Jumat, 09 Agustus 2024

RANGKUMAN KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PROGRAM GURU PENGGERAK

 

RANGKUMAN KONEKSI ANTAR MATERI

MODUL 3.1 PROGRAM GURU PENGGERAK

CGP: Dahlan, M.Ed

 

Gambar: https://smkbinaharapan.sch.id/guru-penggerak/



1.   Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan ajaran Pratap Triloka—"Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani"—sangat relevan dalam konteks pengambilan keputusan sebagai pemimpin.

·  Ing Ngarso Sung Tulodho (Di depan memberi teladan) mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus menjadi contoh yang baik dalam segala hal, termasuk dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil harus mencerminkan nilai-nilai kebajikan, kejujuran, dan keadilan yang diharapkan dari seorang pemimpin.

·  Ing Madyo Mangun Karso (Di tengah membangun semangat) menunjukkan bahwa pemimpin juga perlu mempertimbangkan partisipasi dan aspirasi orang-orang yang dipimpinnya. Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin harus melibatkan anggota tim, mendengarkan pendapat mereka, dan mendorong mereka untuk berkontribusi.

·  Tut Wuri Handayani (Di belakang memberikan dorongan) berarti bahwa setelah keputusan diambil, pemimpin harus mendukung implementasi keputusan tersebut dengan memberikan motivasi dan dukungan kepada tim. Filosofi ini menegaskan pentingnya pemimpin untuk mendorong kemandirian dan tanggung jawab di antara orang-orang yang dipimpinnya.

 

2.   Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat mempengaruhi prinsip-prinsip yang kita pegang dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, empati, keadilan, dan tanggung jawab menjadi landasan dalam setiap keputusan yang diambil.

Ketika dihadapkan pada situasi yang kompleks, nilai-nilai ini berfungsi sebagai kompas moral yang membimbing kita untuk membuat keputusan yang tidak hanya bermanfaat secara pragmatis, tetapi juga benar secara etis. Pemimpin yang berpegang teguh pada nilai-nilai kebajikan akan cenderung membuat keputusan yang adil dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat, bukan hanya untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu.

 

3.   Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan sangat terkait dengan kegiatan coaching yang diberikan oleh pendamping atau fasilitator dalam program Guru Penggerak. Melalui sesi coaching, kita dapat mengevaluasi kembali keputusan yang telah diambil dengan bantuan pandangan luar yang objektif.

Dalam coaching, fasilitator membantu kita untuk:

·  Mengklarifikasi tujuan dan nilai-nilai yang mendasari keputusan kita.

·  Menguji efektivitas keputusan tersebut dengan mengajukan pertanyaan kritis yang mendorong refleksi lebih dalam.

·  Mengeksplorasi alternatif-alternatif yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya.

·  Menilai dampak keputusan terhadap diri kita sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar.

Proses coaching ini memungkinkan kita untuk mendapatkan wawasan baru, mengevaluasi keputusan yang telah diambil, dan membuat penyesuaian jika diperlukan. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul selama sesi coaching membantu kita melihat berbagai sudut pandang dan memahami konsekuensi dari keputusan kita secara lebih komprehensif.

Dengan demikian, coaching berperan sebagai alat yang sangat penting dalam memastikan bahwa pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan tidak hanya tepat secara teoritis, tetapi juga efektif dan aplikatif dalam praktek kepemimpinan sehari-hari.

 

4.   Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya sangat krusial dalam pengambilan keputusan, terutama ketika dihadapkan dengan dilema etika. Guru yang memiliki kesadaran diri yang tinggi akan lebih mampu mengidentifikasi perasaan dan bias pribadinya yang dapat mempengaruhi cara pandang dan pengambilan keputusan. Dengan kesadaran ini, guru dapat menilai situasi secara lebih objektif dan mempertimbangkan berbagai perspektif yang ada.

Ketika seorang guru dapat mengendalikan emosinya, dia akan lebih tenang dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan dan dapat membuat keputusan yang lebih bijak dan adil. Misalnya, dalam situasi di mana seorang siswa berperilaku tidak sesuai dengan norma yang berlaku, guru yang mampu mengelola emosinya tidak akan segera bereaksi secara impulsif atau menghukum secara tidak adil, melainkan akan mempertimbangkan berbagai faktor seperti latar belakang siswa tersebut, motivasi di balik tindakan siswa, serta dampak jangka panjang dari keputusan yang diambil.

 

5.   Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika mendorong seorang pendidik untuk mengkaji ulang dan merefleksikan nilai-nilai yang dianutnya. Setiap keputusan yang dibuat oleh pendidik seharusnya mencerminkan prinsip-prinsip moral yang mereka yakini, seperti keadilan, integritas, empati, dan tanggung jawab. Ketika pendidik dihadapkan pada situasi etis yang kompleks, nilai-nilai inilah yang menjadi landasan utama dalam mempertimbangkan berbagai pilihan yang ada.

Dalam pembahasan studi kasus, seorang pendidik harus mengaitkan keputusan-keputusan yang diambil dengan nilai-nilai yang mereka pegang. Hal ini membantu pendidik untuk tetap konsisten dan jujur terhadap dirinya sendiri dalam menghadapi berbagai situasi yang sulit. Misalnya, dalam kasus di mana seorang siswa yang berkebutuhan khusus menghadapi diskriminasi, seorang pendidik yang berpegang teguh pada nilai keadilan akan berusaha mencari solusi yang adil dan inklusif, bukan hanya sekedar mengikuti aturan tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap siswa tersebut.

 

6.   Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat oleh seorang pendidik sangat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman di sekolah. Keputusan yang adil, transparan, dan berdasarkan nilai-nilai kebajikan akan membangun kepercayaan antara guru, siswa, dan seluruh komunitas sekolah. Lingkungan yang aman dan nyaman memungkinkan siswa untuk belajar dan berkembang tanpa rasa takut atau khawatir, sementara lingkungan yang kondusif memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

Misalnya, ketika guru menghadapi kasus bullying di sekolah, keputusan untuk menangani masalah ini dengan cepat, adil, dan penuh empati akan menunjukkan kepada siswa bahwa keamanan dan kesejahteraan mereka adalah prioritas utama. Ini juga mengirimkan pesan bahwa perilaku yang tidak menghargai orang lain tidak akan ditoleransi, sehingga menciptakan budaya sekolah yang menghargai keragaman dan memperlakukan semua orang dengan hormat.

Keputusan-keputusan yang tepat juga memberikan contoh kepada siswa tentang bagaimana seharusnya mereka bertindak dalam kehidupan sehari-hari, sehingga turut membentuk karakter mereka untuk menjadi individu yang bertanggung jawab dan memiliki integritas. Dalam jangka panjang, lingkungan yang demikian tidak hanya menguntungkan proses belajar mengajar, tetapi juga berkontribusi pada pembentukan generasi yang lebih baik di masa depan.

 

7.   Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Salah satu tantangan utama yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan di lingkungan sekolah adalah adanya berbagai kepentingan yang berbeda antara pihak-pihak yang terlibat, seperti guru, siswa, orang tua, dan administrasi sekolah. Selain itu, seringkali terdapat perbedaan pandangan atau standar moral di antara individu-individu ini yang dapat menimbulkan dilema etika.

Dalam konteks perubahan paradigma, seperti penerapan Kurikulum Merdeka yang lebih menekankan pada kemandirian dan kebebasan siswa dalam belajar, ada tantangan tambahan dalam mengubah pola pikir dari pendekatan tradisional yang lebih otoritatif ke pendekatan yang lebih partisipatif dan berbasis nilai-nilai kebajikan. Proses ini tidak selalu mudah karena membutuhkan waktu untuk membangun budaya sekolah yang baru dan untuk memastikan bahwa semua pihak merasa nyaman dan mendukung perubahan tersebut.

 

8.   Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Keputusan yang kita ambil sebagai guru dan pemimpin pembelajaran memiliki dampak langsung terhadap kemampuan kita untuk memerdekakan siswa dalam belajar. Ketika kita membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan, seperti keadilan, kepedulian, dan kejujuran, kita menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung bagi siswa. Ini memungkinkan mereka untuk merasa dihargai dan didorong untuk berkembang sesuai dengan potensi mereka masing-masing.

Dalam menentukan pembelajaran yang tepat bagi potensi siswa yang berbeda-beda, pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan juga membantu kita untuk lebih peka terhadap kebutuhan individu setiap siswa. Dengan demikian, kita dapat merancang pembelajaran yang inklusif, diferensiasi, dan responsif terhadap keragaman kemampuan, minat, dan gaya belajar siswa. Hal ini sejalan dengan prinsip pengajaran yang memerdekakan, di mana setiap siswa diberi ruang untuk berkembang sesuai dengan keunikan mereka.

 

9.   Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran yang mengambil keputusan dengan mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan akan mempengaruhi kehidupan dan masa depan siswa secara positif. Keputusan yang adil, bijaksana, dan berorientasi pada kesejahteraan siswa akan menciptakan iklim belajar yang kondusif dan mendukung perkembangan pribadi serta akademik siswa.

Sebagai contoh, jika seorang pemimpin pembelajaran memutuskan untuk mengimplementasikan kebijakan yang mendukung inklusivitas dan menghargai keberagaman, siswa akan belajar untuk saling menghargai perbedaan dan mengembangkan empati. Ini tidak hanya membantu mereka menjadi individu yang lebih baik, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab di masa depan.

Lebih jauh lagi, keputusan-keputusan ini dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi siswa untuk mencapai potensi maksimal mereka. Seorang pemimpin yang menunjukkan integritas dan komitmen terhadap nilai-nilai kebajikan akan menjadi panutan bagi siswa, yang pada gilirannya akan mempengaruhi sikap, perilaku, dan pilihan mereka di masa depan. Keputusan yang dibuat dengan bijaksana dan penuh pertimbangan ini akan meninggalkan jejak yang mendalam dalam kehidupan siswa, mempengaruhi jalan hidup mereka jauh di luar lingkungan sekolah.

 

10. Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul ini adalah bahwa pengambilan keputusan yang berbasis pada nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses yang dilalui untuk mencapai keputusan tersebut. Hal ini mencakup pemahaman mendalam tentang dilema etika dan bujukan moral, serta bagaimana prinsip-prinsip moral dapat menjadi landasan yang kuat dalam membuat keputusan yang adil dan bijaksana. Keterkaitan dengan modul-modul sebelumnya, seperti konsep coaching dan supervisi akademik, serta pengembangan kompetensi sosial-emosional, memperlihatkan bahwa seorang pemimpin harus mampu mengintegrasikan aspek-aspek etika dalam setiap tindakan dan keputusan, serta mendukung pengembangan individu lainnya secara holistik.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pemahaman saya tentang konsep dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan semakin mendalam setelah mempelajari modul ini. Dilema etika, yang sering kali menempatkan kita pada situasi di mana pilihan yang ada tampaknya sama-sama benar atau salah, menuntut pemimpin untuk berpegang pada nilai-nilai kebajikan sebagai panduan. Adanya 4 paradigma pengambilan keputusan (individual vs. masyarakat, kebenaran vs. loyalitas, jangka pendek vs. jangka panjang, keadilan vs. kasih sayang) serta 3 prinsip (kegunaan, hak individu, dan keadilan) memberikan kerangka berpikir yang jelas dalam menghadapi situasi kompleks. Yang cukup mengejutkan bagi saya adalah betapa strukturalnya pendekatan pengambilan keputusan ini, terutama dalam 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, yang ternyata memberikan alat yang sangat praktis dan sistematis untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil benar-benar berakar pada prinsip-prinsip moral.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah menghadapi situasi moral dilema sebagai pemimpin, terutama ketika harus memutuskan antara kepentingan pribadi dan kepentingan tim. Namun, saya menyadari bahwa pendekatan saya pada saat itu masih sangat intuitif dan kurang sistematis. Modul ini memberikan saya kerangka kerja yang lebih jelas dan komprehensif dalam menghadapi dilema semacam itu, terutama dengan penerapan langkah-langkah pengujian keputusan yang membuat saya lebih yakin dalam mengambil keputusan yang adil dan tepat.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Mempelajari konsep pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan ini membawa perubahan signifikan dalam cara saya mengambil keputusan. Sebelumnya, keputusan saya lebih banyak didasarkan pada insting dan pertimbangan pribadi. Namun, setelah memahami modul ini, saya kini lebih cenderung menggunakan pendekatan yang lebih analitis dan terstruktur, dengan mempertimbangkan berbagai aspek moral dan etika yang terkait. Ini memberikan keyakinan lebih dalam proses pengambilan keputusan dan membantu saya untuk lebih konsisten dalam memegang nilai-nilai kebajikan.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Memahami topik modul ini sangat penting bagi saya baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Sebagai individu, pemahaman ini memperkuat integritas pribadi saya dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan. Sebagai pemimpin, konsep ini memberikan fondasi yang kokoh untuk membuat keputusan yang tidak hanya efektif tetapi juga berakar pada prinsip-prinsip etika yang kuat. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan dan kredibilitas, serta memberikan teladan yang baik bagi orang-orang yang saya pimpin.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar