Kadang aku mikir gini, orang lain sudah pada sukses pada sukses menemukan dan
membentuk brand diri mereka masing-masing, sedangkan aku masih seperti tak tau
brand diri aku tuh apa. Jangankan melakukan
proses branding diri secara sukses, menemukan brand diri aku saja masih belum
dapet. Orang lain sudah pada sukses menyelami perkembangan teknologi informasi,
sementara aku masih terjebak pada mental blok bahwa ini nda bagus itu nda bagus
serta terlalu pilah pilih. Aku sering terlalu menimbang-nimbang, hingga
kehilangan momen. Sementara orang lain yang dengan sedikit keterbatasannya saja
bisa melesat jauh seperti roket hingga membuatku kaget.
Terkadang,
tau terlalu banyak itu tidak bagus malah. Sedikit tau tapi langsung action itu
justru yang bagus. Aku ingin ini, aku ingin itu, namun ndak focus. Ujungnya ya
ndak kemana-mana. Iya sih, aku bersyukur bahwa aku memperoleh banyak hal dalam
hidup. Hal itu juga tak terlepas dari usahaku yang dikabulkan Alloh SWT, dan aku
thanks banget ke diri aku akan hal ini. Ini bukan tentang syukur atau tidak
syukur, namun aku memang merasa bahwa aku belum menemukan brand diri aku tuh
apa sebenernya.
Refleksi
ini aku lakuin supaya jadi tau tentang bagaimana aku sebaiknya memosisikan
diri. Aku perlu juga melihat keadaan sekitar. Apa yang terjadi pada
orang-orang. Hasilnya, refleksi ini cukup membuat aku sadar, bahwa banyak
contoh orang yang meraih puncak eksistensi
diri dengan berawal dari titik start yang seadanya. Ada seorang teman yang sukses
membranding diri sebagai ahli foto dan videografi bertemakan keindahan alam local.
Hanya berbekal gadget yang menurutku sederhana, dia berhasil eksis di panggung
dunia maya dengan ratusan ribu followers atau subscriber dan jutaan bahkan
puluhan juta viewers. Ada pula seorang teman yang mengangkat profesinya sebagai
branding diri dengan tagline Dosen Motivator.
Kadang
aku berpikir bahwa aku ingin memunculkan sesuatu yang baru yang orang lain
belum pernah mencobanya. Namun kemudian aku tersadar bahwa tidak ada yang baru
dalam hidup ini. Semua hanyalah discovery, tidak ada invention. Di saat kita
berpikir tentang suatu ide, ternyata di saat yang sama ada banyak orang yang
memiliki ide yang sama. Hanya yang cepat dalam mengeksekusi ide lah yang akan
stand out. Sementara yang masih berkutat pada menimbang-nimbang untuk maju atau
tidak hanya mampu berdiam diri saja, tanpa bisa beranjak kemana-mana. Dan aku
sedang berada pada posisi itu.
Kini
aku sedang mencoba meraba-raba, apa sih brand yang tepat buat diriku? Aku si
seorang guru sukses? Ah, brarti aku hanya bisa bicara di depan guru dong yang
jumlahnya relative terbatas. Aku si seorang anak kampong yang berhasil dapet
beberapa beasiswa bergengsi untuk studi di luar negeri? Kayaknya sudah banyak. Aku
si Traveler sejati? Bukannya brand traveling sudah banyak, dan apa lah aku ini
yang hanya baru bisa melakukan traveling di 10 negara. Aku si jago masak dan
makan? Ini lagi, sudah banyak yang sudah melesat duluan. Pangsa pasarnya sih
banyak, namun persaingannya juga sangat ketat. Ibarat fishing in the red ocean. Aku si penulis produktif? Eh…target
cetak buku saja belum kesampaian. Publish buku saja baru sekali, itu pun penulisannya
keroyokan. Aku si motivator? Lha aku sendiri kadang butuh asupan motivasi. Atau
aku si pribadi inspiratif? Gimana ya, masalah sendiri saja ada saja yang belum
terselesaikan. Aku si eksportir dan importer sukses dan mulia? Ini nih, masih
dalam angan. Belum tereksekusi. Pernah belajar, tapi nanggung belajarnya. Ndak langsung
eksekusi. Jadinya ya belum closing sama sekali. Lha terus aku membranding diri
dengan apa??
Rasanya seperti sudah tidak ada ruang
untuk diriku membranding diri. Terlalu banyak ruang yang sudah terisi. Bisa jadi
itu benar. Bisa jadi itu salah. Mungkin hanya aku saja yang overthinking. Atau jangan-jangan
ini termasuk mental block ya?
Masih ada ruang untuk aku membranding diri. Dahlan si penulis buku-buku
pendidikan praktis dan buku paket bahasa inggris. Dahlan si eksportir dan importir
sukses mulia. Dahlan si business traveler dan scholarship traveler. Dahlan si
publisher. Dahlan si charity giver (khusus ini nda boleh riya’). Dahlan si pemilik
perpustakaan mewah, modis, digital, dan kekinian.
Masih ada ruang untuk branding diri
bagi Dahlan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar