Kita sedang hidup di era dimana interaksi antar manusia semakin tidak terbatasi oleh jarak geografis, perbedaan budaya maupun Bahasa. Interaksi global antar manusia antar bangsa tersebut terjalin dalam berbagai sector kehidupan, seperti ekonomi, social, politik, budaya, dan lainnya. Di sector ekonomi, kita tentu akrab dengan merebaknya produk-produk impor dari negara lain yang masuk ke pasar di negara kita, maupun produk-produk domestik yang terpajang di berbagai rak toko di luar negeri. Di sector social budaya, kita cukup familiar dengan merebaknya budaya luar yang digandrungi oleh generasi muda seperti K-pop dan semacamnya. Itu semua adalah contoh tentang bentuk interaksi yang terjalin antar manusia dalam komunitas global.
Mau tidak
mau, manusia akan berada pada pusaran interaksi global. Sebagian manusia aktif
dalam interaksi tersebut. Sebagian lainnya hanya pasif menjadi penonton. Namun demikian,
walau hanya menjadi penonton, mereka tetaplah mendapatkan pengaruh dari adanya interaksi
global. Di era globalisasi ini, manusia akan saling mempengaruhi. Pengaruh tersebut
bisa positif, dan bisa pula negative. Pengaruh tersebut positif, jika ada
mutual benefit yang diraih dari interaksi global tersebut. Sementara, pengaruh negative
juga bisa dirasakan dampaknya, jika ada pihak yang dirugikan dari interaksi global
tersebut.
Era globalisasi
juga merupakan era opportunity. Interaksi global antar manusia membuka ruang bagi
setiap individu untuk meraih keuntungan tertentu. Dalam konteks ekonomi,
misalnya, para pegiat Usaha Mikro, kecil dan Menengah (UMKM) tidak perlu lagi
risau dengan sengitnya persaingan di pasar domestic. Mereka bisa menargetkan
berbagai pasar di luar negeri yang sangat terbuka luas untuk memasarkan
produk-produk mereka. Tentu, dibutuhkan kesungguhan untuk belajar agar bisa
bermain di pasaran luar negeri. Dalam sector Pendidikan misalnya, era
globalisasi memungkinkan manusia mengakses berbagai sumber belajar yang tak
terbatas.
Begitu banyak
peluang yang tersedia di ruang interaksi global ini. Namun ada prasyarat yang harus
dipenuhi agar kita bisa terlibat aktif dalam interaksi global dan meraih
manfaat darinya. Syarat tersebut adalah penguasaan Bahasa asing. Ada begitu
banyak Bahasa asing di dunia ini. Lantas, Bahasa manakah yang harus menjadi
prioritas untuk dikuasai? Kita semua tentu memahami bahwa Bahasa Inggris adalah
Bahasa yang paling jamak digunakan dalam interaksi global. Bahasa mandarin,
spanyol, portugis, prancis, arab dan jerman memang banyak digunakan dalam
berbagai negara. Namun jika semua orang dengan berbagai latar belakang Bahasa berkumpul
dalam suatu forum, maka Bahasa Inggris lah yang tentunya digunakan.
Bahasa Inggris
adalah pintu masuk menuju akses terhadap berbagai peluang yang tersedia di
duina ini. Jika kita mengakses berbagai platform marketplace global seperti Amazon,
Ebay, dan lainnya, Bahasa Inggris lah yang digunakan sebagai media penyampaian
informasi. Bahkan untuk mempelajari Bahasa asing lainnya, belajar Bahasa jepang
misalnya, Bahasa Inggris memiliki peran yang cukup besar. Saat kita mengakses video-video
tutorial belajar Bahasa asing di Youtube, kita akan menemukan begitu banyaknya
tutorial belajar Bahasa asing yang disampaikan dalam Bahasa Inggris.
Menguasai Bahasa
asing saja tidak cukup untuk mengantarkan kita terlibat aktif dalam interaksi
global. Kita membutuhkan sarana untuk dapat berinteraksi dengan warga dunia
lainnya. Pesatnya perkembangan teknlogi informasi dan komunikasi memungkinkan kita
untuk menjangkau orang-orang dari negara lain. Media digital memungkinkan kita untuk
berteman dengan orang dari berbagai negara tanpa pernah sekali pun
bertatap-muka. Begitu banyak peluang untuk berinteraksi dalam komunitas global.
Namun, apakah hal tersebut serta-merta membuat orang mampu masuk ke dalam ranah
interaksi global? Ternyata tidak.
Peran institusi pendidikan
Institusi Pendidikan
formal seperti sekolah memiliki posisi yang sangat strategis. Lantas, bagaimana
sekolah bisa menyikapi pentingnya keterlibatan generasi muda secara aktif dalam
interaksi global?
Sekolah memiliki
peran untuk membekali generasi muda agar mampu terlibat dalam interaksi global.
Sekolah semestinya tidak hanya membekali peserta didik untuk menjadi bagian
dari masyarakat within a nation. Namun,
sekolah juga perlu membekali peserta didik untuk menjadi bagian dari global community. Banyak program sekolah
yang bisa diselemggarakan untuk membekali peserta didik agar mampu berinteraksi
secara aktif dalam global community. Contohnya
adalah menyelenggarakan program collaborative
learning dengan sekolah-sekolah dari negara luar. Program semacam itu sering
disebut sister schools. Program sister schools banyak diselenggarakan
oleh sekolah-sekolah internasional. Kegiatan-kegiatannya bisa berupa collaborative class, student exchange,
cultural exchange, social project, dan sebagainya. Mereka bisa belajar
matematika, sains, ilmu social dsb, dalam satu kelas yang diselenggarakan
secara daring. Digunakannya Bahasa Inggris sebagai Bahasa pengantar akan memacu
siswa untuk belajar Bahasa Inggris dengan sungguh-sungguh. Tentunya, kelas
kolaboratif harus diselenggarakan sedemikian menariknya dan tanpa tekanan, agar
para peserta didik tergerak untuk belajar dengan penuh kesadaran.
Tidak harus
menjadi sekolah bertaraf internasional untuk menyelenggarakan program seperti yang
disebut di atas. Yang dibutuhkan hanyalah kesungguhan stakeholder sekolah untuk mencari link sekolah luar negeri untuk diajak
kerjasama. Sekolah-sekolah di luar negeri pada umumnya memiliki email sekolah. Email
sekolah tersebut bisa menjadi jembatan awal untuk ajakan kerjasama. Selain itu,
guru juga bisa mengambil peran dalam mencari link sekolah luar negeri untuk
diajak kerjasama. Grup-grup guru antar negara yang tersedia di berbagai platform
media social bisa dimanfaatkan untuk mencari partner sekolah luar negeri. Pembiayaaan
program tidak semestinya dianggap sabagai hambatan, karena kecanggihan
teknologi sekarang menawarkan efisiensi. Kita bisa menyelenggarakan
collaborative learning dengan memanfaatkan media telekonferensi seperti Zoom,
teams, dsb.
Jika sekolah-sekolah
di Indonesia bisa menyelenggarakan program-program yang dapat membekali peserta
didik menjadi global citizen, maka kita bisa optimis bahwa di masa depan generasi
kita bisa mengambil peran yang sangat signifikan dalam interaksi global.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar