Minggu, 16 Oktober 2022

Terimakasih, Ya, telah mengendalikan Yi, Sehingga aku tenang

 

“Aku mulai merasa tidak puas dengan kedaan sekitar”.

“Aku mengeluh dengan perlakuan lingkungan terhadapku”.

“Aku merasa bisa berbuat banyak, namun rasanya aku tidak diberdayakan”.

“Aku merasa mereka tidak memanusiakanku”.

“Aku merasa tidak diberi ruang untuk berkontribusi”.

“ Aku merasa masih dianggap sepele dan diremehkan”.

 

Terbersit begitu banyak keluh kesah dalam ruang pikiran dan perasaanku. Aku merasa tidak diberdayakan, padahal aku memiliki kapasitas untuk berkontribusi lebih. aku berpikir bahwa mereka terlalu tak tau diri untuk mendominasi, sementara mereka tidak mengimbangi diri dengan kapasitas dan kompetensi untuk berkontribusi. Melihat mereka, yang ada aku mengernyitkan dahi. Terkesan sombong, namun ini adalah puncak dari rasa muak ku kepada mereka yang tak memiliki idealisme namun memaksakan diri untuk selalu terus berada di depan. Tak rela mereka mengalah, untuk memberi ruang bagi yang lebih layak untuk membuat perubahan.

Segala sumpah serapah keluar dari pikiranku. Tak puas dengan keadaan. Mereka salah, dan aku benar. Begitu egoku. Kemudian aku duduk dan merenung. Kusimpulkan satu hal. Untuk apa aku menunggu situasi di luar untuk berpihak kepadaku. Mereka tidak berhutang apa-apa padaku. Aku sendiri lah yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi padaku. Seharusnya aku sadar dari dulu, bahwa berharap kepada manusia hanya akan berbuah rasa kecewa. Mengandalkan diri untuk membuat aksi adalah hal yang semestinya aku lakukan. Daripada mengeluhkan hujan di jalan, mending aku berteduh. Daripada mengeluhkan masakan warung yang tidak enak, mending aku masak sendiri. Ya, aku bertanggungjawab atas diriku sendiri.

Aku adalah dua sisi yang bersemayam dalam satu tubuh. Satu sisiku (Yi) adalah si pengeluh. Sisi satunya (Ya) adalah si bijaksana. Dan aku bersukur atas adanya dua sisiku ini.

Coba kau tanyakan pada dirimu sendiri. Apakah selama ini kau berharap akan pujian manusia atas kontribusi yang engkau berikan?

Yi: “Apakah aku salah, jika aku berharap untuk diberi kesempatan untuk berkontribusi lebih?. aku manusia normal, yang memiliki kebutuhan aktualisasi diri. Memiliki kebutuhan untuk dihargai. Memiliki keinginan untuk diberi kepercayaan karena aku punya kemampuan untuk membuktikan”.

Ya: “Tidak salah, memang. Namun kamu harus tahu, bahwa berharap pada manusia untuk berbuat adil padamu hanya akan meninggalkan kekecewaan. Fokuslah pada upaya perwujudan rencana-rencanamu. Fokuslah untuk mencapai titik keberhasilanmu. Bukan untuk pembuktian terhadap orang lain, karena itu tidak perlu. Melainkan untuk pembuktian terhadap dirimu sendiri. Agar kau semakin meyakini, bahwa kau bisa berdikari. Bahwa kamu bisa mencapai titik puncak tertinggi tanpa uluran tangan mereka”.

Seketika aku tersadar, “Iya juga ya. Jika memang aku berkapasitas dan berkompetensi, semestinya aku mengandalkan diri sendiri. Focus pada rencana yang aku miliki, dan mewujudkannya sendiri”.

Ya telah menyadarkan Yi, sehingga aku tenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar