Senin, 12 September 2022

Siswa ini biasa terlambat masuk sekolah, tapi...

 

Pagi ini, ada satu siswa terlambat masuk sekolah. Berdasarkan catatan kedisiplinannya yang dirangkum oleh BK, siswa ini termasuk sering terlambat. Sesuai dengan kebijakan penegakan kedisiplinan yang diberlakukan di sekolah ini, siswa yang terlambat melebihi batas toleransi harus dikarantina di ruangan khusus. Proses belajar dilakukan secara mandiri, melalui pengarahan dari guru mapel yang bersangkutan. Belajar sendiri, bagi sebagian siswa, terutama siswa yang ebrkepribadian introvert, mungkin akan terasa menyenangkan. Namun ketika belajar sendiri tersebut dilakukan dalam konteks sebagai sebuah hukuman, maka tentu kurang terasa menyenangkan.

Sistem karantina tersebut dilakukan sebagai kebijakan sekolah untuk menciptakan efek jera. Terbukti, cara tersebut cukup efektif mengurangi angka keterlambatan siswa. Sebelum aturan tersebut diberlakukan, angka keterlambatan siswa cukup signifikan. Dalam satu hari, bisa ada 20-an lebih siswa yang terlambat masuk sekolah. Sebagian siswa terlambat karena faktor jarak dan sarana transportasi. Maklum, sekolah ini berada di wilayah pegunungan dimana sarana transportasi masih jauh dari kata memadai. Namun sebagian lainnya murni karena faktor perilaku negatif (negative behavior).

Kembali ke topik tentang satu siswa yang terlambat di pagi ini. Sebut saja namanya adalah MZ. Karena catatan kedisiplinannya yang negatif, anak ini sering menjadi topik pembahasan di kalangan guru saat jam istirahat. Sebagian besar guru berkomentar negatif tentang perilaku siswa ini. Di antara mereka, jarang ada yang menyorot soal kebiasaan, kondisi keluarga, kondisi lingkungan dan segala hal yang menjadi faktor di balik perilaku keterlambatannya. Yang dibahas adalah apa yang nampak di luar, bahwa siswa tersebut sering terlambat dan itu adalah perilaku negatif. Namun ternyata ada hal-hal yang para guru sebaiknya tahu mengenai siswa tersebut. Dengan mengetahui berbagai faktor yang berpengaruh terhadap perilaku siswa tersebut, maka para guru bisa memandang dan menilai secara objektif tentang siswa tersebut.

Berdasarkan penelusuran yang aku lakukan, MZ ternyata memiliki kebiasaan begadang sampe malam. Dia tidak bisa tidur hingga pagi, jika sampai pukul 10 malam dia tidak tidur. Ketika hendak tidur sebelum jam 10, dia sering mendapatkan chat dari para calon buyer. Nah, ini yang menarik. MZ ini ternyata bergulat dengan kegiatan ekspor ikan hias ke berbagai negara. Perbedaan zona waktu sering memaksa dia untuk begadang hingga tengah malam bahkan pagi untuk menjalin komunikasi dengan para calon pembeli. Dia bercerita bahwa ada beberapa pembeli dari amerika, jerman, argentina, meksiko, prancis, dan beberapa negara lain yang memiliki zona waktu yang jauh berbeda dari indonesia. Dia merasa harus memberikan respon cepat setiap kali ada chat masuk dari calon buyer. Hal tersebut dilakukan agar calon buyer tidak kecewa, sehingga mengurungkan niatnya untuk membeli produk ikan hiasnya.

Di balik kebiasaan negatif berupa seringnya terlambat masuk sekolah, anak ini bisa dikatakan istimewa. Masih di usia yang relatif belia, namun aktivitasnya keren. Mendulang dolar dari berbisnis dengan orang dari mancanegara. Sayangnya, ekses negatif dari aktivitas ekspornya adalah keterlambatan masuk sekolah yang frekuensinya lumayan tinggi.

MZ hanya butuh pemahaman tentang manajemen waktu. Dia memiliki kegiatan yang keren. Aktivitas bisnis ekspornya membuatnya mampu membiayai kebutuhan sendiri. Bahkan orang tuanya sudah lama tidak memberinya uang jajan, semenjak dia bergulat dengan bisnis ekspor ikan hias.

Kebiasaan terlambat masuk sekolah memang perilaku negatif yang harus diluruskan. Namun para guru semestinya memandang dan menyelesaikan maslaah perilaku siswa dengan pendekatan yang holistik. Anak ini sbeenarnya juga merasa tidak nyaman dengan keterlambatan yang ia sering lakukan. Dia ingin merubah kebiasaan tersebut, namun dia belum menemukan formulanya agar bisa menjalani hari dan hidup secara seimbang, tertib dan efektif. Menangani anak ini, tidak perlu judgment tentang perilaku negatifnya. Yang dibutuhkan adalah pengarahan tentang manajemen waktu serta kerjasama antara sekolah dengan orang tuanya.

Aku mencoba mendekati MZ, dan menjalin komunikasi dengan anak ini. Cukup sering kami berkomunikasi. Bahkan, kadang MZ meminjam uang padaku untuk membeli produk dari supplier, dan ia segera melunasinya sesaat setelah buyer mentransfer uangnya. Komunikasi terjalin dengan topik-topik seputar kedisiplinan pula. Aku tanyakan segala hal tentang kesehariannya. Sehingga aku bisa menemukan berbagai fakta tentang dia. Anak ini spesial. Dia memiliki aktivitas yang keren, yang perlu dukungan. Soal kedisiplinan siswa memang harus ditangani. Namun mengetahui sisi lain dari kehidupan siswa tersebut yang berdampak pada perilakunya juga perlu dilakukan oleh guru. Pada dasarnya semua siwa yang berperilaku negatif membutuhkan bantuan orang dewasa dengan pendekatan komprehensif, bukan semata judgement tentang perilakunya.

Siapa sangka, anak yang sering terlambat dan menunjukan perilaku melanggar aturan sekolah justru di masa depan menjadi pribadi sukses yang berdampak positif bagi banyak orang. Dan faktanya, itu yang sering terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar