Kamis, 24 November 2016

Menggalakkan Creative-Mindset Melalui Pendidikan


Gambar Fasilitas Toilet di Jepang

Di atas adalah gambar fasilitas yang ada pada toilet di Jepang. Apakah hanya ada di Jepang? Mungkin negara lain sudah ada beberapa yang mulai mengembangkan fasilitas toilet seperti itu. Namun, pernah suatu ketika teman saya yang pergi ke California, Amerika, mengeluhkan betapa toilet di sana masih berfasilitas biasa, tak se-lengkap sebagaimana yang ada di Jepang. Maklum, 4 tahun selama studi di Jepang, sahabat saya tersebut telah termanjakan oleh kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan ‘buang hajat’ di Jepang. 

Sebagaimana yang ada pada gambar di atas, toilet di Jepang difasilitasi dengan panel kontrol yang mengendalikan banyak fungsi, seperti fungsi membersihkan bagian vital pengguna secara otomatis, fungsi menciptakan suara riak-riak air untuk mengalihkan suara angin yang nadanya terdengar kurang ramah di telinga ketika buang hajat, fungsi mengeluarkan angin untuk mengeringkan bagian vital pengguna yang dibersihkan, dan fungsi lainnya.  Sementara, pengendali keluarnya air untuk mendorong masuknya kotoran ke dalam lobang sepitank ada yang terpisah dan ada pula yang tersedia dalam dalam panel pengendali. Fasilitas toilet seperti ini sangat memanjakan pengguna. Toilet yang hanya menyediakan tissue untuk membersihkan bagian vital tentu sangat kurang nyaman bagi pengguna, yang mengharuskan kebersihan total. 

Sebenarnya, tulisan ini bukan dimaksudkan untuk mendeskripsikan fasilitas yang ada pada toilet di Jepang an sich. Namun, gambaran mengenai fasilitas toilet di Jepang merupakan salah satu contoh betapa penuh kreativitasnya peradaban negara Jepang. Segala hal detil yang berhubungan dengan hajat hidup menjadi concern mereka, untuk kemudian mereka carikan solusinya. Saya sampai berpikir, betapa segala permasalahan yang ada di Jepang dijadikan masyarakatnya sebagai ilham untuk berkarya menciptakan solusi. Mereka sudah sampai pada tahap menyikapi kekurangan/permasalahan dengan berorientasi pada solusi. Dalam bahasa yang singkat, masalah yang ada berubah menjadi potensi karya. Tidak berlebihan saya simpulkan seperti itu. Setidaknya hal tersebut tergambar dalam fasilitas hidup dan gaya hidup yang ada di Jepang. 

Di pusat perbelanjaan modern, stasiun kereta api, kampus-kampus, rumah sakit, dan tempat-tempat publik lainnya, banyak ditemukan eskalator dan lampu yang kinerjanya menggunakan teknologi sensor. Penggunaan teknologi sensor memungkinkan kinerja eskalator tersebut menghemat pemakaian energi. Ketika dalam sekian menit tak ada orang yang melewati eskalator, maka eskalator akan berhenti. Baru kemudian dia akan bergerak kembali secara otomatis ketika ada orang yang melaluinya. Begitu pula dengan lampu. Orang tak perlu capek menekan tombol on/off di pagi dan sore hari untuk mengendalikan penggunaan lampu, karena lampu akan otomatis mati dengan sendirinya ketika tiada orang di ruangan sekitar lampu tersebut. Tentu belum semua tempat menggunakan fasilitas tersebut. Namun, penggunaan teknologi sensor seperti itu sudah begitu meluas di seantero Jepang. 

Lagi-lagi, seperti biasanya, saya tertarik untuk mengaitkan hal ini dengan pendidikan, khususnya pendidikan di negeri tercinta, Indonesia. Pendidikan semestinya bisa mengarahkan para pembelajar untuk memiliki mindset berkarya, dan menciptakan solusi atas berbagai permasalahan yang ada secara kreatif. Untuk bisa mengarahkan pembelajar agar bermindset kreatif, maka perlu dibuka ruang toleransi untuk trial and error, untuk melakukan kesalahan, untuk mencoba hal-hal baru, untuk melakukan-hal-hal yang berbeda dari pakem/mainstream, untuk welcome terhadap alternatif-alternatif baru. Pendidikan harus mampu meyakinkan pembelajar bahwa segala kekurangan adalah potensi untuk terciptanya karya, dalam hal apapun. 

Indonesia adalah negeri penuh potensi. Begitu banyak kekurangan/permasalahan yang bisa jadi potensi untuk berkarya. Betapa banyak orang yang melihat peluang pada  masalah yang ada dalam hidup di negeri ini, kemudian mampu mendulang rupiah melalui penciptaan karya yang bernilai ekonomi tinggi. Dulu, orang berpikir bahwa fungsi pulpen hanya sebatas sebagai alat tulis semata. Siapa sangka bahwa sekarang pulpen sudah memiliki tampilan yang menjadikannya tak sekedar sebagai alat tulis, tapi juga sebagai benda penuh seni yang menarik serta mampu membangkitkan minat untuk menulis para pelajar. Sayangnya, justru yang melek dengan potensi tersebut adalah orang luar. Yah, kita sudah akrab dengan produk-produk buatan luar. Bahkan produk yang sebenarnya sangat mudah dibuat sekalipun, seperti alat tulis dan tusuk gigi.

Gambar pulpen unik produk luar negeri

Pendidikan adalah sarana yang strategis untuk membuka indera dan pikiran manusia. Karenanya, dari situlah mindset menyikapi segala masalah dengan menjadikannya potensi untuk berkarya semestinya ditumbuh-kembangkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar