Salah satu kebiasaan yang dimiliki oleh orang-orang
sukses penuh prestasi adalah melakukan refleksi diri secara rutin. Refleksi diri
bisa menjadi pembeda antara orang yang harapan-harapannya terwujud dan yang
tidak terwujud. Dalam konteks ini, aku bisa menjadikan diriku sebagai contoh. Aku
suka membuat daftar rencana yang berisi hal-hal yang ingin aku capai atau
lakukan. Namun, di antara sekian banyak rencana tersebut, jauh lebih banyak
rencana yang tak terwujud, dulu. Padahal rencana-rencana tersebut berkaitan
dengan hal-hal besar. The other day, aku
tersadar bahwa factor tidak terwujudnya rencana-rencana tersebut adalah tidak
adanya refleksi diri. Tiadanya refleksi diri membuat pencapaian atas rencana-rencana
ku ngambang tak jelas.
Dalam menjalani hidup, manusia menghadapi begitu
banyak distraksi. Rencana-rencana yang tadinya terlihat rapi dan
langkah-langkah yang nampaknya sudah on
the right track bisa saja melenceng karena adanya distraksi. Jika kita
tidak pandai menyikapi distraksi, maka ada kemungkinan langkah kita melenceng
lebih jauh dari rencana yang kita tetapkan. Di situlah refleksi diri berperan. Penting
untuk setiap orang menetapkan suatu waktu/momen untuk refleksi diri secara
penuh. Ada refleksi harian, yang dilakukan di malam hari untuk mengevaluasi
perjalanan sehari yang telah dilalui. Ada refleksi mingguan, untuk mengevaluasi
perjalanan seminggu yang telah di lalui. Pun juga ada refleksi bulanan. Jangan hanya
mengandalkan momen pergantian tahun untuk merefleksi pencapaian selama setahun
ke belakang. Jika hanya mengandalkan refleksi tahunan, aka nada banyak momen
yang lepas dari jangkauan refleksi, karena memori otak terlalu terbatas untuk
mengingat setiap detail dari peristiwa yang berlangsung selama setahun penuh.
Lantas, bagaimana sebaiknya kita melakukan self-reflection?
Setiap orang memiliki prioritas, kebutuhan, target, value dan harapan yang
berbeda. Oleh karena itu, langkah pertama adalah kenali terlebih dahulu hal-hal
yang menjadi prioritas, kebutuhan, target, value dan harapan kita. Setiap orang
pasti ingin tumbuh dalam hal-hal tertentu. Misalnya, ingin tumbuh semakin
cerdas, sholeh, berprestasi, ahli dalam bidang tertentu, atau meraih suatu
pencapaian tertentu. Memahami hal-hal yang menjadi prioritas, kebutuhan,
target, value dan harapan, akan memudahkan kita untuk melakukan refleksi diri,
karena kit tahu apa saja yang perlu kita refleksikan.
Langkah kedua, tentukan waktu untuk merefleksikan target
pencapaian harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Mungkin kesannya kaku,
seolah ini mengajarkan diri kita untuk menjadi robot yang harus nurut dengan system
aturan tertentu yang kita buat sendiri. Namun perlu kita sadari, bahwa bukankah
kita pada dasarnya adalah makhluk yang memang harus patuh dengan system tertentu?
Tanpa kepatuhan terhadap system, maka kehidupan manusia akan berantakan. Contohnya,
sebagai makhluk beragama kita harus patuh terhadap system atau tata aturan ibadah.
Sebagai makhluk sosial berwarganegara, maka kita harus patuh terhadap system sosial,
hukum dan kewarganegaraan. Tak bisa kita melanggar hak-hak orang lain dan
aturan sosial, karena system mengatur hal tersebut. Jadi, kita tidak perlu
merasa bahwa menentukan waktu untuk refleksi diri terkesan kaku. Semuanya akan bisa
jika terbiasa. Toh sebagai manusia kita memang akrab dengan aturan.
Langkah ketiga, biasakan mencatat apa yang menjadi
target pencapaian hidup kita. Target yang yang disimpan di dalam pikiran akan
mudah terlupakan. Sulit untuk merefleksi kegiatan yang hanya ada dalam angan. Rencana
yang kita tulis akan memudahkan kita dalam melakukan refleksi. Pikiran kita
bisa langsung focus pada hal-hal yang harus direfleksikan. Sementara, jika
tidak dituliskan, kita akan menghabiskan waktu untuk mengingat-ingat dan memikirkan
apa yang perlu kita refleksikan. Dengan kata lain, menuliskan rencana atau
target pencapaian adalah cara efektif untuk memudahkan pikiran kita focus pada
poin apa saja yang perlu direfleksikan.
Refleksi diri bisa dilakukan dengan hanya merenung tanpa
menggunakan media tulis. Memang benar. Namun, proses refleksi yang tak
tertuliskan membuat hasil refleksi tersebut mudah terlupakan. Katakanlah kita
melakukan refleksi diri dengan hanya duduk di malam hari merenungkan progress dari
rencana kita tanpa dituliskan. Mungkin akan muncul gagasan tentang apa yang
semestinya dilakukan setelahnya. Namun, gagasan hasil refleksi yang tidak dicatat
akan rentan untuk terlupakan. Sementara jika gagasan hasil refleksi tersebut dituliskan,
maka bisa kita lihat setiap saat,
sebagai panduan untuk melakukan perbaikan langkah selanjutnya.
Refleksi diri mungkin terkesan klise bagi sebagian
orang. Namun, refleksi diri adalah cara efektif untuk memastikan
langkah-langkah kita berada pada jalur yang benar untuk menuju tercapainya
target hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar