Sabtu, 23 Juli 2016

Menggadaikan Kebebasan untuk Meraih Kebebasan

Picture taken from http://www.frpeterpreble.com
        Semua orang pasti sepakat bahwa kebebasan adalah hal yang sangat (kalau tidak dikatakan paling) berharga dalam hidup. Itulah kenapa dalam sejarah banyak diceritakan  kisah-kisah tentang perjuangan untuk meraih kebebasan (kemerdekaan). Itu lah kenapa undang-undang di semua negara pasti menjamin hak asasi warganya, karena sejatinya manusia pasti menginginkan kebebasan. Itu lah kenapa manusia pada umumnya bekerja mencari uang untuk meraih kebebasan. Agar bebas dari kemiskinan, bebas dari ketidakmampuan membeli sesuatu, dan bebas dari ketidakberdayaan mewujudkan kecukupan materi bagi orang-orang yang disayang, serta bebas dari ketidakmampuan untuk berderma mewujudkan kebaikan bagi sesama. 

     Terbukti, uang bisa membeli berbagai kebebasan untuk meraih kebahagiaan. Faktanya, meski dikatakan bahwa uang bukanlah segalanya dalam hidup, banyak kebahagiaan yang bisa diraih dengan tebusan uang. Bahagia memiliki kendaraan, karena punya uang untuk membelinya. Bahagia mampu menghajikan orangtua, karena ada uang untuk menebusnya. Bahagia bisa beramal shodakoh, karena ada uang untuk melakukannya. Bahagia bisa lulus sekolah, karena ada uang SPP yang dibayarkan setiap bulannya, dan sebagainya. Bahkan bahagia karena bisa mencicipi main game POKEMON GO, karena ada uang untuk membeli paket data hingga memungkinkan untuk mendownloadnya. 

       Banyak orang bekerja untuk mendapatkan uang, dengan cara mempertaruhkan waktu, tenaga dan segenap kemampuan yang mereka miliki. Di sinilah letak paradoksnya. Yaitu, upaya manusia untuk meraih materi/uang untuk menebus berbagai kebebasan tersebut seringkali justru malah membatasi kebebasan mereka, bahkan menciptakan ketidakbebasan baru. Orang-orang yang bekerja dengan berangkat pagi pulang sore dengan harapan memiliki materi untuk menebus kebebasan, justru terkekang kebebasannya untuk melakukan aktivitas-aktivitas lainnya. 

Picture taken from https://s-media-cache-ak0.pinimg.com

    Jadi, sebenarnya lucu juga, upaya meraih/menebus kebebasan dilakukan dengan cara menggadaikan kebebasan. Dalam kondisi tersebut, sejatinya tak ada kebebasan sempurna yang diraih. Getirnya, saya masih termasuk dalam golongan ini, setidaknya untuk waktu sekarang ini. Harapannya, nanti bisa meraih kebebasan sempurna.

Yang ceras itu bagaimana?
Saya angkat topi kepada mereka yang mampu menggadaikan kebebasan sementara, untuk meraih kebebasan selamanya.
Apakah ada yang seperti itu?
jawabannya adalah “banyak”.
Hanya saja lebih kecil jumlahnya ketimbang yang tak seperti itu. 
Karena untuk mampu menjadi orang yang ceras mengorbankan kebebasan sementara demi tercapainya kebebasan sesungguhnya yang sempurna, dibutuhkan kebebasan pikiran.

      Kebebasan pikiran tersebut biasanya merupakan awal dari kebebasan tindakan. Kebebasan tindakan berarti melakukan segala sesuatu sesuai dengan panggilan jiwa dan passion, apapun itu resikonya. Susah memang, karena orang pada umumnya lebih banyak yang mengikuti apa yang dikatakan orang lain, dan begitu larut dalam pengaruh opini serta penilaian orang lain.

       Ternyata, semua berawal dari kebebasan pikiran.
Pikiran yang bebas berarti pikiran mandiri.
Pikiran yang tak mudah mempan oleh haru biru nya penilaian dan pemikiran orang lain.
Pikiran yang mampu mendorong diambilnya sikap secara mandiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar