Minggu, 31 Juli 2016

Membangun Peradaban dengan Kreativitas


Jepang merupakan negara dengan tingkat kemapanan ekonomi yang sangat tinggi. kemajuan di berbagai bidang sudah tak diragukan lagi, tercermin dari banyaknya produk made in japan yang familiar di seantero dunia. beruntung saya memperoleh kesempatan untuk menjalani hidup di jepang melalui program pendidikan dengan sponsor penuh dari pemerintah jepang selama 1.5 tahun. Dari situlah saya menyaksikan sendiri bagaimana kehidupan kesehairan masyarakat jepang pada umumnya. 

Di jepang saya belajar banyak betapa kreativitas mampu menciptakan peradaban yang sangat maju. Kemajuan jepang dalam berbagai sektor bukanlah ditentukan oleh tersedianya sumber daya alam yang melimpah, karena nyatanya Jepang merupakan negara yang miskin sumber daya alam. Kemajuan tersebut lebih ditentukan oleh sentuhan kreativitas masyarakatnya. Banyak hal yang saya temukan ada di Jepang, yang mencerminkan betapa kreatifnya bangsa Jepang.

Picture taken from https://5x5x5creativity.files.wordpress.com

Jepang adalah negara yang suka mencipta. Berbagai masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari bisa menjadi potensi peluang untuk menciptakan berbagai karya. Banyak contoh betapa masalah berubah menjadi peluang kreativitas. Toilet, misalnya. Ketika orang-orang di berbagai negara lain umumnya masih mengandalkan tisu semata untuk membersihkan diri paska buang hajat di toilet, atau meggunakan alat semacam gayung untuk membersihkan bagian tubuh tempat keluarnya kotoran tersebut, Jepang sudah familiar dengan teknologi toilet yang hanya dengan sekali tekan tombol, keluarlah air yang memancar secara otomatis untuk membersihkan bagian tubuh tersebut. Teknologi toilet tersebut juga dilengkapi dengan piranti musik dengan suara gemercik air, yang ketika diputar suaranya bisa meredam mencoloknya suara jatuhnya kotoran, atau suara keluarnya gas dari tubuh yang kadang tak nyaman didengar. Menarik, bukan? Selain itu, ketika negara lain masih sibuk dengan kampanye menghemat listrik dengan berbagai iklan yang muncul di berbagai media masa, Jepang sudah memiliki teknologi penghematan listrik. Contohnya adalah penggunaan teknologi sensor pada lampu, eskalator dan piranti lainnya. Lampu-lampu yang diseting dengan teknologi sensor hanya akan menyala ketika sensor menangkap keberadaan orang disekitarnya. Teknologi sensor pada lampu tersebut sudah umum digunakan, terutama di tempat fasilitas publik seperti rumah sakit, sekolah/kampus, apartemen, dan sebagainya. Ruma-rumah penduduk juga sudah banyak yang memakai teknologi tersebut. Sebenarnya masih banyak contoh lain yang menggambarkan betapa kreativitas bisa merubah wajah kehidupan di Jepang. Eskalator di Jepang juga berjalan menggunakan teknologi sensor. Ia akan berhenti total ketika dalam periode waktu tertentu tak ada orang yang melewatinya, dan berjalan ketika ada orang yang menggunakannya. Luar biasa, bukan?

Dulu, saya sempat membayangkan apakah mungkin mesin penarikan uang tunai (ATM) bisa juga digunakan untuk melakukan transaksi menabung. Imajinasi tersebut muncul ketika saya menhabiskan berjam-jam mengantri untuk menabung di bank tempat saya menabung. Di Jepang, mesin yang saya imajinasikan beberapa tahun tersebut ternyata sudah ada, dan bahkan sering saya gunakan ketika menabung. Orang tak perlu pergi ke kantor Bank untuk mengantri menabung, cukup dengan pergi ke mesin ATM, dan di situ transaksi deposito bisa dilakukan. 

Ketika orang melakukan perjalanan jauh, hal yang cukup merepotkan adalah membawa barang yang cukup memberatkan badan, seperti tas beserta isinya. Apalagi ketika melakukan perjalanan keluar kota untuk menyusuri berbagai tempat menarik. Beratnya barang bawaan yang ada, tentu sedikit mengurangi totalitas kenyamanan. Mungkin, hal tersebut lah yang menjadi dasar pemikiran maraknya loker-loker tempat menyimpan barang bawaan di Jepang. Di stasiun kereta api dan di Bandara, banyak loker yang tersedia untuk menyimpan sementara barang bawaan penumpang. Ukurannya pun bervariasi, dari yang hanya cukup untuk menampung tas backpack ukuran 20 liter hingga tas besar dengan ukuran 100 x 50 cm. Cukup dengan memasukkan uang koin, maka kita bisa menyimpan barang bawaan kita tersebut. Tentunya, jumlah uang yang dimasukkan bervariasi dan tergantung dari ukuran barang. Mekanisme penguncian loker-loker tersebut umumnya disetting secara digital. Kita hanya perlu memasukkan beberapa huruf dan angka sebagai password untuk mengunci dan membuka loker tersebut. 

Pertanyaannya adalah, apakah kreativitas-kreativitas tersebut berdampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat yang hidup di Jepang? tentu jawabanya adalah “iya". Betapa tidak, hasil kreativitas tersebut telah menjadikan hidup terasa lebih efektif dan efisien. Orang bisa menghemat waktu dengan menabung melalui mesin ATM, tanpa harus kehilangan berjam-jam waktu untuk mengantri menabung di kantor Bank. Orang bisa menghemat listrik secara efektif dan signifikan. Dan sebagainya. Selain itu, dampak ekonomi akibat adanya kreativitas juga tertunjang tentunya. Itu baru sebagian kecil dari contoh kreativitas bangsa Jepang. Padahal masih sangat banyak contoh kreativitas lainnya yang terlalu banyak untuk disebutkan satu-persatu. Mungkin contoh-contoh kreatiitas tersebut terlalu jauh dan susah dijangkau oleh negara lain yang kemajuan berpikir dan peradabannya belum secemerlang Jepang, karena itu semua adalah contoh bentuk kreativitas berbasis teknologi. Kreativitas yang ditunjukkan masyarakat Jepang tak semata berhubungan dengan teknologi. Namun juga pada hal-hal yang tak bersinggungan dengan teknologi.

Ketika berkunjung ke rumah orang jepang, saya suka mengamati kondisi rumah mereka, untuk mengetahui hal unik apa yang ada di dalamnya. Untuk menjaga kebersihan lantai ruangan, orang Jepang suka melepaskan alas kaki yang dipakai di luar rumah, dan berganti memakai sendal khusus ruangan. Sebagian rumah ada yang menyediakan rak khusus sepatu, sebagian lainnya hanya menyediakan space untuk menaruh alas kaki, yang  biasanya berada tepat di depan pintu bagian dalam. Selain itu, rumah-rumah di jepang biasanya memiliki rak khusus untuk meletakkan payung, yang biasanya diletakkan di pojok ruangan dekat dengan pintu. Dengan begitu, tidak ada kisah payung tersambar angin gara-gara ditaruh di luar rumah. Penyediaan tempat khusus untuk menaruh alas kaki dan payung begitu jamak tersedia bukan hanya di rumah, melainkan juga di sekolah dan kampus. Itu lah salah satu bentuk kreativitas dalam mewujudkan hidup bersih di Jepang, yang tentunya mudah untuk ditiru oleh bangsa lain. 



Jepang telah membuktikan betapa peradaban bangsanya bisa diciptakan secara maju dengan kreativitas yang merupakan salah satu anugerah Tuhan paling besar, yaitu otak, bukan karena mereka memiliki cadangan kekayaan alam yang banyak. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Napoleon Hill, “More gold had been mined from the mind of men than the earth it self”. Artinya, lebih banyak emas yang ditambang dari otak manusia, daripada yang ditambang dari bumi”. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar