Sabtu, 29 Oktober 2016

TIME IS PRICELESS! Believe me!

Gambar: https://s-media-cache-ak0.pinimg.com

Tadi siang aku sempat melihat sebuah video yang diunggah oleh seorang teman. Video tersebut berisi tentang sharing pengalaman teman tersebut perihal Working holiday Visa (WHV). Dia pernah menghabiskan masa 11 bulan bekerja di Australia melalui program working holiday visa. Kemampuan Bahasa Inggrisnya lumayan, meski secara level kompetensi dia masih termasuk upper-intermediatae, belum advanced. Namun bukan tentang Bahasa Inggrisnya yang ingin aku ulas dalam tulisan ini, melainkan tentang kesadaran akan peluang (Opportunity Literacy). 

Siapa yang tak tertarik dengan program WHV. Dia bercerita bahwa selama 11 bulan bekerja, dia bisa menghasilkan Aus$ 68.000an. DIpotong pajak $ 9000, sehingga tersisa $ 59.000. Gaya hidupnya yang lumayan boros membuatnya menghabiskan total $20.000 selama 11 bulan tinggal di sana. Menggiurkan. 11 bulan kerja melalui WHV bisa membawa uang 300-500 juta rupiah. Kerja macam apa di Indonesia yang bisa menghasilkan uang segitu. Besar kecilnya jumlah tersebut tentunya relatif. Namun sebagian besar orang tentu berpikir bahwa nilai segitu sangatlah signifikan. Bagi yang ingin membuka usaha namun terkendala modal, tentu jumlah uang segitu sangat signifikan.

Masalahnya, bagiku, adalah bahwa sebagian persyaratan yang ada untuk memperoleh WHV sudah tak bisa aku penuhi. Yaitu persyaratan usia. Soal bahasa, keharusan memiliki sejumlah uang di deposito, dan syarat2 lainnya sangat mungkin diusahakan. Namun, syarat usia itu yang tak bisa ditawar. Di sini aku tertegun. Betapa waktu sangat berharga. Kita melewatkan waktu dengan percuma saja merupakan kerugian besar. Setiap saat manusia bernafas, saat itulah berbagai kesempatan tersedia. Tinggal pilih saja mana yang sesuai dengan kehendak hati. Sayangnya, betapa banyak orang yang tak ‘melek’ dengan berbagai kesempatan besar hanya karena mereka membatasi diri. Jangkauan pergaulan mereka terbatas. Informasi yang mereka akses juga itu-itu saja. Bahkantak jarang yang mengakses informasi yang sebenarnya tak begitu penting buat hidup mereka. 

Aku semakin tersadar, bahwa waktu itu sangatlah berharga. Di setiap detik aku lewati, di situ banyak sekali tersedia kesempatan yang menunggu untuk aku dayagunakan. Tugasku hanyalah membuka pikiran seluas-luasnya. Namun apa daya aku sudah melewatkan beberapa moment penting dan sarat manfaat dalam hidup. Itu semua karena ketertutupanku. 

Aku tak bisa memutar balik waktu. Semua kesempatan yang sudah terlewatkan, biarlah sudah. Yang jelas, sekarang aku makin meyakini bahwa di setiap waktu selalu ada kesempatan besar yang menunggu untuk aku dayagunakan. Aku harus membuka mata, pikiran dan semua panca indera selebar-lebarnya, agar setiap detik dalam hidup yang ku lewati terukir prestasi-prestasi besar yang bermanfaat bagi diri dan orang-orang yang kucintai. 

Betapa usia itu begitu berharga. Aku teringat dengan curhat temanku yang kini berusia 46 tahun. Dia berujar, ‘’andai sejak dahulu aku tau bahwa ada begitu banyak peluang beasiswa untuk mengenyam pendidikan secara gratis di luar negeri, mungkin sekarang aku sudah tinggal membuka lembaran-lembaran sejarah gemilah yang telah aku lewati, yang dengannya aku bisa berbuat lebih baik lebih besar lagi lebih dari sang aku bisa lakukan kini. Dengannya aku bisa bercerita untuk berbagi inspirasi’’. Aku tanya kenapa dia berpikir seperti itu. Ternyata dia menyadari bahwa dalam perjalanan hidupnya dia telah melewatkan begitu banyak kesempatan. Terakhir kali dia mencoba untuk mengikuti sebuah program internasional tentang pengembangan diri. Namun batasan usia membuaatnya tak bisa mendaftarkan diri. 

Aku jadi teringat pula dengan cerita adanya sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hal apa yang paling disesali oleh orang yang sudah lanjut usia. Dalam penelitian yang melibatkan ratusan orang lanjut usia tersebut, ditemukan bahwa sebagian dari responden menyesali hal yang seharusnya mereka lakukan namun tak pernah mereka lakukan. Sebagian besar dari mereka berpikir bahwa seandainya mereka bisa kembali ke masa lalu, maka mereka akan bertekad mengambil resiko lebih untuk mewujudkan hal besar yang tak sempat mereka wujudkan. Umumnya mereka tak melakukan hal-hal tersebut karena mereka kalah dengan rasa takut akan resiko dan keraguan. 

Betapa setiap detik adalah momen untuk berkarya, sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Betapa setiap detik adalah momen untuk beribadah, sebagai makhluk yang berketuhanan. Maka, beruntunglah orang-orang yang setiap saat selalu melek dengan kesempatan dan bergegas mendayagunakan segala kesempatan tersebut, untuk berkarya dan menjadikan diri lebih berguna bagi diri dan sesama, serta untuk menjadikan diri lebih mumpuni sebagai makhluk Alloh. Maka, buka mata, buka telinga, buka pikiran, dan buka segala panca indera, untuk menyadari adanya berbagai peluang, dan bergegas mendayagunakannya!


TIME IS PRICELESS!

Gambar: https://s-media-cache-ak0.pinimg.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar