Hari ini, kampus baru buka, setelah sekian lama libur di
akhir dan awal tahun. Aku melakukan campus tour sendiri, menyusuri Gedung-gedung
di sekitaran kampus. Menyusuri Lorong-lorong dan ruang-ruang fasilitas belajar
dan pendukung wellbeing mahasiswa. Rasanya, aku sungguh betah berlama-lama di kampus
ini. Terlebih lagi, aku adalah orang yang sangat menikmati vibe perpustakaan. Aku
biasa menghabiskan seharian penuh dari pagi sampai malam berada dalam
perpustakaan. Sepertinya, Barr Smith Library, Nexus Building, dan Hub Central
akan mejadi tempat tinggal kedua ku selama menjalani studi di The University of
Adelaide ini.
Berbagai fasilitas tersedia secara free untuk aku akses. Internetnya kenceng. Komputer-komputernya canggih. Ruangan-ruanganya nyaman, bersih, dan hommy. Orang-orangnya ramah. Akses ke kota begitu dekat, karena memang kampus ini berada di tengah kota. nikmat mana lagi yang akan aku dustakan?
Rasanya, aku ingin berlama-lama berada di kampus ini,,
menjadi insan yang berkontribusi terhadap the body of knowledge dalam dunia Pendidikan
khususnya. Aku jadi terpikir untuk mengambil program PhD di kampus ini. Bukan karena
gelar semata, melainkan ada gairah untuk bergulat dengan ilmu, penciptaan solusi,
dan sharing kebermanfaatan dalam dunia ilmu pengetahuan bagi negeriku. Kini aku
terpikir untuk lanjut ambil program PhD. Padahal sebelumnya aku sudah
menetapkan diri untuk selesai dengan pursuing higher degree setelah lulus dari kampus
ini. People change.
Benar sekali bahwa pikiran adalah penuntun nasib. Sedari kecil,
aku berpikir dan bercita-cita untuk bisa memiliki pergaulan dengan orang-orang
dari berbagai negara. Aku memiliki rasa penasaran yang tinggi terhadap
perbedaan budaya, Bahasa, life style, dan lainnya. Kini, pikiran itu terwujud
mejadi nyata. Aku berkesempatan untuk berdiskusi dengan banyak orang, bertukar
pikiran tentang isu-isu seputar kehidupan. Cangkrukan ku yang dulu saat kecil
adalah dengan teman sebaya di sawah-sawah, hutan, sungai, dan di halaman rumah
tetangga. Kini cangkrukanku adalah dengan orang yang beragam warna kulit,
budaya, negara, Bahasa, dan pemikiran. Aku merasa kaya. Kaya social.
Sekarang, fokusku adalah kontribusi, kontribusi dan kontribusi.
Betapa beasiswa yang aku terima ini memberiku beban moral. Beban moral untuk bisa berbakti bagi bangsa dan negara. Beban
moral untuk bisa memberikan mkontribusi nyata bagi sesama. Meskipun itu beban,
aku yakin aku bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar