Dan aku berada di titik ini. Titik dimana
aku merenungi apa yang menjadi tujuanku menjadi seorang guru. Apakah itu untuk
gaji, ataukah ada value yang jauh lebih bermakna dari sekedar gaji?
Sejenak aku tersadar bahwa aku
seperti kehilangan arah. Jika gaji adalah alasan utamaku, lantas apakah motif
gaji begitu worth it nya?
Jika mengabdikan diri menjadi guru bagi
generasi bangsa adalah value yang aku pegang, lantas seberapa besar kontribusi
pengabdian yang sudah aku berikan? Sudah seberapa signifikankan peranku dalam
mengabdi?
Ataukah itu karena ada dorongan untuk
berprestasi dalam dunia Pendidikan?
Jika iya, lantas prestasi seperti apa
yang ingin aku raih, atau yang telah aku torehkan? Jangan-jangan sangat minim,
atau bahkan tidak ada.
Hari berganti hari. Kemudian berganti
bulan, tahun, bahkan berganti lebih dari 10 tahun. Sudah lama, ternyata. Aku seperti
masih saja menjadi orang yang hanya menjalankan rutinitas tanpa ruh.
Lalu apa alasan aku bertahan?
Sebuah pertanyaan yang semestinya sudah
lama aku dapatkan jawabannya.
Dan ironisnya, entah apa jawabannya
aku belum paham.
Hidup hanya sekali, dan kesempatan
kita dibatasi oleh waktu.
Tak mungkin kita muda selamanya.
Tak mungkin kita berfisik prima
selamanya.
Akan ada titik kulminasi, dan aka
nada titik resolusi.
Atau jangana-jangan, selama ini bukan
diriku yang menggerakkan diri ini, melainkan validasi-validasi dari orang lain.
Atau penilaian-penilaian dan pemikiran-pemikiran orang lain?
Ngeri sekali aku seperti orang yang
berjalan di tengah jalanan penuh kabut tebal dan tak tau arah.
Apa-apaan ini?
Ini bukan aku yang sesungguhnya.
Aku harus segera kembali ke sejatinya
aku.
Aku butuh meditasi.
Aku butuh perenungan diri.
Aku butuh re-setting-up.
Aku butuh berbenah diri.
Dan aku butuh berubah menjadi jauh
lebih baik lagi.
Hidup terus berjalan, dan langkahku
harus terarah, walau agak pelan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar