Rabu, 15 Februari 2017

Resetting my traveling passion



Bepergian ke negara luar setidaknya bisa membuka pikiranku bahwa hidup memiliki begitu banyak pilihan. Benar kata pepatah bahwa dunia ini ibarat buku yang mmeiliki banyak lembar halaman. Mereka yang hanya mendiami suatu tempat dan tidak melakukan perjalanan ke belahan dunia lain ibarat hanya membuka satu halaman buku. 

Aku belajar banyak dari traveling. Belajar tentang hakikat keberagaman dalam hidup, belajar tentang perbedaan, belajar bahwa hidup ini penuh warna, belajar memposisikan diri pada situasi yang aku tak terbiasa di dalamnya, sebelumnya. Semua itu membuat pikiranku semakin terbuka, semakin toleran terhadap perbedaan. Pertamakali aku melakukan traveling ke luar negeri, aku terdorong oleh rasa gengsi. Gengsi bahwa bepergian ke luar negeri itu keren. Aku melakukan berbagai foto selfie dengan kamera yang aku beli dengan uang hasil meminjam teman. Segitunya. Sepertinya hal itu wajar dialami orang yang pertamakali bepergian keluar negeri untuk jalan-jalan, yaitu sekedar memenuhi rasa gengsi. 

Waktu bergulir, masa berganti, aku semakin menyadari bahwa traveling yang aku lakukan haruslah bermanfaat lebih. Cukuplah motif gengsi dalam melakukan traveling disudahi. Kali ini, aku ingin bepergian ke luar negeri sejauh mungkin, sebanyak mungkin, dan dalam waktu bersamaan aku ingin mendapatkan sebanyak mungkin ‘keuntungan’ yang bisa aku raih dari traveling untuk kubawa ke negeriku. Betapa kerennya hidup ketika setiap kali aku traveling, aku membawa ide yang langsung aku terapkan dalam kehidupanku di negeriku, yang kebermanfaatannya besar bagi sesama. 

Kali ini, aku ingin travelingku adalah tentang membuka kran bisnis ke negara tujuan, membuka akses jalan ke berbagai relasi baru, dan memperbesar jangkauan interaksiku dengan masyarakat di seluruh dunia. Relasi-relasi ku ada di berbagai negara afrika, eropa, asia, amerika, dan belahan bumi lainnya. Aku ingin menjadi lebih dari sekedar inspirasi, namun penggerak nyata perubahan menuju kebaikan bagi sesama. Aku tidak berharap popularitas. Aku tidak mendambakan pengakuan. Aku hanya ingin berkarya yang penuh manfaat. Aku ingin menjadi sebaik-baik makhluk hidup di hadapan tuhanku. Itu kepuasanku. 

Terkadang aku terburu-buru ingin menularkan apa yang ada dalam pikiranku kepada murid-muridku, melalui kata-kata. Aku lupa bahwa dengan karya nyata yang aku ciptakan, tak perlu kata-kata untuk aku bisa menularkan energi positif dan inspirasi kepada mereka. Sudah sekian lama, ide terpendam mengendap di dalam pikiran. Kini saatnya ia diterbangkan dan diterapkan. Mulut, secukupnya saja untuk bersuara. Selebihnya karya nyata beserta tulisan untuk mengekspresikannya. Nyatanya lebih banyak orang mendunia karena tulisanya, dibanding karena kecakapan retorikanya. 

Aku siap berangkat…
Berangkat kemana-saja semauku…
Sebelum jatah hidupku digenapkan oleh sang pencipta…

Bismillah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar