Sabtu, 03 Desember 2022

3 Idiots dan Persahabatan Sejati

 

Pagi ini, aku putar kembali film 3 idiots karya Amir Khan. Ini film terbagus yang tak pernah bikin aku bosan. Tiap kali aku tonton, tiap kali itu pula aku meneteskan air mata. Tak habis-habisnya film ini mengaduk-aduk emosiku, meski sudah berkali-kali aku menontonnya.

Semua bagian dari film ini sempurna, menurutku. Namun bagian yang paling menarik adalah tentang persahabatan yang tulus. Rancho (yang diperankan oleh Amir Khan) adalah sosok sahabat yang penuh kasih sayang dan ketulusan. Apa pun dia lakukan demi kebaikan sahabat-sahabat terdekatnya, Raju Rastogi dan Farhan.

Sangkin inspiratifnya kisah persahabatan antara ketiga karakter tersebut, aku pernah terobsesi untuk memiliki apa yang disebut dengan sahabat sejati. Persahabatan yang seperti diperankan oleh ketiga karakter tadi. Tak masalah jika dalam kisah persahabatan itu aku berperan sebagai Rancho, Raju atau pun Farhan. Begitu lama aku terobsesi untuk memiliki persahabatan seperti itu, sejak aku menonton film tersebut di tahun 2010. Namun tak pernah aku mendapatkannya.

Kadang aku penasaran, seperti apa rasanya memiliki dan menjadi sahabat sejati. pernah aku berpikir bahwa sepertinya aku akan memiliki persahabatan yang sejati, namun kandas karena factor kurang cocoknya karakter, ego, dan gesekan kepentingan. Aku jadi berpikir, apakah persahabatan sejati layaknya yang ada dalam film 3 idiots tersebut hanyalah sebuah dogeng perfileman. Rasanya seperti susah untuk mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Setidaknya, itu yang aku rasakan.

Kadang aku menjalin persahabatan dengan seorang teman yang aku yakini bakal menjadi teman sejati. namun persahabatan tersebut kandas karena urusan hutang. Dia berhutang, tidak mengembalikkannya dalam waktu yang lama. Hingga hal tersebut memutus komunikasi antara kami. Bukan aku yang memutus, namun entah napa dia yang sepertinya ingin menjaga jarak dariku. Padahal aku menagih dengan cara sewajarnya, toh aku memang memiliki kewajiban untuk menagihnya.

Pernah aku menjalin persahabatan dengan seorang teman yang aku kira akan menjadi sahabat sejati. namun ternyata kandas karena masalah karakter. Dia terlalu perhitungan untuk aku yang berusaha selalu dermawan. Mana ada sahabt sejati yang terlalu perhitungan. Itu bukan persahabatan sejati yang aku maksud dan inginkan.

Pernah pula aku menjalin persahabatan dengan seorang teman. Aku kira bakal menjadi sahabat sejati, namun kandas juga di tengah jalan. Sahabat sejati itu penuh mutualisme. Aliran pemberian kebaikan selayaknya dua arah, bukan searah. Yang terjadi adalah sahabatku ini terkesan oportunis. Inginnya aku beri manfaat mulu, sementara dia tidak mengimbanginya. Aku jadi merasa ini bukan model sahabat sejati yang aku dambakan. Dia terlalu pragmatis untuk disebut sebagai seorang sahabat sejati.

Lantas, sahabat sejati itu yang seperti apa? Aku masih penasaran. Aku merasa masih belum bisa mendapatkan sahabat sejati sebagaimana kisah persahabatan Rancho, Raju dan Farhan. Aku jadi bertanya-tanya kepada diri sendiri. Jangan-jangan aku sendiri lah yang memupuskan harapan terjalinnya persahabatan sejati yang selama ini aku dambakan. Aku jadi berpikir banyak hal. Andai aku tak perlu mempedulikan betapa pragmatisnya temanku tadi, mungkin aku bisa mendapatkan sahabt sejati. Namun persahabatan sejati macam apa yang terjalin dengan salah satu pihak meraih manfaat sementara yang satunya tidak sama sekali. Aku juga berpikir, andai aku ikhlaskan saja hutang yang aku beri, mungkin aku masih bisa menjadikan temanku sahabat sejati. Namun aku berpikir pula, persahabatan sejati macam apa yang bisa terwujud ketika seorang teman yang berhutang tidak beritikad baik untuk melunasi hutangnya?

Mungkin belum menjadi rejeki aku untuk memiliki sahabat sejati. hingga sekarang hal itu masih jadi misteri. Rasa penasaranku masih tinggi, seperti apa rasanya menjalin persahabatan sejati itu. Namun aku masih ingat, bahwa apa pun yang kita dambakan dengan penuh focus akan mewujud jadi nyata. Akankah sahabat sejatiku akan mewujud dalam sosok yang bernama istri? Nah…ini juga misteri, karena aku belum beristri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar