Senin, 03 Januari 2022

My Student ID Card is issued. Yattaa!



Hari ini, Selasa, 4 Januari 2022, aku mendapatkan student ID Card ku untuk pertama kali semenjak menjalani studi di The University of Adelaide. Dengan student ID Card ini, aku bisa mengakses berbagai fasilitas yang disediakan oleh kampus untuk para mahasiswanya. Aku sangat bahagia. Akhirnya, bisa juga aku raih student ID Card ini. Ada sense of being a real student saat menerima ID Card ini. Ratusan juta biaya kuliah yang harus aku bayar (beasiswa LPDP sih), namun baru kali ini aku mendapatkan hak sepenuhnya sebagai mahasiswa.

Hari ini, kampus baru buka, setelah sekian lama libur di akhir dan awal tahun. Aku melakukan campus tour sendiri, menyusuri Gedung-gedung di sekitaran kampus. Menyusuri Lorong-lorong dan ruang-ruang fasilitas belajar dan pendukung wellbeing mahasiswa. Rasanya, aku sungguh betah berlama-lama di kampus ini. Terlebih lagi, aku adalah orang yang sangat menikmati vibe perpustakaan. Aku biasa menghabiskan seharian penuh dari pagi sampai malam berada dalam perpustakaan. Sepertinya, Barr Smith Library, Nexus Building, dan Hub Central akan mejadi tempat tinggal kedua ku selama menjalani studi di The University of Adelaide ini.

Berbagai fasilitas tersedia secara free untuk aku akses. Internetnya kenceng. Komputer-komputernya canggih. Ruangan-ruanganya nyaman, bersih, dan hommy. Orang-orangnya ramah. Akses ke kota begitu dekat, karena memang kampus ini berada di tengah kota. nikmat mana lagi yang akan aku dustakan? 

Rasanya, aku ingin berlama-lama berada di kampus ini,, menjadi insan yang berkontribusi terhadap the body of knowledge dalam dunia Pendidikan khususnya. Aku jadi terpikir untuk mengambil program PhD di kampus ini. Bukan karena gelar semata, melainkan ada gairah untuk bergulat dengan ilmu, penciptaan solusi, dan sharing kebermanfaatan dalam dunia ilmu pengetahuan bagi negeriku. Kini aku terpikir untuk lanjut ambil program PhD. Padahal sebelumnya aku sudah menetapkan diri untuk selesai dengan pursuing higher degree setelah lulus dari kampus ini.  People change.

Benar sekali bahwa pikiran adalah penuntun nasib. Sedari kecil, aku berpikir dan bercita-cita untuk bisa memiliki pergaulan dengan orang-orang dari berbagai negara. Aku memiliki rasa penasaran yang tinggi terhadap perbedaan budaya, Bahasa, life style, dan lainnya. Kini, pikiran itu terwujud mejadi nyata. Aku berkesempatan untuk berdiskusi dengan banyak orang, bertukar pikiran tentang isu-isu seputar kehidupan. Cangkrukan ku yang dulu saat kecil adalah dengan teman sebaya di sawah-sawah, hutan, sungai, dan di halaman rumah tetangga. Kini cangkrukanku adalah dengan orang yang beragam warna kulit, budaya, negara, Bahasa, dan pemikiran. Aku merasa kaya. Kaya social.

Sekarang, fokusku adalah kontribusi, kontribusi dan kontribusi. Betapa beasiswa yang aku terima ini memberiku beban moral. Beban moral untuk bisa berbakti bagi bangsa dan negara. Beban moral untuk bisa memberikan mkontribusi nyata bagi sesama. Meskipun itu beban, aku yakin aku bisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar