Minggu, 03 November 2024

Menjadi Guru, Refleksi Diri

 

Dan aku berada di titik ini. Titik dimana aku merenungi apa yang menjadi tujuanku menjadi seorang guru. Apakah itu untuk gaji, ataukah ada value yang jauh lebih bermakna dari sekedar gaji?

Sejenak aku tersadar bahwa aku seperti kehilangan arah. Jika gaji adalah alasan utamaku, lantas apakah motif gaji begitu worth it nya?

Jika mengabdikan diri menjadi guru bagi generasi bangsa adalah value yang aku pegang, lantas seberapa besar kontribusi pengabdian yang sudah aku berikan? Sudah seberapa signifikankan peranku dalam mengabdi?

Ataukah itu karena ada dorongan untuk berprestasi dalam dunia Pendidikan?

Jika iya, lantas prestasi seperti apa yang ingin aku raih, atau yang telah aku torehkan? Jangan-jangan sangat minim, atau bahkan tidak ada.

 

Hari berganti hari. Kemudian berganti bulan, tahun, bahkan berganti lebih dari 10 tahun. Sudah lama, ternyata. Aku seperti masih saja menjadi orang yang hanya menjalankan rutinitas tanpa ruh.

Lalu apa alasan aku bertahan?

Sebuah pertanyaan yang semestinya sudah lama aku dapatkan jawabannya.

Dan ironisnya, entah apa jawabannya aku belum paham.

Hidup hanya sekali, dan kesempatan kita dibatasi oleh waktu.

Tak mungkin kita muda selamanya.

Tak mungkin kita berfisik prima selamanya.

Akan ada titik kulminasi, dan aka nada titik resolusi.

Atau jangana-jangan, selama ini bukan diriku yang menggerakkan diri ini, melainkan validasi-validasi dari orang lain. Atau penilaian-penilaian dan pemikiran-pemikiran orang lain?

Ngeri sekali aku seperti orang yang berjalan di tengah jalanan penuh kabut tebal dan tak tau arah.

Apa-apaan ini?

Ini bukan aku yang sesungguhnya.

Aku harus segera kembali ke sejatinya aku.

Aku butuh meditasi.

Aku butuh perenungan diri.

Aku butuh re-setting-up.

Aku butuh berbenah diri.

Dan aku butuh berubah menjadi jauh lebih baik lagi.

Hidup terus berjalan, dan langkahku harus terarah, walau agak pelan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar