Sabtu, 22 Januari 2022

Sebentuk Darma Bakti Untuk Negeri


Januari 2022 ini, aku dan satu teman dari Indonesia berinisiatif untuk menyelenggarakan program semacam sister schools. Program ini memiliki beberapa tujuan. Pertama, menjadi sarana unutk mempromosikan Bahasa Indonesia kepada sekolah-sekolah di Australia. Kedua, menjadi sarana pertukaran pemahaman budaya (cross-cultural understanding) antar Indonesia dan Australia. Yang ketiga, menjadi sarana perukaran ide best practice antar guru dari sekolah-sekolah yang terlibat dari kedua negara, Australia dan Indonesia. Yang ke empat, memberikan warna dalam pembelajaran Bahasa inggris untuk para siswa sekolah di Indonesia. Harapannya, melalui program ini, mereka menjadi bersemangat dan bersungguh-sungguh untuk belajar Bahasa inggris.

Untuk tujuan pertama, kami memiliki berbagai pertimbangan. Bahasa Indonesia sudah lama dimasukkan kedalam kurikulum Pendidikan di Australia sebagai sebuah mata pelajaran pilihan. Posisinya seperti Bahasa Arab, Prancis, Mandarin, Jerman, dan Bahasa asing lainnya dalam kurikulum Pendidikan di Indonesia. Konon, sebelum 2002, sebagian besar sekolah menengah atas di Australia mengajarkan Bahasa Indonesia kepada para siswa. Banyak siswa yang tertarik untuk mempelajari Bahasa Indonesia. Namun, setelahnya, minat para siswa terhadap Bahasa Indonesia semakin menurun. Setidaknya itu informasi yang disampaikan oleh tiga guru Bahasa Indonesia yang pernah aku wawancarai, yang dua guru di antaranya adalah orang Indonesia asli, dan satunya orang Australia. Mendapati informasi tentang menurunnya minat siswa Australia terhadap Bahasa Indonesia, aku tergerak untuk membuat suatu program yang bisa berkontribusi dalam meningkatkan minat siswa Australia untuk mempelajari Bahasa Indonesia.

Aku teringat akan momen saat aku berkesempatan mengajar Bahasa Indonesia di Harristown State High School, Queensland, pada 2015 lalu. Betapa para siswa terlihat terkejut dan senang saat mereka mendapati kami, penutur Bahasa Indonesia asli, hadir di kelas mereka. Mereka merasa pengalaman belajar Bahasa Indonesia mereka benar-benar kontekstual, karena kehadiran kami di kelas mereka. Di kelas tersebut, kami mengajarkan Bahasa Indonesia melalui pendekatan budaya. Banyak budaya yang kami tunjukkan dan jelaskan kepada mereka. Di antaranya adalah tarian tradisional, alat music, nyanyian tradisional, pakaian adat, dan lainnya. Kami juga memperkenalkan kepada mereka berbagai informasi seputar tempat wisata, adat istiadat, kuliner nusantara, dan beraneka ragam hal yang menjadi ciri khas Indonesia. Satu demi satu siswa berusaha membuat kalimat pertanyaan dalam Bahasa Indonesia, dan menanyakannya kepada kami. Situasinya persis seperti ketika murid-muridku kedatangan tamu dari negara luar di kelas Bahasa inggris mereka. Mereka begitu antusias untuk berinteraksi dengan tamu tersebut, dan hal tersebut memacu mereka untuk mempraktikkan Bahasa Asing.

Untuk tujuan kedua, aku menyadari bahwa cross-cultural understanding itu sangat penting. Di era globalisasi ini, pemahaman akan budaya dan way of life antar warga negara sangatlah penting. Dengan cross-cultural understanding, kita bisa menyesuaikan diri dalam lingkungan pergaulan internasional. Dengan begitu, kita bisa diterima dalam lingkungan pergaulan internasional tersebut. Tentu ada banyak keuntungan ketika kita mendapatkan penerimaan yang positif dalam kancah pergaulan internasional. Keuntungan tersebut bisa tewujud dalam aspek ekonomi, social maupun politik. Hal tersebut lah yang aku rasa perlu dibekalkan kepada para siswa Indonesia.

Berkaitan dengan tujuan ketiga, aku berpikir bahwa sudah saatnya guru-guru di Indonesia memperluas networking mereka dalam rangka meningkatkan profesionalisme. Banyak insight yang bisa guru-guru di Indonesia dapatkan dari para guru dari negara Australia. Begitu juga sebaliknya. Isu-isu tentang pengelolaan kelas, pembelajaran, penanganan kenakalan remaja, penanaman budi pekerti, dan memaksimalkan potensi siswa adalah sekian di antara banyak isu penyelenggaraan Pendidikan yang cukup mainstream di berbagai sekolah, baik Indonesia maupun Australia. Sharing best practice dan knowledge antar guru dari sekolah-sekolah di Indonesia dan Australia akan memberikan mutual benefit bagi para guru dari kedua negara tesebut.

Sejak 2017, aku sudah menginisiasi adanya program mengundang tamu dari negara asing untuk menjadi tutor siswa dalam belajar bahas inggris di sekolah tempat aku mengajar, SMA N 1 Paninggaran. Sejauh ini, kami sudah kedatangan tutor dari jerman, prancis, jepang, dan amerika serikat di kelas Bahasa inggris kami. Nampak jelas bahwa para siswa sangat antusias untuk terlibat dalam belajar Bahasa inggris, ketika mereka kedatangan tamu asing dari luar negeri. Meski hanya satu atau dua pertemuan, namun pengalaman belajar Bahasa inggris dengan orang asing telah meninggalkan kesan yang mendalam di benak para siswa. Hal tersebut diketahui dari feedback yang mereka sampaikan saat menjelang selesainya pelajaran.

Program sister schools ini akan memberikan banyak manfaat mutualistis bagi sekolah-sekolah yang terlibat, baik dari Indonesia maupun Australia. Harapanku, program ini akan sustainable, dan terus berkembang memberikan dampak positif, baik bagi Indonesia maupun Australia. Di mulai dari sister schools program antara SMA N 1 Paninggaran dengan Mark Oliphant College (MOC), semoga program ini semakin berkembang dan terus berkelanjutan. Aku yakin hal tersebut dapat terwujud. Inilah salah satu baktiku kepada negeriku. Insya Alloh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar