Rabu, 20 April 2022

Refleksi diri: Brand ku apa?

 

Kadang aku mikir gini, orang lain sudah pada sukses pada sukses menemukan dan membentuk brand diri mereka masing-masing, sedangkan aku masih seperti tak tau brand diri aku tuh apa.  Jangankan melakukan proses branding diri secara sukses, menemukan brand diri aku saja masih belum dapet. Orang lain sudah pada sukses menyelami perkembangan teknologi informasi, sementara aku masih terjebak pada mental blok bahwa ini nda bagus itu nda bagus serta terlalu pilah pilih. Aku sering terlalu menimbang-nimbang, hingga kehilangan momen. Sementara orang lain yang dengan sedikit keterbatasannya saja bisa melesat jauh seperti roket hingga membuatku kaget.

Terkadang, tau terlalu banyak itu tidak bagus malah. Sedikit tau tapi langsung action itu justru yang bagus. Aku ingin ini, aku ingin itu, namun ndak focus. Ujungnya ya ndak kemana-mana. Iya sih, aku bersyukur bahwa aku memperoleh banyak hal dalam hidup. Hal itu juga tak terlepas dari usahaku yang dikabulkan Alloh SWT, dan aku thanks banget ke diri aku akan hal ini. Ini bukan tentang syukur atau tidak syukur, namun aku memang merasa bahwa aku belum menemukan brand diri aku tuh apa sebenernya.

Refleksi ini aku lakuin supaya jadi tau tentang bagaimana aku sebaiknya memosisikan diri. Aku perlu juga melihat keadaan sekitar. Apa yang terjadi pada orang-orang. Hasilnya, refleksi ini cukup membuat aku sadar, bahwa banyak contoh orang  yang meraih puncak eksistensi diri dengan berawal dari titik start yang seadanya. Ada seorang teman yang sukses membranding diri sebagai ahli foto dan videografi bertemakan keindahan alam local. Hanya berbekal gadget yang menurutku sederhana, dia berhasil eksis di panggung dunia maya dengan ratusan ribu followers atau subscriber dan jutaan bahkan puluhan juta viewers. Ada pula seorang teman yang mengangkat profesinya sebagai branding diri dengan tagline Dosen Motivator.

Kadang aku berpikir bahwa aku ingin memunculkan sesuatu yang baru yang orang lain belum pernah mencobanya. Namun kemudian aku tersadar bahwa tidak ada yang baru dalam hidup ini. Semua hanyalah discovery, tidak ada invention. Di saat kita berpikir tentang suatu ide, ternyata di saat yang sama ada banyak orang yang memiliki ide yang sama. Hanya yang cepat dalam mengeksekusi ide lah yang akan stand out. Sementara yang masih berkutat pada menimbang-nimbang untuk maju atau tidak hanya mampu berdiam diri saja, tanpa bisa beranjak kemana-mana. Dan aku sedang berada pada posisi itu.

Kini aku sedang mencoba meraba-raba, apa sih brand yang tepat buat diriku? Aku si seorang guru sukses? Ah, brarti aku hanya bisa bicara di depan guru dong yang jumlahnya relative terbatas. Aku si seorang anak kampong yang berhasil dapet beberapa beasiswa bergengsi untuk studi di luar negeri? Kayaknya sudah banyak. Aku si Traveler sejati? Bukannya brand traveling sudah banyak, dan apa lah aku ini yang hanya baru bisa melakukan traveling di 10 negara. Aku si jago masak dan makan? Ini lagi, sudah banyak yang sudah melesat duluan. Pangsa pasarnya sih banyak, namun persaingannya juga sangat ketat. Ibarat fishing in the red ocean. Aku si penulis produktif? Eh…target cetak buku saja belum kesampaian. Publish buku saja baru sekali, itu pun penulisannya keroyokan. Aku si motivator? Lha aku sendiri kadang butuh asupan motivasi. Atau aku si pribadi inspiratif? Gimana ya, masalah sendiri saja ada saja yang belum terselesaikan. Aku si eksportir dan importer sukses dan mulia? Ini nih, masih dalam angan. Belum tereksekusi. Pernah belajar, tapi nanggung belajarnya. Ndak langsung eksekusi. Jadinya ya belum closing sama sekali. Lha terus aku membranding diri dengan apa??

Rasanya seperti sudah tidak ada ruang untuk diriku membranding diri. Terlalu banyak ruang yang sudah terisi. Bisa jadi itu benar. Bisa jadi itu salah. Mungkin hanya aku saja yang overthinking. Atau jangan-jangan ini termasuk mental block ya?

Masih ada ruang untuk aku membranding diri. Dahlan si penulis buku-buku pendidikan praktis dan buku paket bahasa inggris. Dahlan si eksportir dan importir sukses mulia. Dahlan si business traveler dan scholarship traveler. Dahlan si publisher. Dahlan si charity giver (khusus ini nda boleh riya’). Dahlan si pemilik perpustakaan mewah, modis, digital, dan kekinian.

Masih ada ruang untuk branding diri bagi Dahlan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar