Ekspor
adalah sebuah long-run game. Aku meyakini itu. proses yang dibutuhkan dari nol
hingga benar-benar sukses bisa tahunan. Katakanlah satu tahun pertama adalah
penguatan knowledge ekspor, familiaritas terhadap segala hal yang berkaitan
dengan ekspor, sambil aktif mencari buyer. Tahun kedua, harus ada progress yang
berarti. Closing harus mulai tercapai. Closing ini sangat penting, minimal
untuk tetap mempertahankan optimisme. Di tahun kedua ini, investasi harus
semakin ditingkatkan. Investasi untuk belajar, expanding circle, experiment,
dan menguatkan berbagai skill yang menunjang keberhasilan ekspor.
Tahun
ketiga, kita sudah memiliki loyal buyers. Interaksi dan relationship dengan
buyer sudah seperti friends, bukan lagi mitra bisnis an sich. Loyal buyers ini
yang akan menjadi penopang keberlangsungan dan ekspansi bisnis ekspor. Di tahun
ketiga ini, kita sudah cukup stabil dalam memetic hasil dari proses yang
dijalani. Pathway sudah nampak begitu terang, seperti bermain Game Empire Earth
dimana peta sudah nampak jelas, sehingga segala potensi dan ancama tampak begitu
crystal clear.
Tahun
ke-empat, bisnis ekspor kita sudah cukup stabil. Kita sudah masuk pada fase
menikmati hasil. Namun harus diingat bahwa control emosi harus bagus. Boleh lah
kita memberikan self-reward, namun jangan terjebak pada gaya hidup hedon. Keseimbangan
finansial perusahaan harus diutamakan. Di tahun ke-empat ini, banyak pekerjaan
yang sudah mulai didelegasikan. Hal-hal yang sangat teknis harus sudah bisa
ditangani oleh para delegasi, individu-individu yang kita hire supaya bisa meng-handle
hal-hal teknis tersebut. Ibarat proses menjalani studi Doktoral, tahun ke-empat
ini adalah tahun menjelang wisuda. Sudah banyak paper yang kita publikasikan. Disertasi
juga sudah pada fase penyelesaian. Sebentar lagi wisuda. Ada rasa lega, namun
juga jangan lengah untuk memastikan bahwa we are still on the right track.
Tahun
ke-lima, kita sudah mapan. Harus berproses untuk menguatkan manajemen
perusahaan. Harus ada upaya agar kegiatan bisnis ekspor kita lekas untuk tidak
lagi bergantung pada supplier. Ekspor komoditas yang sudah sejauh ini dijalani
tetap menjadi core business. Namun harus ada upaya diversifikasi usaha. Harus mulai
merintis memiliki produk sendiri yang merupakan produk olahan, bukan produk
mentah. Di tahun ke-lima ini, sudah ada beberapa Bahasa asing yang sudah
dikuasai. Bahasa Jepang, Spanyol, Korea, Arab, dan Prancis. Minimal lima Bahasa
itu. Syukur-syukur cukup paham dengan Bahasa Mandarin, italia, jerman dan
rusia. Itu bonus.
Target
market kita memang luas, namun harus ada keputusan untuk memiliki target market
utama. Ada wilayah tertentu yang menjadi target utama market kita. Tentu target
market tersebut disesuaikan dengan produk yang dimiliki. Untuk herbs and
spices, target market utama ya timur tengah, china, jepang, afrika, dan eropa.
Setelahnya,
kita sudah berada pada fase focus berbagi. Bukan lagi kegiatan bisnis semata
yang menjadi aktivitas keseharian kita. Melainkan edukasi terhadap masyarakat,
serta berperan dalam mengembangkan ekosistem ekspor di Indonesia. Saat itu, aku
sudah tampil dimana-mana memberikan pencerahan dan menunjukkan jalan kepada
pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM), terutama generasi muda, tentang pentingnya
dan bagaimana caranya menggeluti dunia ekspor.
Sudah
beberapa tahun berlalu, aku sudah merambah pada focus menekuni kegiatan filantrofi.
Semakin mendekatkan diri pada ilahi. Dunia sudah diraih, dan akhirat harus
menjadi focus utama.
Itu
rencana kita sebagai manusia. Selebihnya, Alloh SWT yang akan menentukan apakah
segala rencana ini akan terwujud sebagaimana ia tersusun, ataukah Alloh SWT
berkehendak lain. Wallohua’lam bisshowab.
Bismillah….watashinara
dekiru yo!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar