Sabtu, 13 Agustus 2016

Help students achieve it, and they will achieve more

http://cdn.phys.org

Kimia, Fisika dan Matematika merupakan mata pelajaran yang rumit, dan menjadi momok bagi saya ketika masih mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Atas. Persepsi bahwa tiga mata pelajaran tersebut rumit juga pasti dimiliki oleh banyak siswa, terutama mereka yang tak memiliki logical mathematical intelligence yang mumpuni. Saya sempat heran, kenapa ada siswa yang begitu cinta terhadap mata pelajaran tersebut. Saya juga heran kenapa Ari, seorang siswa dari sekolah lain yang merupakan “lawan” saya  ketika beradu kecerdasan di lomba olimpiade Kimia tingkat kabupaten, bisa mengerjakan soal-soal yang begitu sulit (menurut saya) dalam waktu yang sangat singkat dan kemudian berhasil menjadi juara. Sebenarnya saya tak perlu heran, andai waktu itu saya memahami istilah Multiple intelligence, yang mendasari pemahaman bahwa masing-masing individu memiliki kecerdasan yang beragam. 

Hal menarik yang ingin saya bahas adalah tentang pengalaman saya dalam menjalani proses pembelajaran ilmu kimia. Masing-masing dari tigak pelajaran “sulit” tersebut diampu oleh guru yang berbeda dalam hal karakter personal maupun metode mengajarnya. Di antara ketiga guru yang mengampu mapel-mapel tersebut, guru kimia lah yang paling berkesan bagi saya, terkait pendekatan yang beliau gunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Beliau berhasil membebaskan saya dari kebencian terhadap pelajaran kimia. Beliau bisa menjadikan saya enjoy bahkan kangen dengan pelajaran kimia. Sungguh tak berlebihan saya berkata demikian. Entah dengan ilmu sihir apa yang beliau gunakan (ini baru berlebihan), saya berubah dari siswa yang semula membenci plajaran kimia menjadi siswa yang menyukai Ilmu Kimia dan akhirnya dipercaya mewakili sekolah untuk mengikuti olimpiade kimia antar SMA tingkat kabupaten. 

Apa yang beliau lakukan hingga bisa merubah persepsi saya terhadap pelajaran Kimia? Jawabannya adalah, beliau bisa membuat siswa, terutama saya, memiliki sense of ability. Itu kuncinya. Beliau bisa membuat saya memiliki keyakinan bahwa saya sebenarnya bisa sukses dalam pelajaran Kimia, dengan cara yang elegan. Sebagian guru akan menyampaikan ceramah dalam upaya memotivasi dan meyakinkan siswa bahwa mereka bisa. Namun yang dilakukan beliau bukanlah sekedar ceramah, namun pendekatan psikologis yang mampu meyakinkan siswa, terutama saya, dalam proses pembelajaran. Mengajar adalah seni. Karena seni, maka hal-hal kecil dan detil pun seringkali berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. 

Bagaimana cara beliau menjadikan saya memiliki sense of ability? Seperti biasa, mempelajari suatu ilmu dimulai dari hal yang paling dasar dan mudah untuk dipahami. Itu pula yang beliau lakukan, mengajar dari hal yang paling dasar satu demi satu poin materi. Beliau memiliki suara yang cukup keras dan jelas, bahkan untuk siswa yang duduk di barisan paling belakang sekalipun. Hal yang seringkali ditakutkan oleh siswa yang tak suka terhadap suatu mata pelajaran adalah momen ketika disuruh maju mengerjakan soal dan menuliskannya di papan tulis. Ketika ditunjuk untuk melakukan hal tersebut, siswa  biasanya menyebutnya sebagai “kesialan”. Tak jarang untuk menghindari “kesialan” tersebut, siswa seringkali menundukkan kepala sambil sesekali bersembunyi dibalik badan teman yang duduk di depannya, agar tak ditunjuk oleh guru. Rupanya guru kimia tersebut paham tentang psiklogi siswa, sehingga dia selalu memastikan bahwa siswa yang ditunjuk untuk maju menuliskan jawaban di papan tulis adalah siswa yang bear-benar sudah siap dan atau dipersiapkan. Beliau tak pernah menjadikan “maju ke depan” sebagai hukuman. Biasanya, beliau menawarkan kepada siswa untuk mencoba mengerjakan soal dan menuliskannya di papan tulis. Ketika tak ada satu pun yang bersedia, beliau mendekati satu per satu siswa dan mengarahkan mereka dalam menangani kesulitan yang mereka hadapi. Tak jarang, beliau mengarahkan siswa dalam mengerjakan soal hingga ditemukan jawabannya, baru kemudian mempersilahkan siswa tersebut untuk maju dan menuliskannya di papan tulis. Dengan hal tersebut, siswa tak perlu malu karena merasa gagal menjawab soal. Siswa tak perlu merasa tertekan dengan ketidakberdayaan mereka ketika ditunjuk untuk maju dan memberikan jawaban. Siswa tak perlu merasa bimbang dan khawatir bakal dijadikan bahan tertawaan teman-teman. Hal  tersebut lah yang membuat atmosfir pembelajaran di kelas menjadi nyaman dan tanpa tekanan. Secara signifikan, hal tersebut mampu merubah persepsi negatif siswa menjadi positif. Hal tersebut mampu menseting alam bawah sadar siswa bahwa pelajaran Kimia itu nyaman diikuti. Rasa nyaman itu sangat penting, karena tiadanya rasa nyaman menjadikan tiadanya belajar.

Apakah pendekatan yang membangkitkan sense of ability siswa yang dilakukan oleh guru tersebut terasa manfaatnya hanya oleh saya sendiri? Ternyata tidak juga. Sebagian besar siswa merasakannya.  Minimal, beliau mampu merubah persepsi negatif siswa terhadap ilmu Kimia. Beliau mampu membuat siswa nyaman dan memiliki mental “bisa” mengikuti pembelajaran. Dengannya bahkan siswa seringkali merasa rugi ketika beliau berhalangan mengajar. Tak berlebihan, beliau menjadi sosok yang dirindukan di kelas. Menciptakan guyonan segar agar siswa tertarik dengan pelajaran memang bagus, namun itu tidak selalu harus ada. Mengajar memang lah sebuah seni. Tak ada yang baku dalam seni. Ia butuh sentuhan kreativitas yang khas dari masing-masing individu pengajar, yang tentunya berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Kita musti ingat bahwa siswa datang ke sekolah dengan level motivasi yang beragam, dan kondisi psikologis yang beragam. Seringkali bukan karena mereka tak mampu, namun karena mereka sudah sekian lama menderita rasa tak suka/antipati terhadap suatu pelajaran tertentu yang terbentuk oleh pengalaman negatif di masa sebelumnya, yang menjadikan siswa tak bisa aktif mengikuti suatu pelajaran. Tugas pendidik/guru lah untuk mendiagnosa dan menangani masalah tersebut, bukan menjadikannya dasar untuk memvonis mereka dan mendikotomikan antara siswa pintar-siswa tak pintar atau siswa rajin-siswa tak rajin. Siswa butuh untuk diyakinkan bahwa mereka bisa. 




Ketika siswa sudah memiliki sense of ability, dampaknya akan muncul secara berkesinambungan, bukan sementara. Setelah memiliki sense of ability, saya sendiri jadi merasa nyaman dan secara mandiri menambah porsi belajar ilmu kimia yang kian hari kian menjadi salah satu mata pelajaran favorit saya waktu itu. Ternyata, persepsi mampu merubah aksi. Ketika siswa dibantu untuk merasa yakin bahwa mereka bisa, maka siswa akan dengan sukarela dan penuh kesadaran belajar secara mandiri dengan lebih maksimal. Help students achieve it, and they will achieve more!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar