Selasa, 27 September 2022

Menyiasati Terbatasnya Alokasi Waktu Pembelajaran Bahasa Asing


Dengan alokasi waktu yang hanya dua jam pelajaran setiap minggu, rasanya hampir mustahil untuk mengandalkan pembelajaran di kelas supaya siswa bisa cakap berbahasa asing. Jika kita menilik berbagai studi tentang keberhasilan pembelajaran bahasa asing, ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap berhasil tidaknya belajar bahasa asing. Ada faktor motivasi pembelajar, lingkungan, keterlibatan orang tua, dan sarana serta prasarana. Di beberapa sekolah, ada banyak siswa yang lancar berbahasa asing. Mereka mendapatkan materi belajar bahasa asing tersebut di kelas formal di sekolah. Namun bukan itu faktor utama yang menentukan kelancaran berbahasa asing mereka, melainkan ada effort ekstra yang mereka lakukan seperti mengikuti kursus, baik online maupun offline. Sebagian dari mereka juga memiliki faktor pendukung berupa support dari lingkungan terdekat seperti keluarga. Terlepas dari efektif tidaknya pembelajaran bahasa asing di kelas formal, mereka tetap bisa lancar berbahasa asing.

Jika alokasi waktu belajar bahasa asing di sekolah begitu terbatas, lantas bagaimana supaya guru bisa membantu siswa menguasai bahasa asing? Ada tiga hal yang bisa dilakukan oleh guru to make the most of the learning process. Yang pertama adalah memanfaatkan waktu yang terbatas di kelas untuk mendorong peserta didik agar menjadi autonomous learner. Menjadikan mereka autonomous learner memang sangat menantang. Hal itu akan berkaitan dengan menumbuhkan motivasi belajar. Bagaimana caranya agar siswa merasa butuh untuk belajar bahasa asing. Menurut Bobby DePorter, pengarang buku Quantum Learning, ketika seorang individu memiliki motivasi untuk mempelajari sesuatu, maka tidak perlu banyak arahan untuk dia secara sadar dan sukarela melakukan aktivitas belajar secara mandiri.

Membangkitkan motivasi, atau menumbuhkan rasa butuh terhadap bahasa asing masuk ke dalam ranah ilmu psikologi belajar. Membangkitkan motivasi adalah ahal yang cukup menantang, karena cara orang mendapatkan motivasi begitu beragam. Ada yang termotivasi untuk belajar bahasa asing karena ingin memiliki pengalaman studi lanjut di luar negeri. Ada yang ingin bisa jalan-jalan di luar negeri. Ada yang sekedar ingin bisa berinteraksi dengan artis idola mereka. Ada yang ingin bekerja di luar negeri. Ada yang termotivasi belajar bahasa asing karena melihat role model berbahasa asing yang bagus dari seorang guru. Ada juga yang hanya sekedar ingin bisa memahami komik berbahasa asing. Begitu beragam motivasi individu dalam mempelajari bahasa asing. Ini adalah PR besar bagi guru bahasa asing dalam upaya membangkitkan motivasi siswa.

Hal kedua yang bisa dilakukan oleh guru adalah mengupayakan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. Mungkin guru tidak bisa sepenuhnya menjadikan proses pembelajaran yang relatif singkat di kelas sebagai faktor penentu keberhasilan siswa dalam belajar. Namun setidaknya guru menyuguhkan desain pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. Setidaknya para siswa merasa enjoy dengan proses belajar yang mereka jalani di kelas. Untuk bisa mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan, dibutuhkan kompetensi pedagogi, pemahaman psikologi, dan keterampilan profesional seorang guru. Supaya memiliki semua kompetensi tersebut, guru perlu terus mengupdate diri. Belajar sepanjang hayat adalah hal yang menjadi keniscayaan, supaya guru bisa menyelenggarakan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan.

Bayangkan jika para siswa merasakan flow dalam pembelajaran. Mereka menikmati setiap proses belajar. Assessment for learning terasa seperti bermain, padahal sesungguhnya mereka sedang dinilai untuk tujuan pembelajaran. Bayangkan mereka menonton video berbahasa asing, padahal di waktu yang bersamaan mereka belajar tentang listening dan vocabulary. Bayangkan mereka seperti sedang bermain-main dengan tebak kata dalam lirik lagu, padahal mereka sedang belajar tentang listening. Bayangkan mereka merasa sedang bermain-main dengan memberikan instruksi kepada teman mereka untuk menggambarkan sesuatu berdasarkan instruksi yang mereka sampaikan, padahal sejatinya mereka sedang berlatih listening dan speaking. Bayangkan mereka berlomba untuk memuncaki klasemen dalam test yang diselenggarakan menggunakan media Kahoot atau Quiziz, padahal mereka sedang menjalani formative assessment.

Hal ketiga yang guru bisa upayakan untuk menyiasati terbatasnya waktu pembelajaran bahasa asing di kelas adalah menciptakan atmosfir positif dan supportive di kelas. Banyak siswa yang insecure dengan level kemampuan bahasa asing mereka yang masih rendah. Hal tersebut biasanya membuat mereka ragu untuk tampil sekedar mencoba menjawab pertanyaan pemantik dari guru. Apalagi, verbal bullying seringkali efektif meruntuhkan mental siswa untuk unjuk gigi. Masih banyak kita temui dalam berbagai kelas bahwa siswa ditertawakan oleh rekan-rekannya atas kesalahan yang dia lakukan dalam menjawab pertanyaan, atau atas kekeliruan dalam menampilkan performance di depan kelas. Guru perlu memastikan bahwa siswa secara psikologis aman dari ketakutan akan bullyan atau kondisi yang meruntuhkan mental mereka. Guru perlu memastikan bahwa semua individu yang ada di kelas saling dukung satu sama lain. Situasi yang penuh dukungan biasanya akan meninggalkan kesan yang mendalam bagi siswa.  

Semua kebermaknaan dan keasyikan yang tersaji dalam pembelajaran memang membutuhkan effort guru. Menyajikan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan juga merupakan sebuah seni. Cara yang dilakukan oleh seorang guru dalam menyajikan pembelajaran bermakna dan menyenangkan mungkin berbeda dengan cara yang dilakukan oleh guru lain. Jika ketiga hal di atas dipraktikkan, maka guru bisa dikatakan making the most of the limited learning time.

Kita semua perlu belajar untuk bisa memaksimalkan waktu pembelajaran bahasa asing yang terbatas tersebut agar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar