Sabtu, 20 Agustus 2016

Menanamkan Kesadaran Global


http://2.bp.blogspot.com

Kehidupan di dunia berubah dan berkembang begitu cepat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi  ditambah semakin majunya sistem transportasi menjadikan interaksi antar manusia bisa berlangsung tanpa sekat geografis. Dahulu, seorang pedagang harus melakukan perljalanan jauh untuk mempromosikan dagangannya. Kini, hanya dengan gerakan jari di papan screen gadget, orang bisa menawarkan barang dagangannya secara efektif, bahkan menjangkau seluruh belahan dunia. Dahulu, orang hanya mengenali adat budaya dimana dia tinggal, tanpa memahami budaya luar. Kini, tanpa pernah menginjakkan kaki di tanah negara lain pun kita bisa melihat dan mengenali budaya lain. Dahulu, orang pada umumnya hanya bisa mengandalkan lembaga pendidikan formal untuk mengakses ilmu pengetahuan. Kini, teknologi bahkan bisa menggantikan peran lembaga pendidikan formal untuk urusan akses sumber ilmu pengetahuan. Dahulu, kita hanya mengenal mall supermall seperti “matahari”, “sri ratu” dan pusat perbelanjaan lainnya yang bernuansa lokal. Kini, nama2 asing seperti Carrefour, Seven Eleven, AEON, dan lainnya sudah membiak bahkan ke berbagai pelosok negeri.

Pelan tapi pasti, kehidupan semakin megglobal. Interaksi antar manusia dari berbagai negara yang berbeda semakin mudah terjadi. Persaingan pun menjadi keniscayaan. Kini, untuk urusan mendapatkan pekerjaan, kita tak lagi hanya bersaing dengan orang-orang sebangsa se tanah air. Kini, untuk urusan bisnis, kita tak lagi hanya bersaing dengan pengusaha sebangsa dalam mengais keuntungan. Manusia berbangsa-bangsa. Namun mereka sudah membaur tanpa batas. Persaingan semakin menggila ketika berbagai kesepakatan seperti Perjanjian perdagangan Bebas Asean-China (C-AFTA), Masyarakat Ekonomi Asean (AES), Kerjasama ekonomi Asia Pasifik (APEC), dan kesepakatan kerjasama antar negara lainnya telah diresmikan oleh pemerintah. 

Celakanya adalah, ketika kehidupan semakin mengglobal, sementara mindset kita masih berkualitas lokal, terbelakang, close-minded, buta identitas, tak peka terhadap kondisi global, serta tak ada kesadaran untuk menjadi pemain yang berusaha memenangkan persaingan dalam dunia global. Persaingan itu sudah menjadi sebuah keniscayaan. Kita dihadapkan pada kondisi do or die. Apakah kita hanya tinggal diam menjadi pecundang dan hanya menjadi penonton atas dinamika kehidupan global, ataukah menjadi pemain. 

http://66.media.tumblr.com

Negara lain sudah berlomba-lomba menjadi produsen dan menguasai pasar di berbagai negara. Sementara kita masih menjadi penonton dan hanya menjadi target hegemoni ekonomi mereka. Negara yang tadinya terbelakang seperti india, kini sudah mulai menggeliat tampil menjadi produsen berbagai produk yang dipasarkan hingga ke Indonesia.  Negara lain sudah berlomba-lomba untuk melakukan internasionalisasi budayanya seperti Korea dengan drama dan K-Popnya, Jepang dengan kreasi anime serta makanan Sushi nya, India dengan Bollywoodnya, serta negara barat dengan western culture nya. Sementara, kita masih seperti orang yang minder dengan budaya sendiri, malah latah membeo dengan budaya luar. 

Saya teringat dengan pesan David J Schwarts, dalam bukunya Thinking Big. Semua berawal dari pikiran. Ketika kita membiasakan diri berpikir tentang hal-hal yang besar, tentang pencapaian besar, tentang impian-impian besar, maka segala aktivitas kita akan terarah menuju terwujudnya impian tersebut. Begitu pula, ketika kita terfokus pada hal-hal yang remeh, makan tindakan kita juga akan terarahkan menuju terwujudnya halyang remeh pula. Sepertinya memang sudah begitu urgent bagi kita untuk menanamkan orientasi berpikir besar kepada generasi. Dari situ lah awal munculnya tindakan-tindakan besar. 


Sekolah sejatinya menjadi tempat menyiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan perubahan dan perkembangan kehidupan. Dengan demikian, seharusnya ada link and match antara apa yang diajarkan di sekolah dengan realitas yang akan dihadapi oleh generasi di dalam kehidupan nyata. Sekolah hendaknya menanamkan jiwa visioner, yang mampu membaca perkembangan kehidupan, baik masa sekarang maupun masa depan. Sekolah semestinya menjadikan generasi muda melek terhadap dinamika global. Sehingga mereka memahami peluang, ancaman dan sikap yang harus mereka miliki dalam menghadapinya. Maka, menanamkan kesadaran global pada generasi muda itu sangatlah penting.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar