Yang
aku rasakan, hidup di luar negeri seperti Australia dan Jepang untuk waktu yang
relatif lama tuh seperti hidup di planet lain yang untuk memasukinya aku harus
bersusah payah melewati suatu portal. Ketika sudah ada di sana, segalanya
terasa mudah. Namun proses masuknya begitu sulit. Aku belajar satu hal, bahwa
ketika sudah berada di sana, jangan menoleh ke belakang, alias berpikir untuk
pulang, kecuali visi misi sudah tercapai. Soalnya ketika sudah balik ke negara
asal, kita harus memulai lagi prosesnya dari nol.
Aku
cukup menyesal kenapa ketika kemarin setelah studi master di Australia aku
buru-buru pulang. Memang sih, beasiswa mengharuskanku untuk kembali ke tanah
air guna mengamalkan ilmu yang ku raih dan mengabdikan diri bagi negara. Namun sebenarnya
ada celah untuk aku stay longer di sana. Aku bisa saja mengambil kesempatan
untuk internship di sekolah di sana, mengajarkan bahasa indonesia, budaya,
sekaligus observasi kelas bahasa inggris untuk non-english speaker. Mustinya
kesempatan itu aku ambil, toh hal itu legal di mata pemberi beasiswa.
Andai
saja aku masih di Australia setelah selesai studi, tentu akan lebih mudah untuk
mengurus semua hal yang ebrkaitan dengan proses studi lanjut. Aku dekat dengan
profesor calon dosen pembimbing. Aku juga dekat dengan kampus, yang
sewaktu-waktu bisa menjadi tempat ternyaman untuk menulis dan menyusun
proposal. Aku juga bisa lebih produktif menulis. Target menerbitkan buku
kayaknya lebih mudah untuk terwujud, andai aku masih di sana. Aku juga bisa
fokus mengumpulkan pundi-pundi dolar untuk membiayai haji dan membeli properti.
Gaji untuk ortu juga bisa lebih besar, di banding ketika aku berada di dalam
negeri.
Ah…ndak
papa. Sudah terlanjur. Pasti semua ada hikmahnya. Nda papa aku mulai lagi dari
nol. Toh di sini aku memang bener-bener bisa berkontribusi. Menyelenggarakan kelas
bahasa inggris yang menarik bagi murid-muridku, mengisi berbagai seminar dengan
beragam topik, mencari jodoh, dekat dengan orang tua, dan sebagainya. Akan aku
mulai lagi dari nol.
Kembali
ke kampung halaman, berarti aku kembali ke rutinitas. Kembali ke jadwal
mengajar harian dimana aku harus berangkat pagi buta pulang petang. Kadang terbesit
pikiran bahwa apa yang aku upayakan selama ini sia-sia, karena tidak merubah rutinitasku.
Namun aku yakin semua tidak sia-sia. Suatu saat, pasti akan ada pencapaian
besar, sebagai reward dari semesta atas upaya yang aku lakukan selama ini.
Fokusku
kini adalah menyelesaikan draft buku, hingga benar-benar terbit. Fokus ku kini
adalah mendapatkan jodoh untuk menemani hari-hariku. Fokusku kini adalah
belajar tentang cara dagang rosululloh, yang daya jangkau nya melewati batas
negara. Fokusku kini adalah menebarkan kebaikan, berbagi tips kepada sesama
rekan kerja. Fokusku adalah memperbaiki diri, untuk bertanggungjawab secara
konsekuen membuktikan diri sebagai umat rosululloh yang berakhlakul karimah dan
bermanfaat bagi sesama.
Aku
cukup menyesal kenapa kemarin buru-buru kembali ke tanah air. Namun aku yakini,
bahwa ini ada hikmahnya. Daripada meratapi beras yang sudah menjadi bubur,
mending mencari bahan-bahan apa yang bisa dijadikan bumbu dan topping untuk
bubur tersebut sehingga enak disantap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar