bahwa tujuan yang ingin diraih akan sangat berat dalma mengupayakannya.

Yang harus dilakukan saat orang berusaha mewujudkan cita-cita adalah membuat perencanaan yang jelas seperti membuat mind-map. Kemudian, ia harus langsung terjun melakukan tahapan demi tahapan. Focus lah pada setiap tahapan. Jangan focus pada tahapan selanjutnya, ketika tahapan yang sedang dijalani belum selesai. Berlakulah seperti orang yang berkendara di malam hari di jalanan berkabut. Jika kita berusaha melihat jauh dengan sorot lampu kendaraan kita, maka akan susah, karena kabut biasanya membuat jarak pandang kita terbatas. Tidak terlihatnya kondisi jalan di depan dalam jarak yang jauh bukan berarti bahwa jalan tersebut tidak mungkin untuk dilewati. Yang perlu dilakukan adalah focus pada upaya untuk terus menjalankan kendaraan, dengan memanfaatkan jarak pandang yang terbatas tersebut. Niscaya akan sampai juga. Sekalipun ada penghalang di depan, ya hadapi.

Prinsip ini sepertinya layak untuk diberlakukan dalam upaya mewujudkan impian apa pun. Buatlah mind-map untuk mewujudkan impian. Jalani satu demi satu tahapan secara focus. Namun jangan overthinking terhadap perjalanan mewujudkan impian tersebut.

This piece of writing is simply written as a self-reflection and self-encouragement

Tidak ada komentar:

Posting Komentar