Pagi ini, aku putar kembali film 3 idiots karya Amir
Khan. Ini film terbagus yang tak pernah bikin aku bosan. Tiap kali aku tonton,
tiap kali itu pula aku meneteskan air mata. Tak habis-habisnya film ini
mengaduk-aduk emosiku, meski sudah berkali-kali aku menontonnya.
Semua bagian dari film ini sempurna, menurutku. Namun bagian
yang paling menarik adalah tentang persahabatan yang tulus. Rancho (yang
diperankan oleh Amir Khan) adalah sosok sahabat yang penuh kasih sayang dan
ketulusan. Apa pun dia lakukan demi kebaikan sahabat-sahabat terdekatnya, Raju
Rastogi dan Farhan.
Sangkin inspiratifnya kisah persahabatan antara ketiga
karakter tersebut, aku pernah terobsesi untuk memiliki apa yang disebut dengan
sahabat sejati. Persahabatan yang seperti diperankan oleh ketiga karakter tadi.
Tak masalah jika dalam kisah persahabatan itu aku berperan sebagai Rancho, Raju
atau pun Farhan. Begitu lama aku terobsesi untuk memiliki persahabatan seperti
itu, sejak aku menonton film tersebut di tahun 2010. Namun tak pernah aku
mendapatkannya.
Kadang aku penasaran, seperti apa rasanya memiliki dan
menjadi sahabat sejati. pernah aku berpikir bahwa sepertinya aku akan memiliki
persahabatan yang sejati, namun kandas karena factor kurang cocoknya karakter,
ego, dan gesekan kepentingan. Aku jadi berpikir, apakah persahabatan sejati
layaknya yang ada dalam film 3 idiots tersebut hanyalah sebuah dogeng
perfileman. Rasanya seperti susah untuk mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Setidaknya,
itu yang aku rasakan.
Kadang aku menjalin persahabatan dengan seorang teman
yang aku yakini bakal menjadi teman sejati. namun persahabatan tersebut kandas
karena urusan hutang. Dia berhutang, tidak mengembalikkannya dalam waktu yang
lama. Hingga hal tersebut memutus komunikasi antara kami. Bukan aku yang
memutus, namun entah napa dia yang sepertinya ingin menjaga jarak dariku. Padahal
aku menagih dengan cara sewajarnya, toh aku memang memiliki kewajiban untuk
menagihnya.
Pernah aku menjalin persahabatan dengan seorang teman
yang aku kira akan menjadi sahabat sejati. namun ternyata kandas karena masalah
karakter. Dia terlalu perhitungan untuk aku yang berusaha selalu dermawan. Mana
ada sahabt sejati yang terlalu perhitungan. Itu bukan persahabatan sejati yang
aku maksud dan inginkan.
Pernah pula aku menjalin persahabatan dengan seorang
teman. Aku kira bakal menjadi sahabat sejati, namun kandas juga di tengah
jalan. Sahabat sejati itu penuh mutualisme. Aliran pemberian kebaikan
selayaknya dua arah, bukan searah. Yang terjadi adalah sahabatku ini terkesan
oportunis. Inginnya aku beri manfaat mulu, sementara dia tidak mengimbanginya. Aku
jadi merasa ini bukan model sahabat sejati yang aku dambakan. Dia terlalu
pragmatis untuk disebut sebagai seorang sahabat sejati.
Lantas, sahabat sejati itu yang seperti apa? Aku masih
penasaran. Aku merasa masih belum bisa mendapatkan sahabat sejati sebagaimana
kisah persahabatan Rancho, Raju dan Farhan. Aku jadi bertanya-tanya kepada diri
sendiri. Jangan-jangan aku sendiri lah yang memupuskan harapan terjalinnya
persahabatan sejati yang selama ini aku dambakan. Aku jadi berpikir banyak hal.
Andai aku tak perlu mempedulikan betapa pragmatisnya temanku tadi, mungkin aku
bisa mendapatkan sahabt sejati. Namun persahabatan sejati macam apa yang
terjalin dengan salah satu pihak meraih manfaat sementara yang satunya tidak
sama sekali. Aku juga berpikir, andai aku ikhlaskan saja hutang yang aku beri,
mungkin aku masih bisa menjadikan temanku sahabat sejati. Namun aku berpikir
pula, persahabatan sejati macam apa yang bisa terwujud ketika seorang teman
yang berhutang tidak beritikad baik untuk melunasi hutangnya?
Mungkin belum menjadi rejeki aku untuk memiliki
sahabat sejati. hingga sekarang hal itu masih jadi misteri. Rasa penasaranku
masih tinggi, seperti apa rasanya menjalin persahabatan sejati itu. Namun aku
masih ingat, bahwa apa pun yang kita dambakan dengan penuh focus akan mewujud
jadi nyata. Akankah sahabat sejatiku akan mewujud dalam sosok yang bernama
istri? Nah…ini juga misteri, karena aku belum beristri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar