Sabtu, 04 Juni 2022

Setelah meraih title Master’s Degree, lantas ngapain?

  

Ini adalah sebuah pertanyaan penting untuk ditemukan jawabannya. Apa yang musti dilakukan setelah kita selesai menempuh program Master’s Degree. Banyak orang yang selesai studi kemudian mereka kembali ke mode awal, menjadi biasa-biasa saja. Program pendidikan Master yang mereka tempuh tidak serta-merta membuat mereka menjadi individu yang berubah peranannya dan kebermaknaannya bagi lingkungan. Ada juga orang-orang yang setelah menyelesaikan program Master, mereka banyak berkiprah dalam memberi warna serta kontribusi bagi banyak orang di bidang yang menjadi ekspertisnya.

Sebagai lulusan program Master, kita bisa saja tidak menjadi apa-apa dan hanya menjadi orang biasa-biasa saja, persis seperti sedia kala saat kita belum menempuh pendidikan Master. Hal tersebut terjadi jika tidak ada breakthrough yang kita lakukan. Salah satu PR besar yang dimiliki oleh para lulusan Master, terlebih lulusan dari kampus ternama di Luar Negeri, adalah bagaimana setelah selesai menmpuh studi mereka bisa berkontribusi. Berdiam diri tanpa karya bukan hanya menjadi aib di lingkungan tempat tinggal, namun juga menjadi beban moral bagi orang tersebut. Untuk apa kuliah jauh-jauh jika tidak ada peningkatan kiprah setelahnya.

Sebagai lulusan program Master, kita bisa berkontribusi dalam beberapa hal. Pertama, berkontribusi dalam menyumbangkan pemikiran. Salurkan gagasan kita melalui tulisan, seminar, workshop, dan pelatihan yang dapat diakses oleh orang banyak. Kedua, kita harus bisa berkontribusi dalam pembuatan kebijakan dalam bidang yang relevan. Tidak ada salahnya untuk kita approach para policymakers. Jangan sungkan-sungkan apalagi merasa inferior untuk dekat dengan para policymakers. Status kita sebagai lulusan perguruan tinggi luar negeri dengan beasiswa bergengsi harus lah cukup menjadi modal untuk kita meyakini bahwa kita layak berada pada circle orang-orang besar. Ketiga, kita harus mampu melakukan personal branding yang kuat dan massif. Tak perlu merasa rendah diri dengan memberikan judgement bahwa personal branding itu lekat dengan sikap narsis. Boleh jadi memang ada jarak yang sangat dekat antara personal branding dengan narsisme. Namun, selama itu dilakuikan dengan tujuan supaya personal branding kita makin kuat, tidak perlu danggap masalah. Dalam dunia personal branding, gimmick sudah menjadi hal biasa. Dan itu halal.

Sebagai lulusan perguruan tinggi Luar Negeri, kita dituntut untuk bisa memiliki citra diri yang lebih baik. Perhatikan gaya komunikasi kita. Perhatikan gaya joke-joke kita. Bukan berarti bahwa kita harus menjadi orang lain. Namun membenahi berbagai aspek diri seperti cara berkomunikasi, bertingkah laku, pola pikir, dan cara menangani berbagai situasi menjadi pertaruhan sebagai seorang lulusan perguruan tinggi Luar Negeri. Selain itu, kita perlu mengurangi terlibat dalam drama-drama atau urusan-urusan yang remeh temeh.

Terus berkarya, berkontribusi dan memberi manfaat bagi banyak orang!

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar