Setiap negara pada umumnya memiliki seperangkat aturan yang
harus dipatuhi oleh pengguna kendaraan bermotor. Ada aturan tentang batas kecepatan. Ada aturan tentang parkir. Ada aturan
tentang kewajiban menggunakan sabuk pengaman. Ada pula aturan tentang kepemilikan
berbagai dokumen seperti surat ijin mengemudi (SIM), surat kepemilikan
kendaraan, asuransi, dan lainnya. Tujuan aturan tersebut sangat jelas,
terciptanya ketertiban dalam berlalulintas di masyarakat. Meskipun semua negara
memiliki aturan yang relatif sama, namun pada kenyataannya mereka memiliki kondisi
ketertiban lalulintas yang berbeda. Dalam tulisan ini, aku tertarik untuk membahas
tentang betapa aturan berkendara di Australia bisa membentuk karakter positif masyarakat.
Di Australia, aturan batas
kecepatan sangat jelas, dan implementasi aturannya sangat tegas. Di tengah
kota, batas kecepatan berkendara pada umumnya ditetapkan antara 25 km hingga 60
km. Di jalan raya bebas hambatan seperti express way, batas kecepatan bisa
berkisar antara 80km hingga 110km. Para pengendara yang hobi berkecepatan
tinggi bisa mengekspresikan keinginannya untuk ngebut di jalan besar antar
state. Jalanan tersebut pada umumnya cukup lengang. Namun di área kota, jangan
harap pengendara bisa melaju dengan kencang sesuka mereka. Sekali melanggar,
sepucuk surat cantik berisi bukti pelanggaran dan jumlah tagihan denda pelanggaran
akan terkirim ke mailbox di rumah pelanggar tersebut.
Aturan berkendara di tempat-tempat
yang memiliki lampu lalu lintas juga sangat strict.
Melanggar batas walu hanya seperempat meter saja saat lampu lalu lintas
berwarna merah, pengendara akan menanggung konsekuensinya. Cerita seorang teman
yang pernah mendapatkan surat tilang karena bumper mobilnya melewati garis
batas saat berhenti di perempatan berlampu merah cukup menjadi pelajaran. Dia tidak
menyadari bahwa bumper mobilnya yang melewati garis batas yang bahkan tidka ada
seperempat meter saja membuatnya ditilang 300 dólar (3 juta rupiah).
Aturan tentang penggunaan sabuk
pengaman juga sangat strict. Namun, pelanggaran yang berkaitan dengan kealpaan dalam
memakai sabuk pengaman sudah sangat jarang. Hal tersebut terjadi karena sistem kendaraan
di Australia sudah secara otomatis memberikan peringatan kepada pengendara melalui
bunyi sirine notifikasi. Dengan demikian, pengendara tak akan lupa unutk
memakai sabuk pengaman.
Jangan berpikir bahwa karena
tidak ada polisi yang nampak berpatroli di perempatan atau di ruas jalanan tertentu
lantas pengendara akan aman untuk secara bebas menginjak pedal gas
kendaraannya. Jangan berpikir bahwa hanya karena polisi tidak nampak, maka orang
akan tidak ketahuan menggunakan handphone Sambil berkendara. Jangan berpiki
bahwa karena polisi tidak terlihat berpatroli, maka orang akan aman untuk
menerobos lampu merah saat situasi jalanan sepi. Kamera canggih yang dilengkapi
dengan sensor otomatis akan merekam secara jitu setiap tindakan pelanggaran. Australia
terkenal dengan pelaksanaan aturan yang tegas dan tanpa pandang bulu. Pasal-pasal
berkaitan dengan aturan berlalu lintas jelas. Jika dalam pasal tersebut berbunyi
bahwa seorang pelanggar kecepatan akan didenda 600 dólar, maka benar-benar 600 dólar
utuh yang ditagihkan kepada pelanggar yang harus ia bayar, tanpa ada kompromi.
Pembiasaan berkarakter positif
Aturan-aturan tersebut terkesan kaku.
Bagi sebagian orang yang terbiasa hidup di negara dengan aturan lalulintas
yang fleksibel, strict nya aturan lalu lintas di Australia mungkin akan membuat
mereka kurang nyaman berkendara. Namun, justru dari ketegasan implementasi
aturan tersebutlah tercipta masyarakat yang tertib, disiplin dan berkarakter. Bagaimana
tidak? Dengan uspremasi aturan yang ada, masyarakat memiliki perlakuan yang
setara. Semahal apa pun kendaraan yang orang miliki, dan se mewah apa pun fitur
kendaraan yang orang miliki, mereka tidak bias sembarangan dalam berkendara. Di
jalan raya, mereka akan setara posisinya dengan pengendara yang nilai kendaraannya
tak seberapa. Dari sisi tersebut, nampak suasana egaliter di jalan raya.
Di Australia, dengan segala aturan berkendara yang ada, orang
terbiasa untuk menjalani hidup yang disiplin. Di negara lain yang aturan
berlalulintasnya kurang ditegakkan dengan baik, orang mungkin akan tetap merasa santai
untuk berangkat kerja sedikit telat, karena mereka yakin tetap bisa sampai
tepat waktu dengan cara berkendara dengan kecepatan tinggi. Di Australia, orang
mau tidak mau harus menyesuaikan jadwal keberangkatan untuk bisa tiba di tempat
tujuan secara tepat waktu, karena tidak mungkin mereka memilih untuk ngebut di jalanan. Dengan tegasnya
aturan berlalulintas yang ada di Australia, orang tidak mengeluhkan tentang
jalanan yang penuh sesak. Orang tidak perlu membunyikan klakson, apalagi
membunyikannya keras-keras, karena tidak ada orang yang menyerobot jalan. Semua
melaju dan berhenti mengikuti aturan yang ada. Orang tidak perlu membunyikan
klakson di perempatan, karena tidak ada orang yang nekad untuk melaju saat
lampu berwarna merah. Situasi tersebut cukup memupuk perilaku sabar masyarakat.
Para pengendara sepeda memiliki ruas sendiri yang tidak boleh
dipakai oleh pengendara kendaraan ber-roda empat atau lebih. Pejalan kaki
memiliki hak istimewa untuk menghentikan laju kendaraan ketika mereka ingin
menyebrang jalan. Semua berjalan dengan penuh
nuansa saling menghargai dan saling memahami.
Aturan berkendara, jika
ditegakkan secara tegas, ternyata memiliki dampak positif yang snagat besar
terhadap perilaku masyarakat. Andai aturan berkendara di Indonesia dilaksanakan
secara tegas, mungkin tidka perlu lagi ada angka kecelakaan yang tinggi. Tidak perlu
lagi ada pertengkaran karena saling senggol antar kendaraan di jalan raya. Tak perlu
lagi ada keluh kesah karena jalanan macet sementara pengendara saling serobot jalan
untuk lekas tiba di tujuan. Karakter positif masyarakat bisa terwujud melalui
penegakkan aturan yang benar-benar lurus. Aku bayangkan, suasana berkenara
seperti itu ada di negeriku, Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar