Salah satu kebiasaan yang sekarang aku baru sadar penting untuk
dikembangkan sedari usia dini adalah mengungkapkan protest, keluhan atau
kekesalan terhadap orang lain dengan bahasa yang baik. Dalam menjalani hidup
dan berinteraksi dengan orang lain, kita pasti pernah mendapatkan pengalaman merasakan
suatu situasi yang tidak menyenangkan yang dilakukan oleh orang lain terhadap
kita. Ketika mengalami hal seperti itu, sebagian orang memilih memendam keluh
kesah tersebut dan membiarkannya mengendap dalam ruang pikiran dan perasaan. Pemilihan
sikap seperti ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang cenderung merasa
tidak enak hati untuk jujur mengungkapkan keluhan terhadap orang lain. Orang-orang
yang memilih sikap ini juga kadang lebih memilih untuk “nggondok” daripada
harus mengambil resiko menyinggung perasaan orang lain. Akibatnya, terjadi
konflik batin yang tentu menyiksa diri.
Sebagian orang lainnya memilih untuk melampiaskan protes, keluhan atau
kekesalan secara frontal. Ekspresi pelampiasaan gejolak perasaan tersebut cenderung
bercampur dengan emosi yang tidak stabil. Amarah, kata-kata dengan nada tinggi,
dan sikap reaktif ditunjukkan oleh orang-orang tipe ini. Memang, ada rasa lega
setelah mengungkapkan kekesalan. Namun, rasa lega tersebut terkadang bercampu dengan
penyesalan. Penyesalan muncul karena emosi yang meluap-luap tanpa terkendali
kadang menimbulkan sikap reaktif yang berlebihan. Apalagi jika kekesalan yang
kita luapkan ternyata tidak sepenuhnya merupakan kesalahan dari orang lain. Tentu
aka nada rasa sesal yang lebih besar lagi. Dalam situasi apa pun, ungkapan emosi
yang berlebihan tanpa kendali tidak lah baik.
Sementara, sebagian orang lainnya memilih untuk mengungkapkan keluhan
atau kekesalan terhadap orang lain dengan bahasa dan cara yang baik. Orang-orang
tipe ini cenderung paling sedikit jimlahnya disbanding dengan dua tipe orang
yang disebutkan sebelumnya. Apalagi dalam kultur beberapa komunitas tertentu
yang orang-orangnya cenderung suka merasa “ndak enak”. Pilihan mengungkapkan
kekesalan dengan bahasa dan cara yang baik kadang dirasa tidak perlu, padalah
ini adalag pilihan sikap yang terbaik saat menghadapi kekesalan atau keluhan.
Memiliki kebiasaan mengungkapkan keluhan dan kekesalan dengan bahasa
yang baik biasanya membutuhkan proses pembiasaan. Lingkungan biasanya merupakan
factor yang sangat berpengaruh terhadap terbentuknya kebiasaan tersebut. Seorang
individu yang dibesarkan di lingkungan keluarga atau masyarakat yang suka
memendam unek-unek cenderung memendam kekesalan. Sementara seorang individu
yang dibesarkan di lingkungan yang mudah untuk menyampaikan kekesalan dengan
bahasa yang baik maka akan tumbuh pula kebiasaan baik tersebut.
Ada beberapa efek positif dari
mengungkapkan kekesalan atau keluhan dengan bahasa dan sikap yang baik. Yang pertama,
mencurahkan keluh kesah melalui bahasa yang baik akan sangat bagus efeknya
terhadap kesehatan mental, emosional dan psikologis. Akan ada rasa lega yang
dirasakan oleh orang yang memiliki kebiasaan baik ini. Yang kedua, kebiasaan
mengungkapkan kekesalan atau keluhan dengan bahasa dan sikap yang baik akan
memunculkan rasa percaya diri yang tinggi. Rasa percaya diri tersebut juga bisa
membuat seseorang meyakini bahwa dia adalah orang yang pandai dalam
mengendalikan situasi dan pergolakan batin. Yang ketiga, kebiasaan positif ini
akan mengembangkan kemampuan diplomatis dan dialogis seseorang. Orang yang
mampu mengungkapkan unek-uneknya melalui bahasa yang baik akan tumbuh
kemampuannya dalam memecahkan masalah secara diplomatis.
Kekerasan dan sikap reaktif kadang
muncul ketika orang merasa buntu untuk memilih sikap terbaik saat menghadapi
kekesalan. Jika pun tidak muncul sikap reaktif atau kekerasan, maka dampak negative
minimal yang dialami oleh orang yang tidak memilih untuk mengungkapkan
kekesalan melalui bahasa yang baik adalah konflik batin yang merugikan
kesehatan mental, emosional, dan psikologis mereka. Oleh karena itu, penting
sekali bagi orang tua untuk mengembangkan kebiasaan anak mengungkapkan kekesalan
dan keluhan dengan bahasa yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar