Minggu, 25 Desember 2022

Aku Belajar Dari Teja

 



Di kunjunganku ke Jogja kali ini, aku mendapatkan pelajaran berharga. 

Namanya Teja, seorang sahabat yang ku kenal dari dunia maya. Aku pertama kali bertemu dengannya pada tahun 2020 di Jogja, setelah beberapa tahun sebelumnya berteman dengannya di dunia maya tanpa pernah bersua. Ini kali kedua aku bertemu dengannya, mumpung aku berkunjung ke Jogja. Sebagaimana yang aku dapati saat pertama kali bertemu dengannya, pertemuan kali ini aku mendapatkan begitu banyak pelajaran berharga darinya. Tentang prinsip menjalani hidup, tentang pernikahan, tentang keuangan, tentang persahabatan, tentang menjadi seorang ayah dan suami, tentang mengelola kekayaan, tentang rasa syukur, tentang berbakti kepada orang tua.

"Aku terimakasih banget sama kamu, Ja. Kamu sudah memberiku banyak hal berharga, terutama ilmu. Aku juga minta maaf, karena aku tidak memberimu apa-apa. Orang bijak bilang bahwa persahabatan yang baik adalah yang ada mutualisme dalam hal memberikan value. Harus ada reciprocal give and take. Sedangkan aku hanya mendapatkan banyak value dan kebaikan darimu tanpa aku mengimbangi memberikan sesuatu padamu," begitu kataku padanya, saat makan siang di sebuah warung steak.

Dia menjawab dengan meyakinkanku bahwa aku tak perlu merasa sungkan seperti itu. Menurutnya, pada dasarnya, memberi adalah sebuah ungkapan rasa syukur yang tulus atas segala karunia Tuhan. Tak perlu memberi dengan harapan meraih balasan dari yang diberi. Cukup anggap itu sebagai pajak atas segala karunia tak terhingga yang dikaruniakan oleh Alloh SWT. 

Ini pelajaran spiritual banget buatku, yang disampaikan oleh orang yang menjalani hidupnya secara inspiratif. 

Momen pengubah hidup Teja

Pelajaran selanjutnya yang aku dapatkan dari dia adalah tentang konsep rejeki. Dia bercerita bagaimana awal mulanya dia memulai perjalanannya sebagai seorang pengusaha. Dulu, dia adalah seorang karyawan sebuah perusahaan swasta yang bergerak dalam dunia ekspor impor. Beruntungnya dia, di pekerjaan tersebut dia mendapatkan tugas yang berkaitan dengan hubungan internasional. Dia sering ditugasi oleh perusahaan tempat dia bekerja untuk melakukan negosiasi dan meeting dengan calon client perusahaannya di luar negeri. 

Turning point perubahan hidupnya terjadi saat dia melakukan business trip ke Hongkong. Sebuah kejadian blessing in disguise terjadi. Ceritanya, saat dia selesai dengan urusan pekerjaannya di Hongkong, dia dibelikan tiket pesawat untuk pulang ke Indonesia. Namun, tiket tersebut salah jadwal. Harusnya dia pulang di hari Sabtu, namun tiket pesawat sudah terlanjur issued untuk hari senin berikutnya. Dua hari lagi dia harus extend stay di Hongkong. Menyukai traveling, dia sempatkan mengunjungi Kota Makau, yang berjarak seperjalanan kapal Feri selama 20 menit dari Hongkong. 

Saat berada di sebuah lobby hotel di Makau, dia bertemu dengan orang asing yang nantinya mengubah cerita hidupnya. Orang tersebut berasal dari negara eropa, dan rupanya adalah seorang pengusaha biro perjalanan wisata. Setelah berkenalan dan berbincang-bincang dengan topik khas orang yang baru berkenalan, orang tersebut mengajukan sebuah pertanyaan yang membuat Teja berpikir. "Why don't you try to be an entrepreneur?". Teja menjawab bahwa dia ingin menjadi seorang pengusaha, namun dia tidak tau caranya. Terlebih, dia hanya seorang pegawai perusahaan yang setiap harinya bergelut dengan pekerjaan yang menjadi tupoksinya. 

Bukan hanya bertanya, orang tersebut menawarinya proyek sekaligus. "If you wanna have a try, I will let you handle 30 tourists from my country to visit Indonesia. Just make them Happy, bring them to the places that you thing they will spend their time fascinatingly." 

Dia kaget, merasa seperti mendapatkan anugerah secara tak terduga sekaligu meraih tantangan. Ada perasaan "it is now or never at all". Itu adalah kesempatan berlian, namun di waktu yang sama dia juga berpikir bahwa dia belum siap. Hingga akhirnya dia putuskan untuk mengambil kesempatan berharga tersebut. 

Selepas dari pertemuan dengan orang erpa tersebut, Teja langsung menghubungi temannya yang merupakan seorang pegiat dunia biro perjalanan di Bali. Dia konsultasi dan bekerjasama dengan temannya tersebut. Akhirnya, proyek pertama ini berhasil terlaksana dengan sukses. Dia berpikir, "ternyata mudah juga ya melakukan pekerjaan ini. Hanya dengan membuat orang senang, kemudian mendapatkan duit yang banyak begitu mudahnya". Mulai muncul rasa percaya diri yang membuncah. Energi keyakinan semakin mencapai titik kulminasinya saat dia dipercaya untuk menangani proyek kedua, ketiga dan keempat. Setelah semua terlaksana dengan sukses, terbersit dalam pikirannya untuk menjalani usaha tersebut secara mandiri. 

Persis di tahun 2015, atau setahun setelah momen pengubah hidupnya, Teja memulai kegiatan wirausahanya secara mandiri. Teja wisata berdiri. Seiring dengan berjalannya waktu, usahanya semakin berkembang. Brand Teja Wisata semakin dikenal oleh banyak kalangan. Manuver kegiatan usahanya semakin canggih. Networking terus dia upayakan. Pembenahan di berbagai lini perusahaannya terus dilakukan. Teja Wisata berubah menjadi kompetitor tangguh di tengah ketatnya persaingan usaha di bidang biro perjalanan wisata di Indonesia. 

Rejeki adalah karunia Alloh

Ini bukan kali pertama aku mendapati cerita tentang bagaimana seseorang meraih jalan rejeki berlimpah. Dari semua cerita tersebut, aku melihat sebuah pola. Ada beberapa kesimpulan yang aku ambil. Pertama, rejeki adalah murni kuasa prerogatif Alloh SWT. Banyak orang yang begitu dengan mudahnya ditunjukkan jalan olehNya untuk mendapatkan rejeki yang berlimpah. Sama sekali bukan karena hebatnya orang tersebut, namun karena memang Alloh yang menetapkan waktu untuknya meraih rejeki tersebut dengan cara yang ditunjukkan oleh Alloh SWT.

Kedua, ada kesamaan pola yang dialami orang-orang yang mendapati rejeki berlimpah. Mereka telah menghabiskan waktu dan proses untuk berusaha. Berbagai kegagalan telah mereka lalui. Hal ini nampak sebagai sebuah sunatulloh, bahwa manusia harus melakukan usaha secar giat terlebih dahulu, sebelum Alloh akhirnya menunjukkan kepada mereka jalan rejeki. Aku sering mendengar kata-kata klise yang berbunyi "tugas kita adalah berusaha. selebihnya Alloh yang menentukan". Kata-kata tersebut benar adanya. Mungkin karena kita terlalu sering mendengarnya, kita menganggap bahwa hal tersebut adalah klise. Namun ternyata benar adanya, bahwa kita harus berusaha dulu, jika kita berharap keberhasilan. Tugas kita bukan memberhasilkan diri, melainkan berusaha dengan segenap kemampuan yang kita miliki. Kita tidak bisa memberhasilkan diri, melainkan Alloh SWT lah yang berkuasa untuk membuat kita berhasil.

Ketiga, ada pola yang sama terjadi pada orang-orang yang sukses secara finansial, yaitu mereka pada umumnya memiliki suatu dorongan untuk berhasil bukan karena uang, melainkan karena ingin bermanfaat dan memiliki nilai. Dengan keberlimpahan, mereka meyakini bahwa mereka bisa mewujudkan berbagai impian serta berbuat banyak kebaikan.

Kesimpulan akhir

Banyak orang sukses yang awalnya tidak tahu menahu bagaimana mencapai kesuksesan tersebut. Alloh SWT menunjukkan jalan. Namun, sebelum mendapatkan jalan tersebut, orang harus sudah siap secara mental dan determinasi. Mereka harus sudah siap untuk sukses. Kesiapan tersebut tidak ditunjukkan dengan kata-kata, melainkan sikap mau menjalani proses apa pun untuk bisa meraih sukses. Siap untuk belajar. Siap untuk berproses. Ada pepatah mengatakan, "Jika seseorang sudah siap menjadi murid, maka guru akan datang dengan sendirinya". Mungkin kita tidak tau, kepada siapa kita bisa belajar. Berdasarkan pepatah tersebut, somehow kita akan mendapatkan seorang mentor hanya ketika kita sudah siap. 

Terimakasih, Teja.

Semoga inspirasi yang kau berikan berbalas pahala dan makin banyaknya karunia penuh keberkahan dari Alloh SWT.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar