Jumat, 11 November 2016

Detik-detik menuju sayonara


Waktuku untuk tinggal di Jepang semakin berkurang.  Kurang dari 5 bulan lagi aku harus kembali ke negeri asal, dan kembali ke rutinitas semula sebagai seorang guru. Aku merasa seperti harus kembali ke dunia nyata. Bukan berlebihan bagiku, bahwa berkesempatan hidup di Jepang selama program 1.5 tahun seperti hidup di alam mimpi. Namun ini nyata. Betapa tidak, di saat banyak orang yang memimpikan untuk bisa berkesempatan untuk hanya menginjakkan kaki di Jepang barang beberapa hari saja, aku malah berkesempatan lebih untuk bukan hanya berkunjung beberapa hari, melainkan menetap, merasakan kehidupan Jepang asli, dan bergulat dengan penyesuaian terhadap berbagai keadaan yang baru, yang dari situ aku banyak belajar.

Sejenak aku berpikir, betapa beruntungnya aku. Di sini aku memiliki beragam kesempatan. Kesempatan yang tentunya sulit untuk aku dapatkan ketika masih berada di kampung halamanku. Kesempatan untuk mengasah kompetensi akademik dan profesional. Kesempatan untuk mengasah intelektualitas. Kesempatan untuk memperbagus keluhuran budi pekerti. Kesempatan berinteraksi dengan teman-teman baru dari berbagai negara. Kesempatan untuk berpartisipasi dalam program pengembangan pariwisata. Kesempatan untuk hidup dengan keluarga lokal di Sendai. Kesempatan untuk belajar budaya dan mendapatkan kesan positif atas luhurnya budaya sopan santun masyarakat Jepang. Kesempatan untuk merasakan betapa kebersamaan dengan teman-teman sesama Indonesia maupun sesama muslim benar-benar terasa bermakna. Benar sekali, hal yang sedikit dan langka, seringkali terasa bermakna.

Kadang aku memanfaatkan sosial media untuk memposting foto-foto aktivitasku di sini. Ramai riuh respon teman-teman dari Indonesia begitu menyadarkanku, bahwa aku adalah orang terpilih yang sangat beruntung. Aku bersyukur bahwa aku merasa beruntung. Karena barangkali sekian banyak orang indonesia yang memiliki kesempatan yang sama tak memiliki perasaan yang sama sebagai orang yang beruntung. Sesekali aku merasa malu sama Alloh. Dia memberikanku Privilege seistimewa ini. Namun tak jarang aku ingkar atas nikmat karunia tersebut. 

Jujur, aku merasa get addicted. Aku semakin ingin untuk menjelajahi berbagai pelosok negeri di berbagai belahan dunia. Bukan untuk bersenang-senang semata. Namun aku telah berubah menjadi pribadi yang memiliki curiosity yang besar terhadap segala hal di dunia ini yang belum pernah aku temui. Aku ingin belajar banyak, dengan mendapati pengalaman-pengalamn baru yang inspirasional. Hingga suatu ketika nanti aku akan menjadi pendongeng sarat makna keteladanan dan inspirasi yang selalu dinantikan oleh generasi di bawahku.

Waktu semakin berlari, bukan berjalan. Rasa takut tak terelakan. Takut kalau aku harus kembali ke rutinitas monoton yang hanya menghabiskan hari-hariku namun miskin warna. Aku mungkin bakal mengalami shock culture sesungguhnya ketika pulang nanti. Segala kesan positif selama hidup di Jepang, suatu ketika harus jadi kenangan. Ketertiban pola hidup masyarakatnya, keamanan yang terjamin, kenyamanan lingkungan, semua itu jelas akan menjadikanku baper. Aku memang harus pulang, namun aku tak mau kalah dengan kedaan. Meski berat tentunya, tapi aku akan berusaha menjadi kuat membawa hal-hal positif yang aku pelajari selama hidup di Jepang untuk diterapkan di negeri asal ku.

Aku jadi makin paham, kenapa Nabi ku, Muhammad SAW dulu bersabda bahwa manusia sebaiknya berusaha menuntut ilmu, meski ke negeri yang sangat jauh dari tempat tinggalnya. Manusia semestinya berhijrah, untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Aku merasakan benar makna dari apa yang Nabi sabdakan. 


Aku harus mepersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Tantangan hidup kedepan semakin besar. Aku ingin menjadi bagian dari solusi atas berbagai permasalahan yang ada di masyarakat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar