Sekian lama aku merenung, aku mendapatkan kesimpulan
yang sangat berharga tentang hidup. Ternyata, hidup ini berjalan berdasarkan
algoritma tertentu. Bisa dikatakan hampir sama persis dengan algoritma yang
bekerja pada media sosial online. Ketika kita memasukkan kata kunci dalam mesin
pencari Google, katakanlah kata “Mobil X”, maka di kemudian hari akan
bermunculan berbagai iklan yang berhubungan dengan kata kuci yang pernah kita masukkan
ke dalam mesin pencari, meskipun kita tidak menghendakinya. Bahkan iklan
tersebut bisa muncul di Youtube. Pun demikian dengan media sosial semacam
tiktok, YouTube, Instagram dan lainnya. Ketika kita klik “like” atau mengisi
kolom komentar pada suatu unggahan, maka akan muncul dalam beranda kita
berbagai unggahan yang berkaitan dan masih satu rumpun dengan unggahan yang kita
klik sebelumnya.
Lantas, apa kaitannya dengan algoritma hidup? Dalam hidup,
mungkin kita pernah membenci sesuatu atau seseorang. Sangkin bencinya kita
sehingga apa yang kita benci selalu terpatri dalam benak dan pikiran. Ternyata justru
apa yang kita benci sering muncul dalam kehidupan kita. Begitu pula dengan apa
yang kita pikirkan secara terus menerus, kita harapkan, dambakan, dan
cita-citakan. Semakin terpatri dalam benak dan pikiran, semakin besar peluang
ia muncul dalam kehidupan kita.
Mungkin hal ini susah untuk dicerna secara rasional. Namun
ini nyata adanya. Dalam hidup ada istilah Law
of Attraction, alias Hukum Ketertarikan. Hukum Ketertarikan berbunyi bahwa
apa pun yang kita pikirkan secara terus menerus, baik itu hal yang kita suka
maupun kita tidak suka, akan hadir dan menjelma menjadi nyata dalam hidup kita.
Jika seseorang merasa bahwa ia adalah orang yang rasionalis dan meragukan
konsep ini, maka ketahuilah bahwa sudah banyak pakar ilmiah yang meyakininya
dan menjelaskan konsep secara ilmiah. Bahkan ada beberapa buku seperti The
Secret, The Science of Wealth, Think and Grow Rich, dan buku-buku lain yang
substansinya adalah adanya keterkaitan antara apa yang terus dipikirkan dan
rasakan oleh orang-orang dengan realita dalam kehidupan nyata mereka.
Jika seseorang merasa bahwa ia adalah individu religious
dan menganggap konsep Law of Attraction adalah takhayyul, maka dalam agama, Islam
contohnya, ada sebuah firman yang berbunyi “ sesungguhnya aku beserta prasangka
hambaku”. Kalimat tersebut memiliki makna yang kurang lebih sama dengan konsep
law of attraction.
Mengetahui bahwa hidup berjalan berdasarka algoritma,
maka tentu kita tersadar dan mulai bertanya, “bagaimana agar kita memiliki
algoritma yang bagus dalam hidup?” bagaimana caranya agar segala yang muncul
dalam hidup kita adalah hal-hal penuh kebaikan, kebahagiaan, manfaat, dan
makna? Ini adalah pertanyaan yang sangat penting. Kuncinya ada pada kendali
atas pikiran, perasaan dan sikap. Masalahnya, meski setiap individu memiliki banyak
kuasa atas kendali dirinya, pikirannya, perasaannya, dan sikapnya, kadang tidak
mudah untuk benar-benar bisa mengendalikan diri.
Bagaimana caranya kita bisa mengarahkan diri untuks
berpikir, berprasangka, berperasaan dan berperilaku positif? Nyatanya,
pengalaman masa lalu seringkali berpengaruh terhadap cara kita berpikir dan
bersikap. Mudah untuk berkata “liupakanlah masa lalu yang kurang baik. FOkus
pada semua hal yang baik”. Nyatanya, tidak mudah untuk melakukannya.
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk memberikan tips
praktis mengarahkan diri untuk berpikir, berperasaan, dan bersikap positif agar
realita-realita yang muncul dalam beranda kehidupan kita adalah realita-realita
positif yang sesuai dengan yang kita inginkan. Aku sendiri masih berjuang untuk
mengendalikan pikiran, perasaan dan sikap agar menjadi algoritma yang
memunculkan berbagai hal positif dalam hidupku. Namun, tulisan ini bermaksud
untuk menggugah kesadaran bersama, bahwa dalam hidup ini berlaku sebuah
algoritma sebagaimana yang ada pada media online. Setiap orang memiliki
tantangannya masaing-masing dalam membentuk algoritma hidup yang positif. Namun
setidaknya dari tulisan ini para pembaca memahami bahwa pikiran, perasaan dan
sikap adalah hal yang berengaruh terhadap algoritma kehidupan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar