Selasa, 01 Maret 2022

Berkendara dan Berkarakter di Australia


 

Setiap negara pada umumnya memiliki seperangkat aturan yang harus dipatuhi oleh pengguna kendaraan bermotor. Ada aturan tentang batas kecepatan. Ada aturan tentang parkir. Ada aturan tentang kewajiban menggunakan sabuk pengaman. Ada pula aturan tentang kepemilikan berbagai dokumen seperti surat ijin mengemudi (SIM), surat kepemilikan kendaraan, asuransi, dan lainnya. Tujuan aturan tersebut sangat jelas, terciptanya ketertiban dalam berlalulintas di masyarakat. Meskipun semua negara memiliki aturan yang relatif sama, namun pada kenyataannya mereka memiliki kondisi ketertiban lalulintas yang berbeda. Dalam tulisan ini, aku tertarik untuk membahas tentang betapa aturan berkendara di Australia bisa membentuk karakter positif masyarakat.

Di Australia, aturan batas kecepatan sangat jelas, dan implementasi aturannya sangat tegas. Di tengah kota, batas kecepatan berkendara pada umumnya ditetapkan antara 25 km hingga 60 km. Di jalan raya bebas hambatan seperti express way, batas kecepatan bisa berkisar antara 80km hingga 110km. Para pengendara yang hobi berkecepatan tinggi bisa mengekspresikan keinginannya untuk ngebut di jalan besar antar state. Jalanan tersebut pada umumnya cukup lengang. Namun di área kota, jangan harap pengendara bisa melaju dengan kencang sesuka mereka. Sekali melanggar, sepucuk surat cantik berisi bukti pelanggaran dan jumlah tagihan denda pelanggaran akan terkirim ke mailbox di rumah pelanggar tersebut.

Aturan berkendara di tempat-tempat yang memiliki lampu lalu lintas juga sangat strict. Melanggar batas walu hanya seperempat meter saja saat lampu lalu lintas berwarna merah, pengendara akan menanggung konsekuensinya. Cerita seorang teman yang pernah mendapatkan surat tilang karena bumper mobilnya melewati garis batas saat berhenti di perempatan berlampu merah cukup menjadi pelajaran. Dia tidak menyadari bahwa bumper mobilnya yang melewati garis batas yang bahkan tidka ada seperempat meter saja membuatnya ditilang 300 dólar (3 juta rupiah).

Aturan tentang penggunaan sabuk pengaman juga sangat strict. Namun, pelanggaran yang berkaitan dengan kealpaan dalam memakai sabuk pengaman sudah sangat jarang. Hal tersebut terjadi karena sistem kendaraan di Australia sudah secara otomatis memberikan peringatan kepada pengendara melalui bunyi sirine notifikasi. Dengan demikian, pengendara tak akan lupa unutk memakai sabuk pengaman.

Jangan berpikir bahwa karena tidak ada polisi yang nampak berpatroli di perempatan atau di ruas jalanan tertentu lantas pengendara akan aman untuk secara bebas menginjak pedal gas kendaraannya. Jangan berpikir bahwa hanya karena polisi tidak nampak, maka orang akan tidak ketahuan menggunakan handphone Sambil berkendara. Jangan berpiki bahwa karena polisi tidak terlihat berpatroli, maka orang akan aman untuk menerobos lampu merah saat situasi jalanan sepi. Kamera canggih yang dilengkapi dengan sensor otomatis akan merekam secara jitu setiap tindakan pelanggaran. Australia terkenal dengan pelaksanaan aturan yang tegas dan tanpa pandang bulu. Pasal-pasal berkaitan dengan aturan berlalu lintas jelas. Jika dalam pasal tersebut berbunyi bahwa seorang pelanggar kecepatan akan didenda 600 dólar, maka benar-benar 600 dólar utuh yang ditagihkan kepada pelanggar yang harus ia bayar, tanpa ada kompromi.

Pembiasaan berkarakter positif

Aturan-aturan tersebut terkesan kaku. Bagi sebagian orang yang terbiasa hidup di negara dengan aturan lalulintas yang fleksibel, strict nya aturan lalu lintas di Australia mungkin akan membuat mereka kurang nyaman berkendara. Namun, justru dari ketegasan implementasi aturan tersebutlah tercipta masyarakat yang tertib, disiplin dan berkarakter. Bagaimana tidak? Dengan uspremasi aturan yang ada, masyarakat memiliki perlakuan yang setara. Semahal apa pun kendaraan yang orang miliki, dan se mewah apa pun fitur kendaraan yang orang miliki, mereka tidak bias sembarangan dalam berkendara. Di jalan raya, mereka akan setara posisinya dengan pengendara yang nilai kendaraannya tak seberapa. Dari sisi tersebut, nampak suasana egaliter di jalan raya.

Di Australia, dengan segala aturan berkendara yang ada, orang terbiasa untuk menjalani hidup yang disiplin. Di negara lain yang aturan berlalulintasnya kurang ditegakkan dengan  baik, orang mungkin akan tetap merasa santai untuk berangkat kerja sedikit telat, karena mereka yakin tetap bisa sampai tepat waktu dengan cara berkendara dengan kecepatan tinggi. Di Australia, orang mau tidak mau harus menyesuaikan jadwal keberangkatan untuk bisa tiba di tempat tujuan secara tepat waktu, karena tidak mungkin mereka memilih untuk ngebut di jalanan. Dengan tegasnya aturan berlalulintas yang ada di Australia, orang tidak mengeluhkan tentang jalanan yang penuh sesak. Orang tidak perlu membunyikan klakson, apalagi membunyikannya keras-keras, karena tidak ada orang yang menyerobot jalan. Semua melaju dan berhenti mengikuti aturan yang ada. Orang tidak perlu membunyikan klakson di perempatan, karena tidak ada orang yang nekad untuk melaju saat lampu berwarna merah. Situasi tersebut cukup memupuk perilaku sabar masyarakat.

Para pengendara sepeda memiliki ruas sendiri yang tidak boleh dipakai oleh pengendara kendaraan ber-roda empat atau lebih. Pejalan kaki memiliki hak istimewa untuk menghentikan laju kendaraan ketika mereka ingin menyebrang jalan. Semua berjalan dengan penuh nuansa saling menghargai dan saling memahami.

Aturan berkendara, jika ditegakkan secara tegas, ternyata memiliki dampak positif yang snagat besar terhadap perilaku masyarakat. Andai aturan berkendara di Indonesia dilaksanakan secara tegas, mungkin tidka perlu lagi ada angka kecelakaan yang tinggi. Tidak perlu lagi ada pertengkaran karena saling senggol antar kendaraan di jalan raya. Tak perlu lagi ada keluh kesah karena jalanan macet sementara pengendara saling serobot jalan untuk lekas tiba di tujuan. Karakter positif masyarakat bisa terwujud melalui penegakkan aturan yang benar-benar lurus. Aku bayangkan, suasana berkenara seperti itu ada di negeriku, Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar