Selasa, 22 November 2016

Pribadi nanggung yang penuh karya

 https://yafakintasikmalaya.files.wordpress.com


Aku ingin menulis. Menulis sesuatu. Sesuatu yang mungkin dirasa tak begiitu penting bagi orang lain., namun ia penting bagiku. Tulisan ini adalah sebuah perenungan. Renunganku selama berjalan kaki di malam hari menyusuri trotoar sepanjang Kampus Aobayama Universitas tohoku dalam rangka membuang kejenuhan sejenak. Kejenuhan bukan karena banyaknya pekerjaan, melainkan karena tiadanya hal yang dikerjakan. Tulisanku kali ini tentang ‘pribadi nanggung’.

Kadang aku merasa heran pada diri sendiri. Aku merasa sebagai pribadi yang nanggung. Ngganteng banget enggak, jelek juga alhamdulillah kagak. Pinter maksimal enggak, bodoh juga alhamdulillah kagak. Kaya harta belum, miskin juga alhamdulillah tidak. Lantas, apa yang bisa aku banggakan dan dayagunakan untuk sebaik dan sebesar-besarnya kebermanfaatan dalam hidup? Di situ kadang aku merasa nganu.

Aku sempat minder dengan teman-teman sesama pelajar dari Indonesia yang kuliah di Jepang. Mereka cerdas-cerdas. Mereka aktif dalam kegiatan riset. Mereka produktif dalam menghasilkan karya dan mempublikasikannya kepada khalayak, khalayak internasional pula. Aku juga kadang merasa iri kepada teman yang di usia yang masih muda namun memiliki kemandirian finansial. Selain itu, mereka juga aktif dalam kegiatan filantropis. Betapa lengkap kecukupan duniawi dan ukhrawinya. Kadang aku iri sama teman yang berkarir di suau perusahaan hingga mencapai posisi puncak dalam usia yang masih muda. Kemudian aku bertanya pada diri sendiri, ‘‘apa yang telah engkau perbuat? karya apa yang telah engkau ciptakan? kebermanfaatan apa yang telah engkau persembahkan bagi sesama? Keunggulan apa yang engkau miliki?’’

Tahun 2015 aku memperoleh beasiswa short course ke Australia. Kok bisa? apakah karena aku pintar? sepertinya tidak juga. Beberapa hari setelah pulang dari Australia aku berangkat ke Jepang untuk program Training Guru selama 1.5 tahun. Jujur di situ aku merasa bangga, telah menjadi yang terpilih diantara sekian banyak pelamar program. Apakah aku meraihnya karena aku cerdas dan unggul? Sepertinya tidak juga. Aku sendiri juga tak begitu yakin bahwa mereka yang tak lolos dalam proses penjaringan adalah mereka yang kualitasnya di bawahku. Cukup sulit untuk dilogika.

Belakangan aku menyadari bahwa keberhasilan bukan semata hak mereka yang unggul dalam kecerdasan dan atau keterampilan. Namun juga hak mereka yang menginginkan keberhasilan tersebut secara ‘ngotot’ alias ‘kudu’ alias ‘harus’. Keinginan untuk berhasil yang terpatri kuat dalam hati. Terlalu sederhana untuk dibahasakan. Hanya mereka yang mengalaminya yang tau. Aku jadi semakin yakin akan sebuah hukum dalam kehidupan. Bahwa jika kamu menginginkan sesuatu dengan level keinginan yang begitu kuat, maka besar kemungkinan keinginan tersebut akan mewujud nyata. Pantas saja Thomas Alfa Adison yang divonis mengalami disleksia mampu menjadi pribadi yang namanya terus terkenang seantero dunia melintasi berbagai generasi. Karena keberhasilan bukan hak orang yang berkemampuan hebat semata, namun juga mereka yang berkemauan hebat. Ah..tulisan ini jadi terjebak pada genre motivasi nih. 


Kembali ke topik awal. Aku adalah pribadi yang sepertinya nanggung. Maka aku harus berpikir bagaimana caranya agar aku bisa berkarya hebat selayaknya mereka yang sudah berkarya hebat. Apakah pribadi yang nanggung tidak layak berkarya hebat? Tentu saja layak. Saksikanlah! Aku adalah pribadi nanggung yang akan meraih pencapaian-pencapaian luarbiasa dalam hidup.


Dahlan
Sendai, 22 November 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar