Senin, 11 Juli 2016

Inspirasi dari Tohoku Ambassador: Sebuah Konsep Marketing Pariwisata


Picture taken from http://justasmalltowngirl.us
Indonesia adalah surga potensi wisata. Betapa tidak, segala hal yang lazimnya diandalkan sebagai produk wisata di berbagai negara yang maju pariwisatanya, hampir semuanya ada di Indonesia. Keindahan alam, keragaman budaya, kemajemukan suku, dan aspek-aspek lainnya adalah potensi yang sangat berharga jika dimenej dengan baik. Kita memang selayaknya belajar dari berbagai negara yang se-level dengan bangsa kita dalam hal pengelolaan pariwisatanya. Tak usah malu-malu, negara tetangga kita, Malaysia, Singapura dan Thailand, bisa menjadi contoh tentang bagaimana mengelola pariwisatanya hingga berdampak luas menyentuh sendi ekonomi mereka. Betapa tidak, Malaysia yang secara keanekaragaman budayanya sebenarnya kalah ragam dari Indonesia, mampu menjadikannya icon yang mendunia, lewat jargon “Malaysia the truly asia”. 

Saya sempat bertanya kepada teman-teman dari negara lain yang pernah berkunjung ke malaysia mengenai apa kesan mereka dengan pariwisata Malaysia, dan apa yang membuat mereka memutuska berkunjung ke malaysia ketimbang ke Indonesia. Jawabannya adalah bahwa Malaysia memiliki aneka ragam budaya yang unik, serta alam tropis yang indah. Sebuah jawaban yang sebenarnya lebih layak disematkan bagi Indonesia, karena memiliki lebih dari yang Malaysia punya. 

Begitu pula SIngapura. Negeri yang wilayahnya tak ada seper seratusnya Indonesia itu memiliki pariwisata yang bisa terbilang lebih maju dari Indonesia. Jumlah wisatawan yang mengunjungi negeri liliput tersebut sangat lah banyak, bahkan melebihi jumlah penduduk aslinya. Sejatinya, Singapura tak memiliki kekayaan alam yang melimpah sebagaimana Indonesia. Namun, ia mampu mengkapitalisasi potensi berupa letak geografis yang strategis dengan baik, hingga menjadikannya negara kecil dengan pengelolaan pariwisatanya yang maju. Bahkan, tak sedikit jumlah orang Indonesia yang berkunjung ke Singapura setiap tahunnya. 

Kedua negara tersebut cukup menggambarkan bahwa potensi produk bukanlah semata-mata faktor utama yang menjadikan majunya pariwisata. Hal yang sangat (kalau tidak dikatakan paling) berpengaruh adalah panajemen pengelolaannya. Sebanyak dan sebagus apapun potensi wisatanya, jika tak ditunjang dengan manajemen yang bagus, makan sia-sia saja tentunya. 

Saya sangat menyukai Traveling. Sejauh ini, ada beberapa negara yang sudah saya kunjungi. Banyak hal yang saya dapatkan dari hobi traveling tersebut. Salah satu keuntungan yang saya dapatkan dalam melakukan traveling adalah mengamati bagaimana pariwisata di tempat yang saya kunjungi tersebut dikelola. Saya seringkali menemukan hal yang sebenarnya biasa, namun dengan sentuhan kreatifitas, berubah menjadi luar biasa. Kreativitas adalah kunci dari tumbuh berkembangnya pariwisata, nampaknya. Setidaknya itu poin yang saya dapat selama mengamati tempat-tempat wisata di berbagai negara. 

Salah satu aspek yang perlu mendapatkan sentuhan kreativitas adalah marketing. Dunia media teknologi informasi berkembang begitu pesatnya. Sehingga, dengan sentuhannya, sesuatu bisa menjadi booming seketika. Memanfaatkan media teknologi informasi untuk marketing pariwisata bukan sekedar dengan menjadikannya sarana untuk publikasi. Ada strategi tertentu yang dibutuhkan untuk menjangkau sebanyak mungkin potential market. Di Jepang, saya berkesempatan terpilih menjadi anggota Tohoku Ambassador, atau Duta Wisata daerah Tohoku, yang meliputi Prefektur Miyagi, Fukushima, Yamagata, Iwate, Akita dan Aomori. Menjadi anggota tohoku Ambassador menjadikan saya bagian dari program promosi pariwisata Tohoku. Program tersebut merupakan inisiatif dari Sendai TV. 

Cukup banyak inspirasi yang saya dapatkan dari keterlibatan saya di program tersebut. Setiap tahun, Sendai TV selaku pengagas program tersebut mengadakan seleksi Duta Wisata, untuk kemudian disebut Tohoku Ambassador. Seleksi tersebut ditujukan kepada mahasiswa dari berbagai negara luar, tidak diperuntukkan bagi mahasiswa Jepang. Seleksinya cukup mudah. Sendai TV bekerjasama dengan pihak Universitas untuk mempublikasikan program tersebut. peserta hanya diwajibkan untuk mengirim email yang berisi jawaban atas serangkaian pertanyaan, dan kesanggupan untuk menjadi bagia dari Program-program Tohku Ambassador ketika terpilh nanti. Tentunya, pihak panitia menjelaskans secara detail perihal program-program yang akan dilaksanakan oleh mereka yang terpilih. Peserta seleksi diminta menjawab berbagai pertanyaan. Inti dari pertanyaan tersebut adalah untuk mengetahui sejauh mana peserta memanfaatkan teknologi Informasi dan komunikasi, berapa banyak jenis media komunikasi yang mereka gunakan, dan seberapa besar kesukaan mereka terhadap aktivitas menulis. Hal-hal tersebut dirasa penting oleh, karena tugas yang akan dilakukan oleh peserta nantinya ketika terpilih menjadi anggota Tohoku Ambassador adalah berkaitan dengan menulis di media sosial, dan mempromosikan potensi wisata yang ada di daerah Tohoku melalui media Sosial. mereka diharapkan bisa menjadi duta wisata untuk mampu mempromosikan wisata Tohoku ke negara mereka masing-masing. Jumlah mahasiswa asing yag terpilih menjadi TAohoku Ambassador cukup banyak, lebih dari 100 orang, karena memang tak ada batasan kuota. Meski jumlahnya banyak, mereka memenuhi semua prasyarat unutk mejadi Tohoku Ambassador tersebut, karena mereka memang menyukai dunia tulis menulis dan aktif di berbagai media sosial. Banyaknya jumlah mereka, semakin menjadikan promosi/publikasi wisata mampu menjangkau target market yang lebih luas lagi. Ide yang sangat brilian. 

Sendai TV, secara berkala mengadakan tour ke berbagai tempat wisata yang ada di daerah Tohoku. Karena jumlah anggota Tohoku Ambassador yang begitu banyak, maka dilakukan pengundian. Mereka yang mendapat jatah untuk berangkat Tour, berkesempatan untuk mengikuti Tour ke tempat yang telah direncanakan. Kegiatan tour tersebut biasanya dilaksanakan sekitar 3 kali tiap bulannya. Satu paket tour berlangsung selama dua hari. Peserta menginap di hotel yang telah disiapkan oleh panitia. Peserta memiliki dua tugas, Tugas selama Tour, dan tugas pasca Tour. Selama Tour, mereka diwajibkan mendokumentasikan sudut-sudut wisata yang mereka kunjungi yang memiliki daya tarik. Mereka juga terlibat dalam pembuatan video dokumenter di tempat wisata yang mereka kunjungi. Pasca Tour, peserta diwajibkan menulis tentang tempat wisata yang telah mereka kunjungi tersebut dan mempublikasikannya di berbagai media sosial secperti Blog, facebook, twitter, weibo, instagram, dan media sosial lain, dalam bahasa Inggris dan dalam bahasa mereka masing-masing. Dengan begitu, publikasi mengenai tempat wisata di Tohoku semakin meluas dan menjangkau ke berbagai negara.

Ide semacam ini sebenarnya cukup terjangkau untuk dilaksanakan bagi pihak manapun yang berkepentingan memajukan pariwisata daerahnya. Ia tidak hanya bisa dilakukan oleh manajemen pariwisata nasional indonesia, tapi juga secara otonom oleh manajemen pariwisata daerah. Jika dilakukan secara maksimal, maka niscaya bisa meningkatkan pertumbuhan pariwisata. 

Di indonesia, penyelenggaraan pemilihan Duta Wisata sebenarnya ada. hanya saja, bedanya dengan Tohoku Ambassador adalah pada konsepnya pemilihan dutanya. Pada Tohoku Ambassador, tidak ada istilah kuota untuk jumlah peserta yang terpilih menjadi Duta. Sekalipun ada kuota, jumlahnya sangat banyak, karena memang tujuan dari program tersebut adalah untuk mempromosikan potensi wisata yang ada. Dengan banyaknya Duta Wisata yang terlibat, diharapkan eksistensi wisata yanga ada semakin mendunia, dan menjangkau pasar yang lebih luas. Mereka diberi tugas untuk mempromosikan wisata di daerah Togoku secara masif melalui tulisan-tulisan mereka, melalui aktivitas mereka di media sosial. Di sini jelas sekali orientasi marketingnya. Sedangkan pemilihan Duta Wisata di Indonesia cenderung bersifat formalitas. Hanya satu atau sepasang pria wanita saja yang nantinya dijadikan sebagai duta wisata. Tentunya, sulit untuk kita berharap terjadinya booming impact yang luar biasa pada pariwisata kita dengan hanya mengandalkan sepasang duta yang tepilih tersebut. Konsep marketing terlihat tak tersentuh sama sekali dari ajang pemilihan duta wisata tersebut. Ini yang perlu dirubah. 

Di daerah asal saya, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan, terdapat potensi wisata alam dengan ikon sunrise yang dua tahun ini sedang booming dan makin memikat minat wisatawan domestik. Nama tempat wisata tersebut adalah Pawuluhan, sebuah bukit yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, dan Kabupaten Banjarnegara. Salah satu faktor yang menjadi pemicu boomingnya wisata tersebut adalah masifnya media sosial yang mengulas keindahan alam di Pawuluhan. Gencarnya promosi Pawuluhan sebenarnya tak terorganisir, hanya berupa viral di media. Namun hal tersebut menimbulkan efek marketing yang luar biasa. Saya membayangkan, seandainya marketing menggunakan media sosial tersebut dimenej dengan baik, tak terbayang betapa dahsyat efek booming wisata Pawuluhan tersebut. 


Perkembangan akses terhadap teknologi komunikasi dan informasi begitu pesat. Makin hari, teknologi semakin terasa tak terpisahkan dari kegiatan sehari-hari manusia. Hal tersebut adalah potensi, sebenarnya. Andai potensi pariwisata bisa dikelola dengan baik dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dan kreativitas manusia, maka dunia Pariwisata Indonesia bisa mengalami peningkatan yang signifikan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar