Kamis, 26 Mei 2022

Pentingnya Mengungkapkan Kekesalan dengan Bahasa yang Baik

 

Salah satu kebiasaan yang sekarang aku baru sadar penting untuk dikembangkan sedari usia dini adalah mengungkapkan protest, keluhan atau kekesalan terhadap orang lain dengan bahasa yang baik. Dalam menjalani hidup dan berinteraksi dengan orang lain, kita pasti pernah mendapatkan pengalaman merasakan suatu situasi yang tidak menyenangkan yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita. Ketika mengalami hal seperti itu, sebagian orang memilih memendam keluh kesah tersebut dan membiarkannya mengendap dalam ruang pikiran dan perasaan. Pemilihan sikap seperti ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang cenderung merasa tidak enak hati untuk jujur mengungkapkan keluhan terhadap orang lain. Orang-orang yang memilih sikap ini juga kadang lebih memilih untuk “nggondok” daripada harus mengambil resiko menyinggung perasaan orang lain. Akibatnya, terjadi konflik batin yang tentu menyiksa diri.

Sebagian orang lainnya memilih untuk melampiaskan protes, keluhan atau kekesalan secara frontal. Ekspresi pelampiasaan gejolak perasaan tersebut cenderung bercampur dengan emosi yang tidak stabil. Amarah, kata-kata dengan nada tinggi, dan sikap reaktif ditunjukkan oleh orang-orang tipe ini. Memang, ada rasa lega setelah mengungkapkan kekesalan. Namun, rasa lega tersebut terkadang bercampu dengan penyesalan. Penyesalan muncul karena emosi yang meluap-luap tanpa terkendali kadang menimbulkan sikap reaktif yang berlebihan. Apalagi jika kekesalan yang kita luapkan ternyata tidak sepenuhnya merupakan kesalahan dari orang lain. Tentu aka nada rasa sesal yang lebih besar lagi. Dalam situasi apa pun, ungkapan emosi yang berlebihan tanpa kendali tidak lah baik.

Sementara, sebagian orang lainnya memilih untuk mengungkapkan keluhan atau kekesalan terhadap orang lain dengan bahasa dan cara yang baik. Orang-orang tipe ini cenderung paling sedikit jimlahnya disbanding dengan dua tipe orang yang disebutkan sebelumnya. Apalagi dalam kultur beberapa komunitas tertentu yang orang-orangnya cenderung suka merasa “ndak enak”. Pilihan mengungkapkan kekesalan dengan bahasa dan cara yang baik kadang dirasa tidak perlu, padalah ini adalag pilihan sikap yang terbaik saat menghadapi kekesalan atau keluhan.

Memiliki kebiasaan mengungkapkan keluhan dan kekesalan dengan bahasa yang baik biasanya membutuhkan proses pembiasaan. Lingkungan biasanya merupakan factor yang sangat berpengaruh terhadap terbentuknya kebiasaan tersebut. Seorang individu yang dibesarkan di lingkungan keluarga atau masyarakat yang suka memendam unek-unek cenderung memendam kekesalan. Sementara seorang individu yang dibesarkan di lingkungan yang mudah untuk menyampaikan kekesalan dengan bahasa yang baik maka akan tumbuh pula kebiasaan baik tersebut.

Ada beberapa efek positif dari mengungkapkan kekesalan atau keluhan dengan bahasa dan sikap yang baik. Yang pertama, mencurahkan keluh kesah melalui bahasa yang baik akan sangat bagus efeknya terhadap kesehatan mental, emosional dan psikologis. Akan ada rasa lega yang dirasakan oleh orang yang memiliki kebiasaan baik ini. Yang kedua, kebiasaan mengungkapkan kekesalan atau keluhan dengan bahasa dan sikap yang baik akan memunculkan rasa percaya diri yang tinggi. Rasa percaya diri tersebut juga bisa membuat seseorang meyakini bahwa dia adalah orang yang pandai dalam mengendalikan situasi dan pergolakan batin. Yang ketiga, kebiasaan positif ini akan mengembangkan kemampuan diplomatis dan dialogis seseorang. Orang yang mampu mengungkapkan unek-uneknya melalui bahasa yang baik akan tumbuh kemampuannya dalam memecahkan masalah secara diplomatis.

Kekerasan dan sikap reaktif kadang muncul ketika orang merasa buntu untuk memilih sikap terbaik saat menghadapi kekesalan. Jika pun tidak muncul sikap reaktif atau kekerasan, maka dampak negative minimal yang dialami oleh orang yang tidak memilih untuk mengungkapkan kekesalan melalui bahasa yang baik adalah konflik batin yang merugikan kesehatan mental, emosional, dan psikologis mereka. Oleh karena itu, penting sekali bagi orang tua untuk mengembangkan kebiasaan anak mengungkapkan kekesalan dan keluhan dengan bahasa yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar