Susah untuk
menyangkal bahwa segala sesuatu yang bernilai biasanya diraih dengan cara yang
tidak nyaman. Apa jadinya jika emas mudah didapat, layaknya daun yang bisa
dengan mudah kita petik? Apa jadinya jika berlian mudah kita ambil, layaknya kerikil
yang bisa dengan mudah kita ambil. Apa jadinya jika permata dihasilkan oleh
semua kerang dengan cara yang mudah. Semua itu, sekalipun indah dilihat, pasti
akan jauh lebih rendah nilainya jika didapatkan dengan cara yang mudah.
Untuk meraih emas,
ada tanah di kedalaman tertentu yang harus kita gali. Untuk meraih emas, kadang
diperlukan berbagai alat berat, tenaga manusia yang banyak dan terlatih, bahan
peledak, pabrik smelter, dan sebagainya. Kenapa orang mau menggali tanah yang
begitu dalam untuk mendapatkan emas? Jawabannya adalah karena ada harapan besar
akan diraihnya emas. Konon, William Tanuwijaya, pendiri Tokopedia rela untuk
hanya tidur 3 jam sehari dan menangani berbagai posisi kerjaan saat di awal
perintisan Tokopedia. Sepertinya di balik suksesnya orang-orang besar, selalu
ada kisah pengorbanan diri mengarungi situasi tidak nyaman.
Harapan selalu menjadi
penyebab orang bertahan dengan proses yang tidak nyaman. Mungkin benar bahwa
harapan jua lah yang menjadi alasan orang mengalami kekecewaan. Namun jika kita
memiliki harapan, kita ada kesempatan untuk meraih hal bernilai. Jika kita
tidak memiliki harapan, mungkin kita tidak akan mendapati kekecewaan. Namun
apalah artinya tak mendapati kekecewaan, jika di saat yang sama kita juga tak
meraih hal-hal yang sangat bernilai dalam hidup.
Memiliki harapan
adalah hal yang murah. Kita tidak perlu membayar apa-apa hanya untuk memiliki
harapan. Namun nyatanya, banyak orang yang merasa tidak mudah untuk memiliki
harapan. Banyak yang takut berharap dengan dalih takut kecewa atau gagal. Banyak
yang takut berharap karena rasa inferioritas mereka bahwa mereka tidak layak
memiliki suatu harapan tertentu. Ternyata meskipun berharap itu murah dan
mudah, hal itu tidak mudah dilakukan oleh banyak orang. Padahal harapan adalah
pemicu semangat untuk bertahan berada dalam proses yang penuh dengan ketidaknyamanan.
Padahal harapan adalah factor yang mendorong orang mau bersusah payah menggali
terowongan untuk menambang emas.
Manusia adalah
makhluk yang rasional. Mereka seringkali butuh memiliki suatu alasan kenapa
mereka harus melakukan sesuatu. Seorang guru harus bisa membantu murid
menemukan harapan yang menjadi alasan kenapa mereka harus belajar bahasa asing,
matematika, sains, dan aktivitas akademik lainnya. Tanpa adanya harapan yang
menjadi alasan para siswa melakukan sesuatu, mereka hanya akan terjebak menjadi
budak rutinitas. Mungkin terlihat melakukan aktivitas belajar. Namun upaya itu hanya
dilakukan sebatas sebagai pemenuhan kewajiban.
Pendidikan semestinya
menjadi tempat untuk menumbuhkan harapan. Guru perlu membantu para siswa untuk
memiliki harapan. Apa harapan yang mereka ingin raih dengan belajar mata
pelajaran tertentu? Lebih bagus lagi jika harapan tersebut dipersonalisasi. Pendidikan
juga semestinya menjadi tempat untuk melatih dan meyakinkan para siswa untuk
memiliki ketahanan dalam belajar. Ketahanan dalam belajar itu sangat penting,
dan menjadi skill yang akan sangat berguna bagi kehidupan seseorang. Mungkin sangat
susah untuk para siswa menguasai semua ilmu yang mereka pelajari di sekolah,
karena hal tersebut memang hardly
possible. Apalagi setiap individu memiliki interestnya masing-masing. Namun
setidaknya jika mereka memiliki skill ketahanan belajar, maka hal tersebut akan
sangat berguna bagi kehidupan mereka setelahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar