Sabtu, 03 September 2016

Cerdas menyikapi resiko


Setiap orang cenderung takut akan resiko. Bukan berarti resiko itu jelek, karena sejatinya ia adalah sebuah piranti yang Alloh sematkan pada setiap makhluk hidup sebagai upaya untuk pertahanan diri, atau bertahan dalam hidup. biasanya, ketika berbicara tentang resiko, hal yang terbersit dalam pikiran kita adalah ‘’sesuatu yag harus dihindari’’. Apakah benar bahwa resiko itu harus dihindari? Kalau saya sendiri lebih memilih untuk mengatakan bahwa resiko itu harus disikapi dengan baik. Menyikapi resiko dengan baik itu tak selalu berupa menghindarinya.

Sejak kapan manusia takut resiko? ketika kita masih bayi, apapun yang menarik pikiran kita langsung kita sentuh. Ular yang wajahnya nampak imut bisa saja bayi mengakrabinya, karena dia tak tau bahwa ia bisa berbahaya. Api yang panas dan bisa membakar, bisa saja langsung dipegangnya, karena bayi tak tau ia bisa berbahaya bagi dirinya. Orang tua bayi tersebut lah yang berupaya untuk memastikan bahwa dia terhindar dari bahaya. Oleh karena itu, mereka selalu mencagah sang bayi untuk mendekati hal-hal yang berbahaya. 

Perlahan, seiring dengan tumbuh kembangnya si bayi, dia semakin peka terhadap hal-hal yang berbahaya dan beresiko terhadap hidupnya. Dia semakin tau apa yang bisa menjadi resiko bagi dirinya. Itu baik. Dengan demikian, dia memiliki insting untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang membahayakan hidupnya. Hanya saja, efek samping dari kepekaan terhadap hal-hal yang berbahaya tersebutlah yang menjadi masalah. Kadang, dalam tataran tertentu, orang menjadi takut mengambil atau mendekati resiko, karena takut sesuatu yang buruk terjadi pada dirinya. Semakin hari, bayi bertumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa. Ketakutan terhadap resiko pun masih dibawanya, sama sekali tak hilang. Sayangnya, karena kurangnya pemahaman, manusia kadanghanya memiliki keyakinan bahwa segala resiko itu harus dihindari, tanpa terkecuali.

Kadang, yang dalam pikiran kita disebut resiko, sebenarnya bukanlah resiko sesungguhnya. Kita harus makin cerdas bahwa resiko memiliki banyak variasi. ada resiko yang berakibat buruk bagi diri kita, ada pula resiko yang justru ketika kita mengambilnya/menghadapinya, akan berdampak kebaikan yang sangat besar bagi diri kita. begitulah kenyataannya wujud resiko yang kita temui ketika beranjak dewasa. Saya pernah mengalami dilema resiko, ketika belajar bersepeda dulu pada saat saya masih duduk di bangku sekolah menengah. Untuk waktu sekarang, baru mampu bersepeda ketika seusia gitu tentu hal aneh, karena sudah umum bahwa anak kecil saja sudah banyak yang bisa bersepeda. Namun, hal tersebut bukan hal yang aneh bagi masa saya, mengingat saya berasal dari kampung yang masa kecilnya tak akrab dengan bersepeda. Saat itu, saya memberanikan diri untuk mengambil resiko belajar berspeda. Di satu sisi, saya takut jatuh, apalagi saya tak berani meminta tolong orang lain untuk mengajari saya, dan lebih memilih melakukan trial and error sendiri. Di sisi lain, saya juga taku resiko tidak bisa naik sepeda. Saya teringat pengalaman ketika saya diberi tumpangan sepeda motor oleh  teman perempuan saya dalam perjalanan menuju sekolah. Sebagian teman yang melihat kami berboncengan tertawa, karena memang umumnya laki-laki lah yang berada di depan mengendarai sepeda motor, bukannya malah memboncengnya. Dengan mengambil resiko belajar sepeda, saya berharap saya mampu bersepeda sebagai pijakan awal untuk kemudian belajar naik sepeda motor.


Dilema resiko seperti itu juga bisa muncul dalam bentuk lain dalam hidup. Kita seringkali dihadapkan pada berbagai pilihan sulit. Pilihan yang memiliki berbagai resiko. Namun, kita harus pandai untuk mengambil resiko yang memiliki dampak kebaikan bagi kita. Jika insting kita masih seputar menghindari resiko, apapun itu resikonya, maka kita tak akan tumbuh berkembang menjadi orang yang berhasil dalam hidup. 


Jelas sekali bahwa dalam hidup, seringkali ada kebaikan tersembunyi di balik resiko. Itu yang harus diketahui. Tak semua resiko itu buruk. Kadang, sebuah resiko di samping memiliki dampak keburukan, ia juga mengandung dampak kebaikan yang bobotnya jauh lebih besar dibanding dampak buruknya. Yang perlu kita pahami adalah bagaimana secara bijak menyikapi resiko, bukan semata menghindarinya. Ambil resiko yang berdampak kebaikan besar bagi hidup kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar