Rabu, 11 Desember 2024

What a Privilege to meet Judy Ke, an Alibaba Lecturer from China!

 




Kemarin persis, aku mendapatkan undangan special dari Alibaba. Sebuah acara yang menurutku sangat bermanfaat. Betapa tidak? Acara tersebut berisi success sharing dengan menghadirkan Alibaba Lecturer langsung dari China. Tidak banyak yang mendapatkan kesempatan tersebut. Konon, hanya beberapa company, baik yang baru maupun yang sudah lama, yang diberi privilege untuk menghadiri acara tersebut. Acara berlangsung selama sehari penuh, namun isinya daging semua.

Jumlah total peserta ada sekitar 20 orang, yang mewakili company masing-masing. Somehow, most of them bergerak dalam bisnis furniture. Hanya beberapa yang menggeluti sektor lain, termasuk aku yang focus pada produk agriculture.

Namanya adalah Judy Ke. Seorang wanita enerjik yang dihadirkan sebagai pemateri. Beliau berkewarganegaraan China, namun lama menetap di Eropa dan Kanada. Latar belakang pendidikannya adalah Bachelor Degree in Marketing and management di Ohio State University, Amerika Serikat. Saat ini, beliau sedang menjalankan 7 perusahaan. I was in a big awe of her. Terpikir olehku, bagaimana seorang wanita bisa sebegitu produktifnya, hingga mampu menggerakkan berbagai perusahaan yang semuanya sukses. Revenuenya dari perusahaan tersebut per tahun mencapai puluhan juta dollar. Sangat menginspirasi.

Kenapa dia dihadirkan dalam acara tersebut? karena dia adalah Alibaba Lecturer. Seorang Alibaba lecturer dipilih setela memenuhi berbagai persyaratan tertentu. Salah satu prasyaratnya adalah keberhasilannya dalam menjalankan bisnis di Alibaba. Meman ku akui, dia sangat piawai dalam mengoptimalkan akun Alibaba. Dia begitu tekun, hingga memahami hal-hal detail terkait pengoperasian akun Alibaba. Dia sudah lebih dari 10 tahun memiliki akun took di Alibaba. Success story nya berawal dari pendirian satu akun yang begitu gemilang. Karena sudah memiliki satu blueprint, dia membuka akun-akun lainnya. Hingga kini, dia tercatat sedang memiliki 10 akun, yang kesemuanya berstatus sebagai “Verified supplier”. What an accolade! Hats off!

Satu rahasia yang dia beliau kemukakan padauk saat one-on-one session adalah bahwa dia merupakan orang yang ambisius. Dia tidak akan berhenti hingga dia bener-bener bisa mendapatkan pencapaian besar yang dia ingin raih. Selain itu, dia juga mengatakan bahwa jangan memulai suatu usaha dari nol, karena hal itu akan beresiko makan waktu terlalu banyak. Sedangkan waktu, menurutnya, adalah hal yang sangat precious, bahkan priceless.

You can make money, you can buy everything, but you cannot buy time!

Begitu dia meyakinkan.

Sehingga, sejak pertama kali dia membuka akun Alibaba, dia langsung menggebrak membuka akun verified. Costnya tinggi. Tapi itu lah langkah yang dia putuskan untuk ambil, karena dengan begitu dia bisa melakukan leapfrog, tanpa berlama-lama mengabiskan waktu secara percuma.

Jika kita bisa melompat tinggi, kenapa musti coba-coba melompat yang rendah?

Memang, dia mengakui sendiri bahwa dia memiliki privilege, bahwa dia berasal dari keluarga yang berkecukupan. Namun begitu, aku meyakini bahwa itu bukan merupakan faktor utama atas keberhasilannya. Mindset yang bagus, determinasi tinggi, sifat ambisius, dan kerja keras adalah hal yang menjadi faktor utama atas keberhasilannya.

Dia meyakinkan aku bahwa jika kita mulai membuka akun dengan spending cost yang rendah, karena mau coba-coba alias trial dulu, maka ada kecenderungan kita tidak bersungguh-sungguh. Ada rasa nothing to lose, yang akhirnya membuat kita tidak maksimal dalam pencapaian.

Keluarkan biaya yang membuatmu merasa jika kamu tidak bekerja keras bersungguh-sungguh maka kamu akan kehilangan semuanya.

Begitu dia meyakinkanku.

Iya juga, make sense.

Banyak pelajaran berharga yang aku dapatkan dari wanita mandiri yang memiliki banyak perusahaan tersebut. Aku merasa tertampar. Dia bisa segemilang itu, sementara aku masih berkutat pada urusan resiliensi dalam berusaha.

Aku bersyukur pada Alloh. Aku semakin didekatkan pada hal yang aku dambakan.

Semua terasa mudah. Jalan nampak terpaving dengan sebegitu teratur dan terbukanya oleh Alloh SWT. Mungkin ini memang bukti kebenaran bahwa barang siapa bersungguh-sungguh, maka Alloh akan bukakan jalan.

Pesan terakhir dari Judy Ke padauk adalah “Be successful in your business. You are such a great potential to be Alibaba Lecturer”.

Aku merasa tersemangati. Sebenarnya bukan menjadi Alibaba Lecturer yang menjadi target utamaku. Namun, jika aku bisa mencapai itu, berarti aku telah sukses dan gemilang dalam bisnis eksporku. Karena prasyarat utama untuk menjadi seorang Alibaba Lecturer adalah keberhasilan dalam bisnis ekspor melalui Alibaba. This is such a huge booster. Thanks Judy!

Insya Alloh!

Anata nara dekiru yo!

Kamis, 05 Desember 2024

My Export Business Trajectory

 


Ekspor adalah sebuah long-run game. Aku meyakini itu. proses yang dibutuhkan dari nol hingga benar-benar sukses bisa tahunan. Katakanlah satu tahun pertama adalah penguatan knowledge ekspor, familiaritas terhadap segala hal yang berkaitan dengan ekspor, sambil aktif mencari buyer. Tahun kedua, harus ada progress yang berarti. Closing harus mulai tercapai. Closing ini sangat penting, minimal untuk tetap mempertahankan optimisme. Di tahun kedua ini, investasi harus semakin ditingkatkan. Investasi untuk belajar, expanding circle, experiment, dan menguatkan berbagai skill yang menunjang keberhasilan ekspor.

Tahun ketiga, kita sudah memiliki loyal buyers. Interaksi dan relationship dengan buyer sudah seperti friends, bukan lagi mitra bisnis an sich. Loyal buyers ini yang akan menjadi penopang keberlangsungan dan ekspansi bisnis ekspor. Di tahun ketiga ini, kita sudah cukup stabil dalam memetic hasil dari proses yang dijalani. Pathway sudah nampak begitu terang, seperti bermain Game Empire Earth dimana peta sudah nampak jelas, sehingga segala potensi dan ancama tampak begitu crystal clear.

Tahun ke-empat, bisnis ekspor kita sudah cukup stabil. Kita sudah masuk pada fase menikmati hasil. Namun harus diingat bahwa control emosi harus bagus. Boleh lah kita memberikan self-reward, namun jangan terjebak pada gaya hidup hedon. Keseimbangan finansial perusahaan harus diutamakan. Di tahun ke-empat ini, banyak pekerjaan yang sudah mulai didelegasikan. Hal-hal yang sangat teknis harus sudah bisa ditangani oleh para delegasi, individu-individu yang kita hire supaya bisa meng-handle hal-hal teknis tersebut. Ibarat proses menjalani studi Doktoral, tahun ke-empat ini adalah tahun menjelang wisuda. Sudah banyak paper yang kita publikasikan. Disertasi juga sudah pada fase penyelesaian. Sebentar lagi wisuda. Ada rasa lega, namun juga jangan lengah untuk memastikan bahwa we are still on the right track.

Tahun ke-lima, kita sudah mapan. Harus berproses untuk menguatkan manajemen perusahaan. Harus ada upaya agar kegiatan bisnis ekspor kita lekas untuk tidak lagi bergantung pada supplier. Ekspor komoditas yang sudah sejauh ini dijalani tetap menjadi core business. Namun harus ada upaya diversifikasi usaha. Harus mulai merintis memiliki produk sendiri yang merupakan produk olahan, bukan produk mentah. Di tahun ke-lima ini, sudah ada beberapa Bahasa asing yang sudah dikuasai. Bahasa Jepang, Spanyol, Korea, Arab, dan Prancis. Minimal lima Bahasa itu. Syukur-syukur cukup paham dengan Bahasa Mandarin, italia, jerman dan rusia. Itu bonus.

Target market kita memang luas, namun harus ada keputusan untuk memiliki target market utama. Ada wilayah tertentu yang menjadi target utama market kita. Tentu target market tersebut disesuaikan dengan produk yang dimiliki. Untuk herbs and spices, target market utama ya timur tengah, china, jepang, afrika, dan eropa.

Setelahnya, kita sudah berada pada fase focus berbagi. Bukan lagi kegiatan bisnis semata yang menjadi aktivitas keseharian kita. Melainkan edukasi terhadap masyarakat, serta berperan dalam mengembangkan ekosistem ekspor di Indonesia. Saat itu, aku sudah tampil dimana-mana memberikan pencerahan dan menunjukkan jalan kepada pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM), terutama generasi muda, tentang pentingnya dan bagaimana caranya menggeluti dunia ekspor.

Sudah beberapa tahun berlalu, aku sudah merambah pada focus menekuni kegiatan filantrofi. Semakin mendekatkan diri pada ilahi. Dunia sudah diraih, dan akhirat harus menjadi focus utama.

Itu rencana kita sebagai manusia. Selebihnya, Alloh SWT yang akan menentukan apakah segala rencana ini akan terwujud sebagaimana ia tersusun, ataukah Alloh SWT berkehendak lain. Wallohua’lam bisshowab.

Bismillah….watashinara dekiru yo!

 

Sabtu, 16 November 2024

Refleksi PGP: Setelah selesai, ngapain?

 

Kita sudah selesai melaksanakan serangkaian kegiatan dalam program guru Penggerak. Lantas, setelahnya apa yang harus kita lakukan?

Setelah ini, apakah kita akan menjadi guru dengan performa yang jauh lebih baik, ataukah biasa saja seperti apa adanya kita sebelum mengikuti program Guru Penggerak?

Apakah kita akan menjadi guru yang berkontribusi lebih signifikan bagi dunia Pendidikan, ataukah biasa-biasa saja dan tak ada bedanya dengan mereka yang bukan Guru Penggerak?

Apakah sekolah tempat kita mengajar akan merasakan dampak atas meningkatnya kompetensi kita, ataukah akan biasa saja sebagaimana kondisi semula?

Pernahkah pertanyaan-pertanyaan seperti itu kita ajukan pada diri sendiri, sebagai bagian dari refleksi dan evaluasi?

Ataukah sama sekali tak pernah terbersit dalam sanubari, karena kita terlalu larut dalam selebrasi atas selesainya program ini?

Boleh lah kita ber-euforia atas “pencapaian” yang kita raih ini.

Biar bagaimanapun, membagi waktu agar kita bisa seimbang dalam melaksanakan tugas pokok sebagai pendidik dan menjalani proses Pendidikan PGP ini adalah hal yang cukup menantang dan layak mendapatkan apresiasi.

Di dalamnya, ada istirahat yang tertunda dan kantuk yang tertahan.

Di dalamnya, ada healing-healing yang tidak lagi jadi prioritas, bahkan hak atas keluarga, dan kesehatan mental yang cukup terabaikan.

Bukan lebay, karena memang berbagai tugas dalam PGP ini cukup menguras banyak hal dan membuat kita tidak santay.

Oleh karena itu, boleh lah kita melakukan selebrasi atas semua itu.

Namun, ada hal yang harus dipikirkan, yaitu apa langkah selanjutnya yang harus kita lakukan.

 

Program Guru Penggerak bukan lah soal gengsi karena kita hebat telah lolos seleksi.

Di dalamnya, ada tanggungjawab moral yang harus kita emban dan perlu pembuktian untuk dieksekusi.

 

Setelah menyelesaikan progam ini, kita tidak lagi berada pada fase tergerak dan bergerak.

Kita sudah berada pada fase menggerakkan.

Kita semestinya sudah tidak lagi hanya fokus meningkatkan kompetensi diri.

Melainkan, kita berada pada fase mendorong rekan sejawat untuk terus berkembang dan memperbaiki diri.

Kita sudah tidak lagi berada di fase memimpin diri.

Melainkan, kita harus menjadi pemimpin yang berpengaruh menciptakan perubahan.

 

Kita sudah banyak belajar tentang filosofi Pendidikan, terutama dari Ki hajar Dewantara.

Kita sudah banyak belajar tentang ilmu pedagogik, kepemimpinan, coaching, manajemen asset, mindset, dan bagaimana menghasilkan dampak kebaikan melalu prakarsa perubahan.

Kini saatnya kita mengimplementasikan apa yang telah kita dapatkan.

Semoga kalimat "tergerak, bergerak, dan mampu menggerakkan" mampu kita wujudkan, dan bukan hanya sekedar sebuah slogan.


Tugas besar menanti kita di hadapan, kawan!

Selasa, 12 November 2024

Si Kurang Ambisius

 

Aku sedang menjadi si “kurang ambisius”. Entah mengapa. Aku menjadi si “mengalir seperti air”, dan itu bukan aku banget. Aku yang dulu penuh dengan obsesi. Kini aku tak ubahnya mereka yang berprinsip “yang penting hidup”.

Aku tau bahwa setiap kehidupan pasti akan berakhir kematian. Konon itulah yang menjadi dasar pemikiran banyak orang sukses kenapa mereka mau mengambil resiko besar, karena semua pasti akan mati. Dengan kesadaran tersebut, aku semestinya lebih bersikap nothing to lose terhadap kemungkinan resiko apapun yang akan aku hadapi. Toh selama ini juga aku sudah terbiasa dengan hidup penuh keterbatasan, dan dalam menjalani hidup aku sudah akrab dengan kekurangan.

aku tidak boleh kalah terus.

Aku harus raih kemenangan-kemenangan besar.

Ibarat hidup hanya sehari, sekarang matahari sedang berada persis di atasku. Suatu saat, ia tersebut pasti akan tenggelam. Dan setelah itu, aka nada pergantian episode kehidupan, yang masih misterius. Aku harus maksimalkan waktu saat matahari masih cerah dan tepat berada di atasku.

Saksikan, ini aku, dengan semangat, mindset, keyakinan, dan tekadku yang baru!

Minggu, 03 November 2024

Menjadi Guru, Refleksi Diri

 

Dan aku berada di titik ini. Titik dimana aku merenungi apa yang menjadi tujuanku menjadi seorang guru. Apakah itu untuk gaji, ataukah ada value yang jauh lebih bermakna dari sekedar gaji?

Sejenak aku tersadar bahwa aku seperti kehilangan arah. Jika gaji adalah alasan utamaku, lantas apakah motif gaji begitu worth it nya?

Jika mengabdikan diri menjadi guru bagi generasi bangsa adalah value yang aku pegang, lantas seberapa besar kontribusi pengabdian yang sudah aku berikan? Sudah seberapa signifikankan peranku dalam mengabdi?

Ataukah itu karena ada dorongan untuk berprestasi dalam dunia Pendidikan?

Jika iya, lantas prestasi seperti apa yang ingin aku raih, atau yang telah aku torehkan? Jangan-jangan sangat minim, atau bahkan tidak ada.

 

Hari berganti hari. Kemudian berganti bulan, tahun, bahkan berganti lebih dari 10 tahun. Sudah lama, ternyata. Aku seperti masih saja menjadi orang yang hanya menjalankan rutinitas tanpa ruh.

Lalu apa alasan aku bertahan?

Sebuah pertanyaan yang semestinya sudah lama aku dapatkan jawabannya.

Dan ironisnya, entah apa jawabannya aku belum paham.

Hidup hanya sekali, dan kesempatan kita dibatasi oleh waktu.

Tak mungkin kita muda selamanya.

Tak mungkin kita berfisik prima selamanya.

Akan ada titik kulminasi, dan aka nada titik resolusi.

Atau jangana-jangan, selama ini bukan diriku yang menggerakkan diri ini, melainkan validasi-validasi dari orang lain. Atau penilaian-penilaian dan pemikiran-pemikiran orang lain?

Ngeri sekali aku seperti orang yang berjalan di tengah jalanan penuh kabut tebal dan tak tau arah.

Apa-apaan ini?

Ini bukan aku yang sesungguhnya.

Aku harus segera kembali ke sejatinya aku.

Aku butuh meditasi.

Aku butuh perenungan diri.

Aku butuh re-setting-up.

Aku butuh berbenah diri.

Dan aku butuh berubah menjadi jauh lebih baik lagi.

Hidup terus berjalan, dan langkahku harus terarah, walau agak pelan.

 

Selasa, 29 Oktober 2024

Ternyata, aku masih miskin prestasi

 

Aku mencoba ikut serta dalam lomba Guru Inovatif dan Berdedikasi, yang diselenggarakan oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Meski tertatih-tatih karena menyiapkan semua hal yang di perlukan di tengah kesibukan yang begitu padat, akhirnya aku mampu men-submit dokumen.

Selesai mengirimkan dokumen, aku merasa lega. Namun, ada satu hal yang seketika terbersit dalam pikiranku. Aku baru menyadari, bahwa ternyata prestasiku sangat sedikit. Bahkan bisa dikatakan aku belum berprestasi. Hal yang cukup menyentak pikiranku adalah ketika aku menyusun portofolio yang berisi segala catatan karya dan prestasiku. Aku tersadar, bahwa ternyata prestasi dan karyaku sangat-sangat sedikit. Iseng aku coba melihat portofolio prestasi dan karya seorang teman yang sama-sama mendaftar lomba ini, aku tertampar dengan betapa banyaknya karya yang ia miliki. Karya ilmiah, karya tulis fiksi, mengikuti berbagai kegiatan pengembangan diri, melakukan berbagai penelitian, menjadi pembicara, dan sebagainya.

Oiya, sebenarnya aku cukup sering menjadi pemateri dalam berbagai seminar selama 3 tahun terakhir ini. Hanya saja, aku terlalu malas untuk mengarsipkan berbagai sertifikat keikutsertaanku. Aku tidak menyangka bahwa mengarsipkan sertifikat semacam itu akan berguna di kemudian hari.

Kembali ke topik utama. Aku ternyata beelum berprestasi. Kemana aja aku selama ini? Bukankah aku adalah Dahlan si pegiat literasi? Bukankah aku adalah Dahlan, orang yang akrab dengan dunia penelitian? Bukankah aku adalah Dahlan yang suka dengan aktivitas diskusi ilmiah? Bukankah aku adalah Dahlan yang memiliki kepekaan terhadap berbagai isu Pendidikan? Bukankah aku adalah Dahlan yang memiliki Blog dengan ratusan artikel? Kok bisa bahwa aku ternyata masih sangat sedikit karyanya.

Mungkin, aku terlalu lama berdiri kaku berada di lingkungan pergaulan yang kurang ambisi. Mungkin aku kurang motivasi, karena tidak ada kanan kiriku yang memiliki semangat yang sama untuk berkarya. Ah…aku terlalu lembek untuk begitu saja pasrah terhadap keadaan. Bukankah aku pernah berikrar bahwa aku akan menjadi pembedan dan pewarna dimana pun aku berada?

Aku sadar, dan aku harus berubah lebih baik. Jauh lebih baik.

Wahai diriku, berupayalah untuk terus berkarya, berinovasi dan berkontribusi. Bukan untuk validasi, melainkan untuk bukti pada diri sendiri bahwa kamu memang pribadi yang layak untuk bisa berbangga terhadap diri sendiri.

Camkan itu, wahai diri!

 

Sabtu, 05 Oktober 2024

Kita ini bukan kekurangan solusi, melainkan kurang disiplin saja

 

Image: https://www.linkedin.com/pulse/power-discipline-achieving-success-through-focus-determination-bv


 

Masalah begitu banyak dalam hidup. Kadang kita mengeluhkan ketiadaannya solusi. Kadang mengeluhkan kenapa ekonomi terasa sulit. Kadang kita mengeluhkan kenapa jodoh tidak dating. Kadang kita mengeluhkan kenapa kehesatan kurang baik. Kadang mengeluhkan kenapa hubungan dengan orang-orang tertentu terasa toxic. Kadang pula kita mengeluhkan kenapa nasib baik seperti belum kunjung berpihak. Lantas kita membiarkan diri terpuruk berlama-lama di dalam kubangan masalah tersebut, alih-alih bangkit dan menjadi pemenang.

Dari sudut pandang mana pun, di setiap masalah dalam hidup itu pasti ada solusinya. Dalam sudut pandang agama Islam, kita diajarkan dalam Surat Al-Insyirah Ayat 5:

فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

Bahkan kalimat tersebut diulang sampai dua kali dalam Al-Qur’an.

إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

“sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

 

Kita, manusia, ini bukan kekurangan solusi atas masalah, melainkan hanya bebal saja atas apa yang menjadi ajaran agama.

Untuk masalah ekonomi, kita dianjurkan banyak-banyak melakukan silaturahmi (berkumpul dengan orang-orang sukses), bersedekah, sholat hajat, sholat tahajjud, beristighfar, sholat dhuha, menghindari perbuatan dosa dan tentunya harus melakukan sholat fardhu.

Ilmu-ilmu seperti itu sebenarnya mudah kita temukan, sering kita dapatkan. Namun, kita tidak disiplin untuk menerapkannya.

Untuk masalah jodoh, kita dianjurkan untuk memperbaiki hubungan dengan ALloh terlebih dahulu. Karena dengan begitu Ia akan memudahkan hubungan kita dengan manusia. Sebenarnya memperbaiki hubungan dengan Alloh itu tidak hanya penting dalam konteks mencari jodoh saja, melainkan dalam semua aspek. Kita dekat dengan Alloh, maka akan dipermudah semua urusan kita. Demikian hal yang dijanjikan oleh Alloh. Namun apa yang kita lakukan? abai terhadap anjuran tersebut. Sebagian dari kita lebih suka tidur berlama-lama hingga matahari terbit. Sebagian dari kita lebih suka bergelut dengan pekerjaan atau aktivitas lainnya, saat adzan berkumandang. Sebagian dari kia lebih suka menahanuang yang kita miliki, dan tidak menafkahkannya di jalan yang Alloh ridhai. Intinya, kita dikasi solusi kemudahan, namun seringkali kita memilih kesulitan. Itu fakta.

 Andai saja kita mau disiplin untuk mengerjakan apa yang Alloh perintahkan, maka segala masalah akan mudah teratasi, dan hasilnya pasti berupa kebaikan bagi kita. Namun kita malah memilih terus-menerus berkubang dalam masalah, sementara solusi ada di samping kita, tinggal eksekusi saja.

Ini lah salah satu makna dari pentingnya kedisiplinan. Maka, sesungguhnya kita bukan kekurangan solusi atas masalah, melainkan kita hanya tidak disiplin saja untuk menerapkan solusi yang ada.

Sabtu, 28 September 2024

Pastikan dulu bahwa dirimu bahagia dengan hidupmu

 

Ingin meraih pasangan yang mau dan yakin untuk memutuskan hidup bersama kita selamanya? Caranya adalah menjadi pribadi yang promising. Menjadi pribadi yang bisa membuat orang yakin bahwa mereka bisa hidup Bahagia sama kita.

Lantas, bagaimana caranya agar kita bisa membuat mereka se-yakin itu? Caranya adalah memastikan bahwa kita yakin sama diri sendiri. Kita percaya sama diri sendiri. Kita sendiri merasa Bahagia.

Logikanya, bagaimana kita bisa memberikan sesuatu yang kita tidak miliki? Bahagialah dengan dirimu sendiri dulu, baru dengan begitu orang lain akan bisa Bahagia denganmu.

Kehidupan kita ini laksana taman. Orang akan senang memasuki taman kita jika taman kita itu indah, nyaman, menyenangkan. Jangan berharap orang akan betah berada di taman yang gersang, miskin warna, dan tak ada hal menarik di dalamnya.

Maka, bahagiakan dirimu. Pastikan kamu mampu mengontrol kebahagiaanmu. Pastikan bahagiamu adalah atas dasar pilihanmu sendiri, bukan karena dipilih oleh keadaan.

Musuh Terbesarku adalah Mental Block

 

https://pontianakinfo.disway.id/


Masih menjalani peran sebagai pribadi yang overthinking-an. Ternyata ini lah satu mental block terbesar yang aku harus atasi segera. Dulu sempat terpikir untuk mengembangkan kanal youtube dengan konten traveling and wisdom. Pernah juga ingin membuat buku dan online course tentang cara menaklukkan IELTS, how to win scholarship to study abroad, how to excel interview in various context of situation. Namun semuanya dimentahkan oleh satu musuh terbesarku sekarang ini, yaitu Mental Block.

Entah apa yang membuatku overthinking saat mau mengeksekusi beberapa rencana. Padahal, banyak hal yang sudah aku capai yang berawal dari impian semata. Harusnya aku belajar dari pengalaman, bahwa apa pun bisa aku capai, asal aku bisa mengalahkan keraguan dan ketakutan yang tak berdasar. Adalah nyata bahwa segala ketakutan yang aku miliki adalah ketakutan-ketakutan tak berdasar.

Kemarin persis, aku menonton dua video dengan konten yang sama, muncul di beranda youtube ku. Video tersebut berisi penyampaian nasihat oleh Deny Santoso, seorang digital marketing yang sangat sukses. Dia menyampaikan bahwa sekarang ini banyak orang yang ragu untuk menjadi creator konten, hanya karena mereka takut akan penilaian orang lain. Padahal, mereka belum pernah mendapatkan penilaian apa pun dari orang lain atas konten apa pun yang mereka unggah di media social. Jadi, yang mereka alami adalah semacam pseudo-fear. Sedihnya, mirisnya, pseudo-fear seperti itu dialami oleh banyak orang di dunia ini. Itu lah kenapa jumlah penonton konten-konten video jumlahnya jauh lebih banyak berkali-kali lipat dibanding jumlah pencipta video nya.

Menyedihkan sih.

Sekarang, aku harus menantang diriku sendiri untuk melawan pseudo-fear ini. Sejatinya, apa pun yang aku takutkan hanyalah ilusi. Aku harus menang atasnya. Aku harus mengalahkannya. Aku pasti bisa. akan aku wujudkan rencana-rencana besarku satu per satu. Aku akan segera mampu menghilangkan dan memusnahkan mental block. Aku pasti bisa. aku pasti jaya.

Bismillah…

 

Jumat, 30 Agustus 2024

Digital Detox vs Self-Improvement through Online Exposure

 

People say that being absorbed into online activities is a waste of time. People say that digital detox is the answer to get better life. People say that staying connected to online exposure is way too much, and it needs to be ceased. People exemplify the fact European people begin to leave sophisticated gadgets behind, signaling the trend of a habit of getting back to “normal” life. It might be true, for some reason, that we need to get digital detox. But, how if we stay productive, improved, growing, flourishing through being engrossed into digital activities?

In such a rapidly growing era of informational technology, we benefit from the ubiquity of learning resources. It used to be tough to get access to learn things. However, we are in the era of accessing everything as simply as using our finger tips, tapping them on a small screen. Using fingers tips, we can obtain real-time information, knowledge, and cutting-edge method of dealing with something.

Therefore, I myself disagree that we should lessen digital absorption in my daily life. Apart from the fact that it has been today’s lifestyle, it is still the most effective way I settle many things done. When I can have my food come through using a gadget while I am busy with activities, why should I bother going somewhere far away merely to grab something to eat? When I can access online courses to master new skills, why should I bother to find face-to-face tutor for those skills? When I can read book online and I feel comfortable with that, why should I go to bookstore every time I want to read books? When I can write my diary and essential notes about life on a word page, why should I rely on papers?

It is good to get back to nature, to some degree, like walking to restaurant to get exercise, instead of laying down on the bed, or to see our neighbor directly so that we have social bond, instead of always talking to the online. Nonetheless, there are some reasons staying engaged into online activities is the best thing to do. I feel productive being online accessor. I acquire new skills, learn new science, and adopt new methods of dealing with daily life challenges.

Taking digital detox may be good for some people for some reason, but staying away from digital things for most of the time in my daily life is not my cup of tea. I have reason to stay engaged into digital activities, at least for the time being. I would not have my communication skill improved, digital skills enhanced, and problem-solving ability leapfrogged if I did not stay connected to digital access.

 

Sabtu, 17 Agustus 2024

Refleksi Progres Company PT. Agro Global Persada

 



Dua bulan sudah berlalu sejak aku mengikuti rangkaian program pendampingan eksportir dari PPEJP. Kini ada dorongan untuk lekas-lekas pecah telor yang kontaineran. Ekspor vanili yang selama ini permintaannya hanya berkisar puluhan hingga ratusan kilo memang cukup menjanjikan. Sangat menantang rasanya untuk mendapatkan buyer vanili dengan kuantitas tonase atau bahkan kontaineran. Mungkin bisa, jika aku menarget perusahaan-perusahaan besar.

Kini aku terobsesi untuk bisa pecah telor ekspor kontaineran.  Ingin rasanya merasakan pelepasan container pertama, sebagaimana teman-teman lain yang sudah pecah telor duluan. Produk yang paling memungkinkan, sepertinya, adalah cardamoms, cloves, cinnamon, betelnut, pepper, dan nutmegs. Tiga minggu terakhir, ada beberapa leads dan inquiry masuk. Belum jodoh dan rejekinya aja kali ya, sehingga belum deal. Walaupun belum deal, ini adalah starting yang bagus. Setidaknya, akun Alibaba yang baru berumur hamper 2 bulan sudah bisa memancing lead masuk. Bulan ketiga harus tercapai target closing. Satu container pertama harus rilis. Berikutnya, targetku adalah mendapatkan long-term business dengan buyer loyal. Insya Alloh bisa.

Sekarang, aku ingin mencoba refleksi diri. Apa hal yang harus aku optimalkan lagi. Mengolah Alibaba sudah. Namun sepertinya butuh konsistensi. Perhari harus unggah 5 produk. Ndak usah pedulikan peran anggota tim yang lain. Cukup ini jadi focus pribadiku saja, nda masalah. Pokoknya, tiap hari 5 produk. Tiap minggu ambil dua RFQ. Dua RFQ per minggu saja, masih lebih dari cukup. Bahkan sepertinya 3 RFQ tiap minggu juga masih sangat memungkinkan. Bulan September ini, tim ku harus mencapai minimal level 2-star. Insya Alloh bisa!

Eksekusikan rencana satu per satu. Jika upload produk sudah konsisten, dan pemanfaatan RFQ sudah maksimal, maka sepertinya perlu juga untuk berpikir mengalokasikan anggaran untuk ngiklan. Ini bisa dibicarakan dengan tim. Budget awal boleh lah 3 juta dulu. Selanjutnya, melihat sikon dan progress yang ada.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah memaksimalkan peran website. Ini hal penting yang sepertinya masih belum mendapat perhatian serius dari tim. Tim ini, kalo boleh jujur, masih belum bekerja secara efektif dan maksimal. Namun masih dalam batas toleransi sih, karena kita masih di tahap awal pendirian perusahaan. Masih banyak single-fight nya. Masih banyak hal yang harus aku kerjakan sendiri. Melelahkan sih, namun setidaknya aku jadi paham banyak hal detil. Ini bagus buat aku memahami dan mendapatkan framework mendirikan perusahaan sendiri secara mandiri kedepannya. Namun, tentu kinerja seperti ini harus dirubah secara berkala. Tidak bisa aku terus-menerus menjadi single-fighter seperti ini. Harus ada optimalisasi tim.

Lantas, apa saja hal-hal yang kira-kira bakal berpengaruh terhadap performa perusahaan?

To wrap up, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan.

1.      Optimalisasi company website dan Alibaba minisite

2.      Posting produk secara konsisten

3.      Fast response terhadap inquiry (upayakan less than 12 hours)

4.      Create company profile yang elegan dan professional

5.      Ciptakan website yang professional

6.      Terus jalin komunikasi efektif dengan para supplier

7.      Focus dan yakin bahwa 1 kontainer pertama dari cengkeh dan cardamom pasti pecah telor, dengan izin Alloh SWT

Itu saja sih refleksi dari progress perusahaan ini untuk sementara.

Bismillah… Yakin banget bahwa Alloh meridhoi.

Jumat, 09 Agustus 2024

RANGKUMAN KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PROGRAM GURU PENGGERAK

 

RANGKUMAN KONEKSI ANTAR MATERI

MODUL 3.1 PROGRAM GURU PENGGERAK

CGP: Dahlan, M.Ed

 

Gambar: https://smkbinaharapan.sch.id/guru-penggerak/



1.   Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan ajaran Pratap Triloka—"Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani"—sangat relevan dalam konteks pengambilan keputusan sebagai pemimpin.

·  Ing Ngarso Sung Tulodho (Di depan memberi teladan) mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus menjadi contoh yang baik dalam segala hal, termasuk dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil harus mencerminkan nilai-nilai kebajikan, kejujuran, dan keadilan yang diharapkan dari seorang pemimpin.

·  Ing Madyo Mangun Karso (Di tengah membangun semangat) menunjukkan bahwa pemimpin juga perlu mempertimbangkan partisipasi dan aspirasi orang-orang yang dipimpinnya. Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin harus melibatkan anggota tim, mendengarkan pendapat mereka, dan mendorong mereka untuk berkontribusi.

·  Tut Wuri Handayani (Di belakang memberikan dorongan) berarti bahwa setelah keputusan diambil, pemimpin harus mendukung implementasi keputusan tersebut dengan memberikan motivasi dan dukungan kepada tim. Filosofi ini menegaskan pentingnya pemimpin untuk mendorong kemandirian dan tanggung jawab di antara orang-orang yang dipimpinnya.

 

2.   Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat mempengaruhi prinsip-prinsip yang kita pegang dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, empati, keadilan, dan tanggung jawab menjadi landasan dalam setiap keputusan yang diambil.

Ketika dihadapkan pada situasi yang kompleks, nilai-nilai ini berfungsi sebagai kompas moral yang membimbing kita untuk membuat keputusan yang tidak hanya bermanfaat secara pragmatis, tetapi juga benar secara etis. Pemimpin yang berpegang teguh pada nilai-nilai kebajikan akan cenderung membuat keputusan yang adil dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat, bukan hanya untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu.

 

3.   Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan sangat terkait dengan kegiatan coaching yang diberikan oleh pendamping atau fasilitator dalam program Guru Penggerak. Melalui sesi coaching, kita dapat mengevaluasi kembali keputusan yang telah diambil dengan bantuan pandangan luar yang objektif.

Dalam coaching, fasilitator membantu kita untuk:

·  Mengklarifikasi tujuan dan nilai-nilai yang mendasari keputusan kita.

·  Menguji efektivitas keputusan tersebut dengan mengajukan pertanyaan kritis yang mendorong refleksi lebih dalam.

·  Mengeksplorasi alternatif-alternatif yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya.

·  Menilai dampak keputusan terhadap diri kita sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar.

Proses coaching ini memungkinkan kita untuk mendapatkan wawasan baru, mengevaluasi keputusan yang telah diambil, dan membuat penyesuaian jika diperlukan. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul selama sesi coaching membantu kita melihat berbagai sudut pandang dan memahami konsekuensi dari keputusan kita secara lebih komprehensif.

Dengan demikian, coaching berperan sebagai alat yang sangat penting dalam memastikan bahwa pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan tidak hanya tepat secara teoritis, tetapi juga efektif dan aplikatif dalam praktek kepemimpinan sehari-hari.

 

4.   Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya sangat krusial dalam pengambilan keputusan, terutama ketika dihadapkan dengan dilema etika. Guru yang memiliki kesadaran diri yang tinggi akan lebih mampu mengidentifikasi perasaan dan bias pribadinya yang dapat mempengaruhi cara pandang dan pengambilan keputusan. Dengan kesadaran ini, guru dapat menilai situasi secara lebih objektif dan mempertimbangkan berbagai perspektif yang ada.

Ketika seorang guru dapat mengendalikan emosinya, dia akan lebih tenang dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan dan dapat membuat keputusan yang lebih bijak dan adil. Misalnya, dalam situasi di mana seorang siswa berperilaku tidak sesuai dengan norma yang berlaku, guru yang mampu mengelola emosinya tidak akan segera bereaksi secara impulsif atau menghukum secara tidak adil, melainkan akan mempertimbangkan berbagai faktor seperti latar belakang siswa tersebut, motivasi di balik tindakan siswa, serta dampak jangka panjang dari keputusan yang diambil.

 

5.   Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika mendorong seorang pendidik untuk mengkaji ulang dan merefleksikan nilai-nilai yang dianutnya. Setiap keputusan yang dibuat oleh pendidik seharusnya mencerminkan prinsip-prinsip moral yang mereka yakini, seperti keadilan, integritas, empati, dan tanggung jawab. Ketika pendidik dihadapkan pada situasi etis yang kompleks, nilai-nilai inilah yang menjadi landasan utama dalam mempertimbangkan berbagai pilihan yang ada.

Dalam pembahasan studi kasus, seorang pendidik harus mengaitkan keputusan-keputusan yang diambil dengan nilai-nilai yang mereka pegang. Hal ini membantu pendidik untuk tetap konsisten dan jujur terhadap dirinya sendiri dalam menghadapi berbagai situasi yang sulit. Misalnya, dalam kasus di mana seorang siswa yang berkebutuhan khusus menghadapi diskriminasi, seorang pendidik yang berpegang teguh pada nilai keadilan akan berusaha mencari solusi yang adil dan inklusif, bukan hanya sekedar mengikuti aturan tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap siswa tersebut.

 

6.   Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat oleh seorang pendidik sangat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman di sekolah. Keputusan yang adil, transparan, dan berdasarkan nilai-nilai kebajikan akan membangun kepercayaan antara guru, siswa, dan seluruh komunitas sekolah. Lingkungan yang aman dan nyaman memungkinkan siswa untuk belajar dan berkembang tanpa rasa takut atau khawatir, sementara lingkungan yang kondusif memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

Misalnya, ketika guru menghadapi kasus bullying di sekolah, keputusan untuk menangani masalah ini dengan cepat, adil, dan penuh empati akan menunjukkan kepada siswa bahwa keamanan dan kesejahteraan mereka adalah prioritas utama. Ini juga mengirimkan pesan bahwa perilaku yang tidak menghargai orang lain tidak akan ditoleransi, sehingga menciptakan budaya sekolah yang menghargai keragaman dan memperlakukan semua orang dengan hormat.

Keputusan-keputusan yang tepat juga memberikan contoh kepada siswa tentang bagaimana seharusnya mereka bertindak dalam kehidupan sehari-hari, sehingga turut membentuk karakter mereka untuk menjadi individu yang bertanggung jawab dan memiliki integritas. Dalam jangka panjang, lingkungan yang demikian tidak hanya menguntungkan proses belajar mengajar, tetapi juga berkontribusi pada pembentukan generasi yang lebih baik di masa depan.

 

7.   Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Salah satu tantangan utama yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan di lingkungan sekolah adalah adanya berbagai kepentingan yang berbeda antara pihak-pihak yang terlibat, seperti guru, siswa, orang tua, dan administrasi sekolah. Selain itu, seringkali terdapat perbedaan pandangan atau standar moral di antara individu-individu ini yang dapat menimbulkan dilema etika.

Dalam konteks perubahan paradigma, seperti penerapan Kurikulum Merdeka yang lebih menekankan pada kemandirian dan kebebasan siswa dalam belajar, ada tantangan tambahan dalam mengubah pola pikir dari pendekatan tradisional yang lebih otoritatif ke pendekatan yang lebih partisipatif dan berbasis nilai-nilai kebajikan. Proses ini tidak selalu mudah karena membutuhkan waktu untuk membangun budaya sekolah yang baru dan untuk memastikan bahwa semua pihak merasa nyaman dan mendukung perubahan tersebut.

 

8.   Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Keputusan yang kita ambil sebagai guru dan pemimpin pembelajaran memiliki dampak langsung terhadap kemampuan kita untuk memerdekakan siswa dalam belajar. Ketika kita membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan, seperti keadilan, kepedulian, dan kejujuran, kita menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung bagi siswa. Ini memungkinkan mereka untuk merasa dihargai dan didorong untuk berkembang sesuai dengan potensi mereka masing-masing.

Dalam menentukan pembelajaran yang tepat bagi potensi siswa yang berbeda-beda, pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan juga membantu kita untuk lebih peka terhadap kebutuhan individu setiap siswa. Dengan demikian, kita dapat merancang pembelajaran yang inklusif, diferensiasi, dan responsif terhadap keragaman kemampuan, minat, dan gaya belajar siswa. Hal ini sejalan dengan prinsip pengajaran yang memerdekakan, di mana setiap siswa diberi ruang untuk berkembang sesuai dengan keunikan mereka.

 

9.   Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran yang mengambil keputusan dengan mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan akan mempengaruhi kehidupan dan masa depan siswa secara positif. Keputusan yang adil, bijaksana, dan berorientasi pada kesejahteraan siswa akan menciptakan iklim belajar yang kondusif dan mendukung perkembangan pribadi serta akademik siswa.

Sebagai contoh, jika seorang pemimpin pembelajaran memutuskan untuk mengimplementasikan kebijakan yang mendukung inklusivitas dan menghargai keberagaman, siswa akan belajar untuk saling menghargai perbedaan dan mengembangkan empati. Ini tidak hanya membantu mereka menjadi individu yang lebih baik, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab di masa depan.

Lebih jauh lagi, keputusan-keputusan ini dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi siswa untuk mencapai potensi maksimal mereka. Seorang pemimpin yang menunjukkan integritas dan komitmen terhadap nilai-nilai kebajikan akan menjadi panutan bagi siswa, yang pada gilirannya akan mempengaruhi sikap, perilaku, dan pilihan mereka di masa depan. Keputusan yang dibuat dengan bijaksana dan penuh pertimbangan ini akan meninggalkan jejak yang mendalam dalam kehidupan siswa, mempengaruhi jalan hidup mereka jauh di luar lingkungan sekolah.

 

10. Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul ini adalah bahwa pengambilan keputusan yang berbasis pada nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses yang dilalui untuk mencapai keputusan tersebut. Hal ini mencakup pemahaman mendalam tentang dilema etika dan bujukan moral, serta bagaimana prinsip-prinsip moral dapat menjadi landasan yang kuat dalam membuat keputusan yang adil dan bijaksana. Keterkaitan dengan modul-modul sebelumnya, seperti konsep coaching dan supervisi akademik, serta pengembangan kompetensi sosial-emosional, memperlihatkan bahwa seorang pemimpin harus mampu mengintegrasikan aspek-aspek etika dalam setiap tindakan dan keputusan, serta mendukung pengembangan individu lainnya secara holistik.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pemahaman saya tentang konsep dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan semakin mendalam setelah mempelajari modul ini. Dilema etika, yang sering kali menempatkan kita pada situasi di mana pilihan yang ada tampaknya sama-sama benar atau salah, menuntut pemimpin untuk berpegang pada nilai-nilai kebajikan sebagai panduan. Adanya 4 paradigma pengambilan keputusan (individual vs. masyarakat, kebenaran vs. loyalitas, jangka pendek vs. jangka panjang, keadilan vs. kasih sayang) serta 3 prinsip (kegunaan, hak individu, dan keadilan) memberikan kerangka berpikir yang jelas dalam menghadapi situasi kompleks. Yang cukup mengejutkan bagi saya adalah betapa strukturalnya pendekatan pengambilan keputusan ini, terutama dalam 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, yang ternyata memberikan alat yang sangat praktis dan sistematis untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil benar-benar berakar pada prinsip-prinsip moral.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah menghadapi situasi moral dilema sebagai pemimpin, terutama ketika harus memutuskan antara kepentingan pribadi dan kepentingan tim. Namun, saya menyadari bahwa pendekatan saya pada saat itu masih sangat intuitif dan kurang sistematis. Modul ini memberikan saya kerangka kerja yang lebih jelas dan komprehensif dalam menghadapi dilema semacam itu, terutama dengan penerapan langkah-langkah pengujian keputusan yang membuat saya lebih yakin dalam mengambil keputusan yang adil dan tepat.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Mempelajari konsep pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan ini membawa perubahan signifikan dalam cara saya mengambil keputusan. Sebelumnya, keputusan saya lebih banyak didasarkan pada insting dan pertimbangan pribadi. Namun, setelah memahami modul ini, saya kini lebih cenderung menggunakan pendekatan yang lebih analitis dan terstruktur, dengan mempertimbangkan berbagai aspek moral dan etika yang terkait. Ini memberikan keyakinan lebih dalam proses pengambilan keputusan dan membantu saya untuk lebih konsisten dalam memegang nilai-nilai kebajikan.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Memahami topik modul ini sangat penting bagi saya baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Sebagai individu, pemahaman ini memperkuat integritas pribadi saya dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan. Sebagai pemimpin, konsep ini memberikan fondasi yang kokoh untuk membuat keputusan yang tidak hanya efektif tetapi juga berakar pada prinsip-prinsip etika yang kuat. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan dan kredibilitas, serta memberikan teladan yang baik bagi orang-orang yang saya pimpin.