Jumat, 29 Oktober 2021

Mengasah Ketahanan terhadap Ketidaknyamanan dan Menumbuhkan Harapan

 

 

Susah untuk menyangkal bahwa segala sesuatu yang bernilai biasanya diraih dengan cara yang tidak nyaman. Apa jadinya jika emas mudah didapat, layaknya daun yang bisa dengan mudah kita petik? Apa jadinya jika berlian mudah kita ambil, layaknya kerikil yang bisa dengan mudah kita ambil. Apa jadinya jika permata dihasilkan oleh semua kerang dengan cara yang mudah. Semua itu, sekalipun indah dilihat, pasti akan jauh lebih rendah nilainya jika didapatkan dengan cara yang mudah.

Untuk meraih emas, ada tanah di kedalaman tertentu yang harus kita gali. Untuk meraih emas, kadang diperlukan berbagai alat berat, tenaga manusia yang banyak dan terlatih, bahan peledak, pabrik smelter, dan sebagainya. Kenapa orang mau menggali tanah yang begitu dalam untuk mendapatkan emas? Jawabannya adalah karena ada harapan besar akan diraihnya emas. Konon, William Tanuwijaya, pendiri Tokopedia rela untuk hanya tidur 3 jam sehari dan menangani berbagai posisi kerjaan saat di awal perintisan Tokopedia. Sepertinya di balik suksesnya orang-orang besar, selalu ada kisah pengorbanan diri mengarungi situasi tidak nyaman.

Harapan selalu menjadi penyebab orang bertahan dengan proses yang tidak nyaman. Mungkin benar bahwa harapan jua lah yang menjadi alasan orang mengalami kekecewaan. Namun jika kita memiliki harapan, kita ada kesempatan untuk meraih hal bernilai. Jika kita tidak memiliki harapan, mungkin kita tidak akan mendapati kekecewaan. Namun apalah artinya tak mendapati kekecewaan, jika di saat yang sama kita juga tak meraih hal-hal yang sangat bernilai dalam hidup.

Memiliki harapan adalah hal yang murah. Kita tidak perlu membayar apa-apa hanya untuk memiliki harapan. Namun nyatanya, banyak orang yang merasa tidak mudah untuk memiliki harapan. Banyak yang takut berharap dengan dalih takut kecewa atau gagal. Banyak yang takut berharap karena rasa inferioritas mereka bahwa mereka tidak layak memiliki suatu harapan tertentu. Ternyata meskipun berharap itu murah dan mudah, hal itu tidak mudah dilakukan oleh banyak orang. Padahal harapan adalah pemicu semangat untuk bertahan berada dalam proses yang penuh dengan ketidaknyamanan. Padahal harapan adalah factor yang mendorong orang mau bersusah payah menggali terowongan untuk menambang emas.

Manusia adalah makhluk yang rasional. Mereka seringkali butuh memiliki suatu alasan kenapa mereka harus melakukan sesuatu. Seorang guru harus bisa membantu murid menemukan harapan yang menjadi alasan kenapa mereka harus belajar bahasa asing, matematika, sains, dan aktivitas akademik lainnya. Tanpa adanya harapan yang menjadi alasan para siswa melakukan sesuatu, mereka hanya akan terjebak menjadi budak rutinitas. Mungkin terlihat melakukan aktivitas belajar. Namun upaya itu hanya dilakukan sebatas sebagai pemenuhan kewajiban.

Pendidikan semestinya menjadi tempat untuk menumbuhkan harapan. Guru perlu membantu para siswa untuk memiliki harapan. Apa harapan yang mereka ingin raih dengan belajar mata pelajaran tertentu? Lebih bagus lagi jika harapan tersebut dipersonalisasi. Pendidikan juga semestinya menjadi tempat untuk melatih dan meyakinkan para siswa untuk memiliki ketahanan dalam belajar. Ketahanan dalam belajar itu sangat penting, dan menjadi skill yang akan sangat berguna bagi kehidupan seseorang. Mungkin sangat susah untuk para siswa menguasai semua ilmu yang mereka pelajari di sekolah, karena hal tersebut memang hardly possible. Apalagi setiap individu memiliki interestnya masing-masing. Namun setidaknya jika mereka memiliki skill ketahanan belajar, maka hal tersebut akan sangat berguna bagi kehidupan mereka setelahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar