Seringkali kita
mendengarkan nasihat untuk senantiasa bersyukur. Namun banyak orang yang tidak
paham apa hakikat dari syukur dan bagaimana mempraktikkan sikap bersyukur.
Sebagian orang menilai
bahwa syukur adalah tentang mengucapkan “alhamdulillah” atau “aku bersyukur”. Namun
apakah sesederhana itu?
Sejatinya, level syukur
itu ada dua.
Level pertama adalah
tentang menyatunya pikiran dan perasaan bahwa diri kita adalah orang yang
beruntung. Siapakah yang menyatukan pikiran dan perasaan bahwa kita adalah
orang yang beruntung? Jawabannya adalah ya kita sendiri. Lantas apa manfaatnya?
Manfaatnya adalah munculnya keyakinan bawah sadar bahwa kita adalah orang yang
beruntung. Keyakinan bawah sadar bahwa kita adalah orang yang beruntung akan
menarik berbagai keberuntungan lainnya yang nyata.
Syukur adalah kreativitas
kita dan kesungguhan kita untuk mencari sisi positif yang ada pada situasi apa
pun yang kita alami.
Kita mungkin berpikir bagaimana
kita bersyukur sementara kesehatan kita sedang kurang baik. Namun bersyukurlah karena
setidaknya kita masih memiliki nyawa, masih hidup, yang dengannya kita masih
ada kesempatan untuk sehat. Dengan nyawa yang masih melekat di badan, kita
masih punya kesempatan untuk berbuat kebaikan, mengumpulkan amal soleh sebagai
bekal hidup di akhirat. Di luar sana, banyak orang yang meninggal dalam keadaan
belum bertaubat.
Kita mungkin berpikir bagaimana
kita bersyukur, sementara kita memiliki kesulitan ekonomi. Namun bersyukurlah, karena
setidaknya kita memiliki kesehatan dan orang-orang terkasih yang hidup
mendampingi kita. Di luar sana banyak orang yang bukan hanya memiliki kesulitan
ekonomi, melainkan juga kesulitan untuk hidup secara layak karena berada dalam penindasan
seperti yang dialami oleh warga Palestina.
Kita mungkin berpikir bagaimana
kita bersyukur, sementara pada kenyataannya hidup kita penuh keterbatasan. Namun
bersyukurlah, setidaknya kita masih memiliki kesempurnaan jasmani dan rohani
yang dengannya kita masih memiliki kesempatan untuk merubah segala
keterbatasan. Sudah terbukti, banyak orang yang mampu bangkit bergerak merubah
nasib mereka, berbekal kesehatan fisik dan jiwa yang Alloh karuniakan.
Setiap terbersit pikiran
untuk tidak bersyukur atau mengeluhkan suatu keadaan, bergegaslah untuk
berpikir bahwa pasti ada sisi keberuntungan yang kita miliki yang membuat kita lebih
layak untuk bersyukur.
Jadi, syukur adalah
tentang mengarahkan pikiran dan perasan untuk meyakini bahwa kita beruntung. Supaya
muncul rasa beruntung tersebut, bisa kita upayakan dengan membandingkan diri
kita dengan orang-orang yang tidak seberuntung kita. Itu adalah level syukur
yang pertama.
Level syukur yang kedua
adalah mendayagunakan segala hal yang dimiliki untuk sebesar-besarnya kebaikan
dan kemaslahatan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Syukur pada level ini
bukan lagi soal olah rasa dan pikiran, melainkan tindakan nyata mendayagunakan
segala potensi yang kita miliki.
Kita mengungkapkan sikap
syukur atas kesehatan yang kita miliki dengan cara melakukan hal-hal positif
seperti bekerja, beribadah dan belajar.
Kita mengungkapkan sikap
syukur atas harta yang kita miliki dengan cara membelanjakannya di jalan yang
Alloh ridhoi.
Kita mengungkapkan syukur
atas kecerdasan yang kita miliki dengan cara menggunakan kecerdasan tersebut
untuk berbuat kebaikan.
Kita mengungkapkan syukur
kita atas segala potensi yang kita miliki dengan cara mengoptimalkan potensi
tersebut untuk bisa berdampak kebaikan.
Itu semua adalah contoh
manifestasi syukur the next level. Syukur bukan hanya soal olah rasa dan
pikiran, melainkan olah perbuatan nyata yang berdampak kebaikan.
Dalam ajaran Islam, melalui
sikap bersyukur Alloh akan melipatgandakan kenikmatan bagi manusia. Bahkan Napoleon
Hill dalam bukunya yang berjudul Think and Grow Rich juga menyebutkan bahwa
salah satu rahasia orang-orang sukses di dunia adalah bersyukur. Bersyukur akan
menguatkan keyakinan akan kecukupan. Keyakinan tersebut akan menarik keberlimpahan.
Kurang lebih, seperti
itulah makna dari bersyukur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar