Senin, 10 Oktober 2022

Nda' papa!

 

Yang aku rasakan, hidup di luar negeri seperti Australia dan Jepang untuk waktu yang relatif lama tuh seperti hidup di planet lain yang untuk memasukinya aku harus bersusah payah melewati suatu portal. Ketika sudah ada di sana, segalanya terasa mudah. Namun proses masuknya begitu sulit. Aku belajar satu hal, bahwa ketika sudah berada di sana, jangan menoleh ke belakang, alias berpikir untuk pulang, kecuali visi misi sudah tercapai. Soalnya ketika sudah balik ke negara asal, kita harus memulai lagi prosesnya dari nol.

Aku cukup menyesal kenapa ketika kemarin setelah studi master di Australia aku buru-buru pulang. Memang sih, beasiswa mengharuskanku untuk kembali ke tanah air guna mengamalkan ilmu yang ku raih dan mengabdikan diri bagi negara. Namun sebenarnya ada celah untuk aku stay longer di sana. Aku bisa saja mengambil kesempatan untuk internship di sekolah di sana, mengajarkan bahasa indonesia, budaya, sekaligus observasi kelas bahasa inggris untuk non-english speaker. Mustinya kesempatan itu aku ambil, toh hal itu legal di mata pemberi beasiswa.

Andai saja aku masih di Australia setelah selesai studi, tentu akan lebih mudah untuk mengurus semua hal yang ebrkaitan dengan proses studi lanjut. Aku dekat dengan profesor calon dosen pembimbing. Aku juga dekat dengan kampus, yang sewaktu-waktu bisa menjadi tempat ternyaman untuk menulis dan menyusun proposal. Aku juga bisa lebih produktif menulis. Target menerbitkan buku kayaknya lebih mudah untuk terwujud, andai aku masih di sana. Aku juga bisa fokus mengumpulkan pundi-pundi dolar untuk membiayai haji dan membeli properti. Gaji untuk ortu juga bisa lebih besar, di banding ketika aku berada di dalam negeri.

Ah…ndak papa. Sudah terlanjur. Pasti semua ada hikmahnya. Nda papa aku mulai lagi dari nol. Toh di sini aku memang bener-bener bisa berkontribusi. Menyelenggarakan kelas bahasa inggris yang menarik bagi murid-muridku, mengisi berbagai seminar dengan beragam topik, mencari jodoh, dekat dengan orang tua, dan sebagainya. Akan aku mulai lagi dari nol.

Kembali ke kampung halaman, berarti aku kembali ke rutinitas. Kembali ke jadwal mengajar harian dimana aku harus berangkat pagi buta pulang petang. Kadang terbesit pikiran bahwa apa yang aku upayakan selama ini sia-sia, karena tidak merubah rutinitasku. Namun aku yakin semua tidak sia-sia. Suatu saat, pasti akan ada pencapaian besar, sebagai reward dari semesta atas upaya yang aku lakukan selama ini.

Fokusku kini adalah menyelesaikan draft buku, hingga benar-benar terbit. Fokus ku kini adalah mendapatkan jodoh untuk menemani hari-hariku. Fokusku kini adalah belajar tentang cara dagang rosululloh, yang daya jangkau nya melewati batas negara. Fokusku kini adalah menebarkan kebaikan, berbagi tips kepada sesama rekan kerja. Fokusku adalah memperbaiki diri, untuk bertanggungjawab secara konsekuen membuktikan diri sebagai umat rosululloh yang berakhlakul karimah dan bermanfaat bagi sesama.

Aku cukup menyesal kenapa kemarin buru-buru kembali ke tanah air. Namun aku yakini, bahwa ini ada hikmahnya. Daripada meratapi beras yang sudah menjadi bubur, mending mencari bahan-bahan apa yang bisa dijadikan bumbu dan topping untuk bubur tersebut sehingga enak disantap.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar