Minggu, 26 Mei 2024
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4
Sebagai
calon Guru Penggerak, memahami dan menerapkan konsep budaya positif di sekolah
adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung
perkembangan siswa. Berikut adalah kesimpulan dan refleksi dari materi yang
telah dipelajari dalam Modul 1.1, 1.2, dan 1.3 yang dihubungkan dengan konsep
budaya positif.
A. Kesimpulan
Peran
saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah sangat erat kaitannya dengan
penerapan berbagai konsep inti, yaitu:
1. Disiplin Positif: Membangun disiplin melalui pendekatan
yang menghargai martabat siswa dan mendorong partisipasi aktif mereka dalam
menciptakan aturan kelas. Dengan disiplin positif, siswa diharapkan bisa
berubah karakternya menjadi lebih positif dengan penuh kesadaran diri, bukan
karena factor eksternal. Model disiplin seperti ini lebih memungkinkan untuk
berlangsung lama.
2. Motivasi Perilaku Manusia
(Hukuman dan Penghargaan):
Menggunakan penghargaan sebagai motivasi positif daripada hukuman yang dapat
merusak semangat belajar siswa. Memahami motivasi perilaku manusia sangat
penting bagi saya sebagai seorang pendidik. Dengan pemahaan tersebut, saya bisa
menyesuaikan Tindakan yang saya lakukan untuk membantu siswa membentuk perilaku
positifnya.
3. Posisi Kontrol Restitusi: Mengarahkan siswa untuk memperbaiki
kesalahan mereka sendiri melalui pendekatan yang konstruktif dan edukatif. Saya
memiliki kewajiban moral untuk mengedepankan posisi control sebagai manajer,
atau minimal sebagai pemantau dan teman. Menggunakan posisi control sebagai
penghukum dan pembuat merasa bersalah terbukti kurang efektif dalam mengarahkan
siswa membentuk budi pekertinya.
4. Keyakinan Sekolah/Kelas: Membangun keyakinan bersama yang
mencerminkan nilai-nilai positif dan tujuan bersama dalam lingkungan belajar. Banyak
guru yang menerapkan aturan di kelas dengan nuansa pemaksaan, dengan dasar
pemikiran bahwa aturan-aturan tersebut adalah hal positif. Namun, walaupun
aturan adalah hal positif yang dirancang demi kebaikan siswa, merancangnya
tanpa melibatkan siswa dan tanpa didasari kesadaran siswa akan pentingnya
aturan tersebut akan menjadikan pemberlakuan aturan tersebut terasa seperti
perbudakan. Setidaknya penilaian seperti itu akan dirasakan oleh siswa.
Sementara, menciptakan aturan dengan menggugah keyakinan kelas, akan membuat
kepatauhan terhadap aturan penuh dengan nuansa kesadaran. Hal tersebut yang
cenderung membuat penegakan aturan lebih langgeng.
5. Segitiga Restitusi: Menerapkan strategi untuk membantu siswa
memahami kesalahan mereka, mencari solusi, dan mengambil tindakan untuk
memperbaiki situasi. Restitusi mungkin bukan satu-satunya pendekatan terbaik dalam
menangani siswa yang bermasalah. Namun, penerapan segitiga restitusi adalah
sebuah cara manusiawi dan memanusiakan yang bisa menjadikan siswa bukan hanya
berubah lebih baik perilakunya, melainkan juga menjadi pribadi yang reflektif.
B. Refleksi
1. Pemahaman Konsep Inti:
·
Disiplin Positif: Saya memahami bahwa
disiplin bukan hanya tentang menghukum, tetapi lebih kepada mendidik dan
membimbing siswa untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka. Pendekatan ini
ternyata lebih efektif untuk tujuan perubahan perilaku dalam jangka panjang.
·
Teori Kontrol: Mengelola kelas dengan
kontrol yang seimbang antara otoritas guru dan kemandirian siswa menghasilkan
lingkungan yang lebih harmonis.
·
Teori Motivasi, Hukuman, dan Penghargaan:
Penghargaan lebih efektif dalam membangun motivasi intrinsik siswa dibandingkan
hukuman yang seringkali hanya menimbulkan kepatuhan sementara.
·
Posisi Kontrol Guru: Sebelum mempelajari
modul ini, saya cenderung menggunakan posisi kontrol yang otoritatif. Setelah
mempelajari modul, saya beralih ke pendekatan yang lebih restoratif, yang
membuat saya merasa lebih puas dan siswa lebih termotivasi.
·
Kebutuhan Dasar Manusia: Memahami kebutuhan
dasar siswa (seperti rasa aman, cinta, dan penghargaan) membantu saya dalam
merancang pendekatan pengajaran yang lebih holistik.
·
Keyakinan Kelas: Membentuk keyakinan yang
kuat dan positif di dalam kelas membantu menciptakan budaya saling menghargai
dan bertanggung jawab.
·
Segitiga Restitusi: Tahapan dalam segitiga
restitusi membantu saya menangani masalah siswa dengan cara yang lebih mendidik
daripada menghukum.
2. Perubahan Cara Berpikir:
Saya menjadi lebih fokus pada pengembangan
perilaku positif melalui pendekatan budaya positif daripada pendekatan yang
menghukum. Ini membuat suasana kelas lebih positif dan produktif. Selain itu, budaya
positif lebih memungkinkan untuk siswa berubah secara sukarela, bukan akrena
keterpaksaan.
3. Pengalaman Pribadi:
Pengalaman saya dalam menerapkan disiplin
positif dan teori kontrol telah menunjukkan peningkatan partisipasi dan
tanggung jawab siswa. Menggunakan penghargaan sebagai motivasi membuat siswa
lebih antusias dalam belajar. Sementara menerapkan hukuman dan disiplin negative
cenderung membuat siswa merasa tertekan dan justru menimbulkan sikap antipasti dari
siswa.
4. Perasaan dan Refleksi
Diri:
Ketika melihat perubahan positif dalam
perilaku siswa, saya merasa lebih puas dan termotivasi untuk terus menerapkan
pendekatan ini. Namun, saya menyadari masih ada ruang untuk memperbaiki cara
saya berinteraksi dengan siswa agar lebih efektif.
5. Evaluasi Penerapan:
Hal yang Sudah Baik: Penggunaan penghargaan
dan pendekatan restoratif telah berjalan baik, meningkatkan keterlibatan dan
motivasi siswa.
Perbaikan yang Diperlukan: Perlu lebih
banyak pelatihan dan praktik dalam menerapkan segitiga restitusi untuk
mengatasi masalah yang lebih kompleks.
6. Posisi Kontrol Sebelum dan
Sesudah:
Sebelum mempelajari modul ini, saya lebih
sering menggunakan posisi kontrol sebagai pembuat merasa bersalah, pemantau dan
teman. Setelah mempelajari modul, saya beralih ke pendekatan manajer dan lebih
cenderung memilih sikap restoratif yang lebih berfokus pada memperbaiki dan
mendidik. Hal itu membuat saya merasa lebih efektif dan siswa merasa lebih
dihargai dan dimanusiakan.
7. Penggunaan Segitiga
Restitusi:
Sebelum mempelajari modul ini, saya jarang
menggunakan segitiga restitusi. Setelah memahami tahapannya, saya mulai
menerapkannya dengan lebih baik, membantu siswa memahami dan memperbaiki
kesalahan mereka secara mandiri.
8. Pentingnya Pembelajaran
Tambahan:
Selain konsep-konsep dalam modul ini,
penting untuk mempelajari lebih lanjut tentang teknik komunikasi efektif dan
manajemen konflik yang dapat mendukung terciptanya budaya positif di kelas
maupun sekolah.
C. Penutup
Keseluruhan
materi dalam Modul Budaya Positif memberikan wawasan yang mendalam tentang
bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang positif dan produktif. Dengan
menerapkan konsep-konsep ini, saya percaya dapat mewujudkan visi menjadi Guru
Penggerak yang mampu membentuk karakter dan kemampuan siswa secara optimal.
Sebagai
langkah lanjutan, saya berencana untuk terus mempraktikkan dan mengevaluasi
pendekatan-pendekatan ini dalam interaksi sehari-hari dengan siswa, serta
berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan rekan-rekan sejawat untuk menciptakan
budaya positif yang lebih luas di sekolah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar