Selasa, 09 November 2021

Peran Guru dalam Pengembangan Teori Pedagogis Kontemporer

 


Pengembangan teori pedagogis untuk berbagai jenjang pendidikan kerap dilakukan oleh para pengajar di perguruan tinggi (Dosen). Hal tersebut wajar, karena para dosen memang dituntut untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pengajaran, pengabdian masyarakat dan penelitian. Dari penelitian tesebutlah berkembang ilmu pengetahuan, termasuk berkembangnya berbagai teori pedagogis. Bagaimana dengan peran guru dalam pengembangan teori pedagogis? Sejauh yang saya amati, di Indonesia, guru kurang aktif berperan dalam pengembangan teori pedagogis.

Sebenarnya, system pendidikan yang ada di Indonesia memberikan ruang kepada para guru untuk aktif dalam pengembangan teori pedagogis. Diperkenalkannya guru pada penelitian ilmiah, terutama praktik penelitian tindakan kelas, merupakan salah satu wujud betapa guru juga memiliki ruang untuk aktif dalam mengembangkan teori pedagogis. Guru adalah pihak yang memiliki laboratorium praktik pendidikan di sekolah. Mereka berhadapan dan berinteraksi langsung dengan para peserta didik. Mereka memiliki kemudahan akses terhadap observasi perkembangan peserta didik. Namun kenapa justru para dosen lah yang seringkali secara dominan mengembangkan teori pedagogis untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah?

Secara jarak, dosen membutuhkan effort yang lebih untuk bisa melakukan observasi dalam proses penelitian yang menargetkan pendidikan dasar dan menengah. Menurut pedoman etika penelitian, mereka harus mencari sekolah tempat penelitian, serta membuat surat kesanggupan keterlibatan sebagai responden / partisipan dalam penelitian (letter of consent) saat mereka ingin melakukan kegiatan penelitian di sekolah. Sementara, guru memiliki aksesabilitas yang lebih mudah dari dosen. Mereka bisa menjadikan peserta didik mereka sebagai target penelitian, untuk kemudian dijadikan sebagai bagian dari upaya pengembangan teori pedagogis.

Sebagian guru mungkin akan berpendapat bahwa alasan kenapa guru tidak aktif dalam penelitian dan pengembangan keilmuan adalah karena tupoksi mereka hanyalah mengajar. Mereka tidak memiliki kewajiban sebagaimana dosen dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi mereka. Pandangan tersebut sebenarnya kurang tepat. Guru memang tidak memiliki Tri Dharma Perguruan Tinggi, namun mereka memiliki ruang untuk berperan aktif dalam pengembangan keilmuan, melalui praktik penelitian yang memang dimungkinkan oleh system pendidikan di negeri ini. Praktik penelitian dan pembuatan karya tulis bahkan dijadikan sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat bagi guru-guru Aparatur Sipil Negara (ASN). Guru semestinya tidak memiliki motivasi instrumentalis an sich dalam melakukan kegiatan penelitian atau pembuatan karya tulis, misalnya kegiatan tersebut semata dilakukan sebagai pemenuhan syarat kenaikan pangkat. Namun guru semestinya juga melakukan kegiatan tersebut sebagai upaya untuk berkontribusi dalam pengembangan keilmuan pendidikan dasar atau menengah.

Para dosen memiliki pemahaman tentang karakter peserta didik melalui kacama teori yang sudah berkembang. Sementara guru memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik melalui interaksi langsung, selain dari teori yang sudah ada. Logikanya, guru memiliki kemampuan lebih untuk mengamati kebutuhan, tantangan, dan permasalahan peserta didik, kemudian menjadikannya sebagai landasan dalam pengembangan teori pedagogis. Istilah teacher researcher (guru peneliti) sudah begitu akrab dalam dunia pendidikan di berbagai Negara maju. Di Negara-negara tersebut, guru berperan aktif dalam pengembangan teori-teori pendidikan kontemporer. Di negeri ini, guru harus meyakini bahwa mereka juga bisa menjadi bagian dari pengembangan teori pedagogis.

Sudah saatnya guru aktif dalam kegiatan pengembangan keilmuan. Namun banyak dari guru yang memiliki persepsi negative terhadap upaya pengembagan keilmuan, seperti penelitian. Penelitian dipandang sebagai hal yang sangat rumit oleh banyak guru. Berbagai literature tentang panduan penelitian untuk guru pada umumnya kurang bisa menyajikan gambaran proses penelitian yang praktis dan mudah diaplikasikan. Andai saja ada literature yang mudah dipahami dan diterapkan, maka hal tersebut akan menunjang peran guru dalam melakukan aktivitas penelitian ilmiah. Aktivitas penelitian ilmiah tersebut lah yang bisa bermuara pada terciptanya berbagai teori pedagogis orisinil yang berasal dari guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar